Bondage

Melisa sudah duduk di meja makan mengenakan gaun berwarna merah yang diperintahkan Louis. Di seberang meja makan, terlihat Louis memakai kemeja putih. Piring di hadapannya berisi steak yang Louis masak sendiri. Melisa menatap pisau yang pegangnya di tangan kanan. Melihat pisau itu terasa seperti melihat kesempatan emas. Namun dia harus bersabar untuk mendapatkan waktu yang tepat.

"Ceritakan padaku, Louis. Apa kita pernah bertemu dulu?" tanya Melisa, mengalihkan perhatian Louis sembari dia menyelipkan pisau itu ke bawah rok gaunnya.

Louis tersenyum miring. "Lebih tepatnya, aku yang melihatmu."

Sepuluh tahun lalu.

"Res, gue mau ke perpus. Ikut?" tanya Melisa.

"Gue masih ada kelas di kelas gabungan. Lo tunggu di perpus ya, abis kelas gue ke sana!" ucap Resi, kemudian pergi meninggalkan Melisa.

Melisa terus berjalan menuju gedung perpustakaan kampus. Dia masuk ke dalam perpustakaan dan mencari buku yang dapat membantunya untuk mengerjakan tugas. Sebuah buku, menarik perhatiannya. Dia pun menarik buku itu dan terlihat sepasang bola mata berwarna dari balik celah yang ditimbulkan setelah buku itu ditarik.

Melisa hanya tersenyum sekilas, kemudian pergi ke meja baca. Lelaki yang melihat Melisa dari balik rak buku itu merasakan getaran dalam dadanya. Lelaki itu menatap Melisa yang sedang membaca dari kejauhan. Kecantikan melankolis yang terpancar dari Melisa membuat lelaki itu menginginkannya.

Tak lama, seorang perempuan yang nampak lebih periang dari Melisa datang menghampiri dan mengobrol bersama. Mereka berdua tertawa, selain senyumannya, rupanya tawa dari Melisa pun begitu mempesona. Kegaguman Louis, membuatnya mencari tahu seluk beluk tentang Melisa bagaikan pengagum rahasia. Melisa yang bersahabat dengan Resi, sampai akhirnya hatinya dipatahkan ketika Melisa menikah dengan Regan dan pergi ke Jakarta.

Louis malah ditakdirkan menikah dengan Resi. Namun hatinya masih menginginkan Melisa. Mendengar kembalinya Melisa ke Bali, membuat Louis memanfaatkan kesempatan. Kali ini, dia tidak ingin kehilangan Melisa untuk yang kedua kali. Cintanya kini berubah menjadi sebuah obsesi yang membutakan akalnya.

"Bagaimana dengan Resi? Kenapa kau tega mengkhianati istrimu sendiri?" tanya Melisa, mendengar cerita flash back dari Louis.

"Sejak dulu, aku tidak pernah mencintainya! Aku hanya memanfaatkannya. Dia yang mengingatkanku padamu. Saat aku tidur dengannya, aku membayangkanmu," jawab Louis dingin.

Melisa terkejut mendengarnya. Resi sahabatnya memang begitu polos. Tega-teganya Louis mempermainkan Resi seperti itu.

Louis menyeka ujung bibirnya dengan serbet kemudian meminum wine dari gelasnya kemudian bangkit. Melisa merasa gugup saat Louis mulai berjalan menghampirinya. Pisau yang dia sembunyikan di balik roknya, mulai melukai kulit pahanya. Sebisa mungkin Melisa tetap bersikap tenang.

"Jika kau memang mencintaiku sejak dulu, kenapa kau tidak memberanikan diri mengatakannya padaku? Kenapa kau tidak mendekatiku dan membuatku dekat denganmu?" tanya Melisa.

Louis kini berdiri di samping Melisa yang terduduk. Telapak tangan kanannya memegang dagu Melisa dan mendongakan wajah Melisa ke arahnya.

"Aku tidak biasa dengan penolakan. Jika aku melakukan itu, aku takut kau menolakku."

"Tapi dengan kelakukanmu sekarang yang memaksakan kehendak, kau tidak akan pernah mendapatkanku!"

"Hahaha! Aku sudah mendapatkanmu! Lihat di mana kau berada sekarang!"

"Tapi kau tidak akan pernah mendapatkan cintaku!"

Louis terdiam. Seolah sesuatu dalam dirinya tersayat. Cinta. Dia memang menginginkan cinta dari Melisa. Hanya saja, caranya yang memaksa.

"Aku akan membuatmu mencintaiku!" bisik Louis. "Temui aku di rubanah dalam sepuluh menit!"

Louis pun pergi meninggalkan Melisa di ruang makan. Dengan segera, Melisa mengambil pisau itu lalu pergi ke rubanah setelah sepuluh menit dengan pisau yang dia sembunyikan belakang punggungnya.

Di ujung dapur, terdapat sebuah pintu yang mengarah ke lantai bawah tanah. Perlahan, Melisa turun menuruni tangga dan sesampainya di ruangan rubanah, dia sangat terkejut melihat ruangan yang serba merah dan hitam. Di sana terdapat peralatan penyiksaan dan sebuah ranjang berwarna merah.

"Akh! Apa Louis seorang masokis?" gumam Melisa.

'Pletak! Pletak!'

Sebuah cambuk terdengar memantul ke dinding Louis kini bertelanjang dada dan memakai handuk untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Di tangannya terdapat cambuk kecil. Di sudut ruangan, Melisa melihat sebuah kamera telah terpasang dan menyala.

Kamera itu! Aku harus mendapatkan kamera itu!

Saat Louis semakin mendekat, Melisa segera menodongkan pisau itu ke arah Louis.

"Jangan mendekat!" teriak Melisa.

Louis tak terkejut. Dia malah terlihat senang atas perlawanan dari Melisa.

"Ckckck.. Lisa, kau membuatku bergairah. Kau tidak seperti wanita lain yang begitu tunduk padaku."

"Kau sakit jiwa! Ada berapa wanita yang kamu siksa di ruangan ini!" teriak Melisa sambil terus menodongkan pisau pada Louis dan terus bergerak menuju kamera di sudut ruangan.

"Hahaha... siksa? Aku tidak menyiksa mereka, malah sebaliknya. Mereka begitu menyukainya!"

"Kau psikopat! Maniak!"

"Hahaha... aku seorang dominan!" ucap Louis, kemudian berlari gesit meraih pisau dari tangan Melisa.

"Aaak!"

Melisa tersungkur sementara pisaunya terlempar jauh. Sebelum sempat Melisa kembali bangkit untuk meraih pisaunya, Louis sudah kembali menindih tubuh Melisa.

Dengan cepat Louis mengikat kedua lengan Melisa ke atas kepalanya dengan tali dan simpul yang kuat. Melisa terus berontak dan berteriak sampai mulutnya pun diikat dengan kain hingga dia kesulitan berbicara.

Louis kemudian bangkit dan mengangkat tubuh Melisa bagaikan karung beras. Lalu meletakkan tubuhnya dengan kasar ke atas ranjang. Lagi, Louis mengikat kedua lengan Melisa yang sudah terikat ke  kayu dipan tempat tidur. Melisa masih berontak sekuat tenaga sampai kedua kakinya pun dibuka dan diikat ke setiap sudut dipan tempat tidur.

Melisa menangis dan mulai memohon pada Louis namun percuma. Kata-katanya tak jelas terucap karena kain di antara kedua bibirnya.

"Aku akan membuatmu menikmatinya, Lisa," bisik Louis kemudian menutup kedua mata Melisa dengan penutup mata.

Kini Melisa hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya. Dia merasakan Louis kini mulai menggunting gaun merahnya dan pakaian dalamnya. Rasa dingin di kakinya mulai menjalar ke pahanya.

'Pltak! Pltak!'

Louis menghentakan cambuk itu sebanyak dua kali pada paha Melisa, membuat luka sayat pisau tadi semakin terbuka mengeluarkan darah segar. Melisa menahan kesakitan dengan menggigit kain yang menyumpal mulutnya.

Kini cambukan itu berhenti menjadi sebuah kecupan dari Louis, dari kaki sampai lehernya. Semua sensasi yang menguji indera perabanya dia rasakan di sekujur tubuh. Membuatnya marasa tersiksa sekaligus tergelitik dalam waktu yang bersamaan.

"Kau milikku Lisa, dulu, sekarang dan selamanya. Aku akan membuatmu berpisah dengan suamimu yang tidak berguna itu," gumam Luois sebari menikmati Melisa yang kini berada dalam kekuasaannya.

Melisa terus mengeluarkan air mata hingga dirinya merasa lelah dan lemas. Setelah Louis yang  puas mendapatkan apa yang diinginkannya, dia pun membuka satu per satu ikatan yang mengikat di kedua kaki dan lengan Melisa. Melisa nampak tak berkutik saat ikatannya dilepas. Louis membuka kain di bibir dan penutup mata. Melisa tampak tertidur atau mungkin pingsan.

Melihat bercak darah di sprei merah itu membuatnya terlihat seperti  telah merenggut kesucian Melisa. Louis segera berjalan menuju kotak P3K kemudian mengobati luka di paha Melisa dengan telaten, sehingga luka sayatannya tertutup dengan perban.

Perlahan, Louis pun membalut tubuh Melisa dengan selimut di bawah ranjang, kemudian mengangkat tubuh tak berdaya itu menuju kamar tidurnya. Louis berbaring di samping tubuh Melisa, di atas ranjang yang sama.

Dua kali dalam dua malam dia telah menikmati tubuh wanita yang diinginkannya sejak lama, namun dia masih belum puas. Louis ingin memiliki Melisa seutuhnya. Bahkan dia bersedia melepaskan apapun yang dimilikinya hanya demi memiliki seorang Lisa.

Terpopuler

Comments

Lilis Ferdinan

Lilis Ferdinan

klw gini, kok jd ngeri yah,,, kelainan s*x kali yah,,,

2021-05-25

2

evimoraita Silalahi

evimoraita Silalahi

ngeri x ah...di dunia nyata..adakah y sprt ini😏😏😏

2021-05-15

0

Siska Feranika

Siska Feranika

No comment phyco louis...

2021-03-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!