El mengantar Anin pulang kerumahnya. Anin hingga melupakan Hana karena kejadian itu.
Sesampainya dirumah, Anin tidak berani mengajak El untuk masuk kedalam rumahnya karena memang Ayahnya belum ada dirumah.
El yang juga merasa tidak enak hati, langsung berpamitan pada Anin dan melenggang pulang.
Anin langsung masuk ke kamarnya, mandi dan berganti pakaian. Lagi-lagi Anin melamun di kamarnya. Perasaan sakit hatinya itu terus menggelayuti jiwanya. Ini adalah kali pertama dirinya sakit hati oleh mantan pacarnya itu, Anin yang menjalin pacaran dengan Fariz dari sewaktu SMA dulu hingga kemarin tunangan baru kali ini ia putus dengan Fariz dan benar-benar berakhir.
Tiba-tiba Anin tersadar oleh suara ponsel yang berdering.
"Halo Nin.." ucap Hana dari jauh sana ketika sambungan teleponnya itu diterima oleh Anin
"Halo Na.." jawab Anin menyapa Hana, suara Anin terdengar datar dan sangat dingin
"Nin kamu sudah pulang kan?" tanya Hana yang mengkhawatirkan Anin
"Sudah kok, ini sudah di mandi. Maaf ya tadi jadi tidak pulang bareng. Tadi aku ada insiden kecil pas mau keluar dari cafe bawa minuman.." ucap Anin merasa tak enak hati pada Hana sahabatnya itu
"Gak apa-apa kok Nin tenang aja.." jawab Hana dengan santai karena sebenarnya ia tahu
"Kamu ingat gak sama Elnino ketua osis dulu?" tanya Anin memulai pembicaraan
"Elnino?" ucap Hana pura-pura tidak tahu
"Iya.. Elnino itu, yang dulu pernah kamu taksir hehe" ucap Anin menggoda Hana, sampai ia tertawa kecil
"Ihh kamu mah" jawab Hana merasa malu
"Oh iya-iya Elnino itu, tau tau tau.." lanjut ucap Hana yang baru ingat denga sosok El
"Dia mengantarkan aku pulang tadi.. Kalau gak salah besok juga dia akan kemari" ucap Anin memberitahu
"Oh gitu.. Mudah-mudahan kalian berjodoh deh yaaa, Aku ikut senang" ucap Hana menggoda sahabatnya itu
"Apaan sih kamu.. Eh udah dulu ya, Papa ku pulang.. Aku mau bukain dulu pintu" ucap Anin langsung mengakhiri sambungan telepon dengan Hana.
Anin mendengar suara motor Papanya yang mulai naik ke teras depan rumahnya itu. Anin dengan cepat bersiap untuk menyambut Papanya itu, ia berkaca dulu karena takut terlihat matanya sembab karena sudah menangis.
Pak Hendra sudah duduk di teras rumahnya, ia sedang membuka helm, dan jaket yang ia kenakan itu.
"Assalamu'alaikum.." ucap Pak Hendra karena Anin belum juga membukakan pintu untuk dirinya.
"Walaikumsalam Pa.." jawab Anin sembari membuka pintu rumahnya itu lalu mencium tangan Papanya itu
"Tumben lama, biasanya motor baru saja ke teras kamu sudah membukakan pintu" ucap Pak Hendra merasa heran pada anaknya yang tumben lama membukakan pintu
"Iya Pa, tadi habis telepon sama Hana" jawab Anin memberitahu
Pak Hendra melihat baju seragam Anin yang sedang dijemur samping rumahnya itu yang masih basah, dan merasa heran.
"Kenapa seragam mu basah?" tanya Pak Hendra sembari menunjuk ke arah baju basah yang tergantung itu
"Oh iya itu tadi baju ku sewaktu pulang basah kena minuman, aku menumpahkannya kena baju hehe" jawab Anin dengan tawanya
Pak Hendra hanya mengangguk-anggukan kepalanya, ia tak merasa aneh karena Anin memang terbiasa melap mulutnya pakai lengan bajunya membuat bajunya mudah kotor.
"Papa mandi dulu ya.." ucap Pak Hendra sembari membawa masuk helm juga jaketnya
"Iya Pa.. Anin siapin makan malam dulu" ucap Anin hendak langsung menyiapkan makanan itu.
Waktu makan malam tiba, seperti biasa waktu ini adalah waktu dimana Anin dan Pak Hendra saling bercerita satu sama lain. Lebih seringnya sih Anin yang menceritakan segalanya pada Papanya itu.
"Papa.. Tadi Anin tidak sengaja bertemu dengan Kak El, dia Kakak kelas Anin sewaktu SMA dulu" ucap Anin memberitahukan Papanya itu
"Oh gitu, lalu?" tanya Pak Hendra penasaran
"Anin di antar pulang Pa.." jawab Anin
"Tapi Kak El tidak duduk dulu, langsung pulang gitu aja karena tidak ada Papa dirumah" lanjut ucap Anin memberitahukan
Pak Hendra mengangguk-anggukan kepalanya, ia sangat percaya pada putrinya itu, karena ia tahu saat putrinya berbohong atau tidak.
...----------------...
Matahari pagi menyapa, hari ini adalah akhir pekan. Seperti biasa Pak Hendra tetap harus pergi ke tokonya, Anin menyiapkan sarapan untuknya berdua. Tapi Anin belum juga mandi, Anin baru saja selesai mencuci pakaian dan menjemurnya.
"Nin kamu mau main bersama Hana, apa mau ikut ke toko sama Papa?" tanya Pak Hendra setelah meneguk kopi hitamnya
"Belum tahu Pa.. Anin malas mandi rasanya, setelah ini Anin mau pel rumah dulu" jawab Anin memberitahukan tugas rutinannya setiap libur
Pak Hendra hanya mengangguk karena kini ia sedang menyantap sarapannya. Pak Hendra tak terburu-buru berangkat ke toko, ia kembali ke kamarnya dan menghitung uang-uangnya untuk di tabung dan dibayarkan ke para sales.
Sementara Anin melanjutkan pekerjaan rumahnya, ia membereskan meja makan, lalu mencuci piring dan pel lantai rumahnya yang tidak begitu luas itu.
Tiba-tiba Anin di kagetkan dengan suara ketukan pintu dari luar.
"Siapa yaaa?" tanya Anin penasaran karena jarang sekali orang lain bertamu kerumahnya sepagi ini.
Anin tak berani membukakan pintu karena ia belum mandi dan masih menggunakan piama tidurnya.
"Papa ada tamu.." ucap Anin sembari berlari ke dapur
Pak Hendra keluar dari kamarnya dengan cepat, dan langsung membukakan pintu.
"Assalamu'alaikum.." ucap El langsung dengan senyum manisnya, langsung mencium punggung tangan Pak Hendra
"Walaikumsalam.." jawab Pak Hendra dengan senang karena perlakuan El yang sopa juga ramah itu
"Mari silahkan masuk.." lanjut ucap Pak Hendra lalu mengajak untuk duduk di kursi ruang tamu di dalam
"Terimakasih Pak.." ucap El dengan sopannya
El langsung duduk di kursi yang terlihat biasa tapi rapi itu. El melihat kesekeliling rumah yang bersih nan rapi tertata itu.
"Kamu ini siapa? Ada keperluan apa?" tanya Pak Hendra dengan sopan dan hati-hati
"Saya Elnino, Pak.. Saya teman Anindita.. Saya datang kesini mau mengajak Anindita untuk keluar sebentar apa boleh?" ucap El langsung meminta izin pada Pak Hendra
Pak Hendra terdiam, ia langsung mengingat percakapan dirinya dengan Anin semalam, Anin menceritakan tentang pertemuannya dengan Elnino.
"Oh boleh saja.." jawab Pak Hendra setelah sebentar terdiam
Pak Hendra memanggil Anin yang sedang berada di dapur itu, Anin malu karena dirinya masih pakai piama dan belum mandi sama sekali.
"Kak El sebentar yaaa" ucap Anin sembari lewat depan El dengan malu, sembari berlari kecil menuju kamarnya untuk segera bersiap.
El memandangi Anin yang polos tanpa make up, rambut pajangnya terikat, tubuhnya memang biasa saja tapi sangat terlihat cantik.
"Anin cantik banget pake piama gitu, kayaknya dia cocok dengan ku sama-sama berasal dari keluarga biasa" ucap El dalam batinnya
El dan Pak Hendra ngobrol banyak selama Anin mandi, El menceritakan pekerjaannya, begitu juga dengan Pak Hendra yang menceritakan tokonya.
Anin sudah selesai mandi kemudian ia bersiap. Anin menggunakan baju yang benar-benar sederhana. Anin hanya menggunakan celana jeans panjang, dengan tunik berbahan katun rayon berwarna hitam bercorak etnik. Wajahnya nampak tak terlihat bermakeup karena ia hanya memoles tipis dan hanya menggunakan lipstik berwarna peach.
"Maaf ya Kak sudah menunggu lama" ucap Anin sembari duduk disamping ayahnya
"Gak apa-apa kok" jawab El dengan senyum mesem karena ia sedari tadi fokus memandangi kecantikan Anin
El dan Anin berpamitan pada Pak Hendra yang juga sama-sama akan pergi ke toko itu.
Anin masuk kedalam mobil El. El terlihat sangat malu berada di samping Anin, sedari tadi El terus memperhatikan Anin, seketika membuatnya salah tingkah.
"Kita mau kemana Kak?" tanya Anin penasaran
"Kita ketempat yang asik untuk ngobrol yuu?" ucap El karena ia ingin sekali mengetahui banyak tentang Anin
Anin menyetujui semuanya, El langsung melajukan mobilnya ke sebuah cafe dengan pemandangat out door dan sejuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Dwi setya Iriana
pdktkah
2021-04-25
0
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-09
0
Desi Muliyasari
jangan lupa mampir
2021-02-08
1