Tragedi

Pesta ulang tahun yang begitu berkelas. Minuman, cocktail, makanan semua berasal dari restoran dengan bintang michelin. Bahkan para tamu pun sebagian besar dapat dipastikan adalah tamu dari Louis. Resi yang sangat mudah bergaul dengan siapa saja, tidak pernah pilah pilih dalam  berteman. Dia dapat masuk ke kalangan mana pun, dan dari tamu-tamu yang hadir semua dapat dipastikan adalah orang-orang kaya dan itu pasti tamu-tamu Louis.

Setelah acara tiup lilin, Melisa memilih duduk di meja bar agar bisa sendirian dan tidak perlu berbincang-bincang basa-basi dengan orang yang tidak dikenalinya. Hanya segelas martini yang menemaninya.

Dari kejauhan, Louis nampak berbincang dengan para tamu sambil sesekali memperhatikan Melisa. Melisa, begitu menarik di matanya. Tak peduli dia telah memiliki istri, baginya dirinya adalah seorang lelaki yang bebas.

"Mel, bete ya?"

Melisa menoleh dan Resi ikut duduk di sampingnya.

"Ah.. enggak, gue cuman pengen duduk di sini."

Resi meneguk champange yang sedari tadi di bawanya.

"Gue turut bahagia buat lo."

"Bahagia?" Resi terlihat menahan tawanya.

Melisa mengernyitkan dahinya. "Lo nikah dengan lelaki bule, kaya, rumah mewah,"

"Tapi gue gak sebebas lo, Mel."

"Maksudnya?"

"Apa yang lo lihat, gak sama dengan kenyataannya."

Melisa kembali kebingungan. Kini dia melihat Resi yang tampak tidak seperti Resi yang menyapanya tadi. Wajah Resi terlihat murung.

Apa mungkin dia sudah terlalu banyak minum?

"Res, lo baik-baik aja kan?" tanya Melisa mengkhawatirkan Resi.

Resi kemudian seolah-olah tersadar. "Ah iya! Sorry, gue tinggal dulu. Gue ke toilet dulu ya!"

Resi pun pergi dari sana. Melisa kembali meneguk martininya dan merasa tidak yakin dengan keadaan Resi yang baik-baik saja.

"So, Melisa. Sejak kapan kau berteman dengan istriku?" ucap Louis yang tiba-tiba duduk menggantikan Resi, di samping Melisa.

Melisa menoleh dan gelagapan dengan pertanyaan dari Louis. Kharisma Louis begitu mengintimidasinya, membuatnya merasa tidak nyaman.

"Mm... kami berteman sejak kuliah. Setelah lulus, aku ke Jakarta bersama suamiku dan dia tetap di sini," jawab Melisa akhirnya.

"Oh kau sudah menikah? Mana suamimu?"

"Suamiku sedang mengurus proyek di Jakarta, so dia tidak bisa ikut ke sini,"

Louis mengangguk-ngangguk, kemudian meneguk minumannya. Senyuman tipis dan penuh misterinya kembali terlihat. Dengan ketukan jarinya, bartender itu kemudian mengangkat gelas Melisa dan mengisinya dengan minuman yang baru.

"Hah? Kenapa? Minumanku belum habis," protes Melisa pada bartender yang mengganti minumannya.

"Seorang tamu istimewa harus dilayani dengan pelayanan istimewa pula. Selamat menikmati!" ucap Louis, kemudian pergi.

Melisa terheran-heran dengan kelakuan Resi dan suaminya yang mengundang tanda tanya. Melisa pun meneguk martini barunya dengan lahap dan mulai mencari-cari Resi untuk pamit. Sebaiknya dia cepat pergi dari tempat itu karena sedari tadi perasaannya sudah tidak enak.

Melisa berjalan ke lorong dimana Resi pergi tadi. Saat menyusuri koridor yang sepi dari para tamu undangan itu, tiba-tiba kepalanya pening hingga dia terjatuh dan seorang pelayan laki-laki mengangkat Melisa dan membawanya masuk ke dalam sebuah ruangan.

Pukul 11.00 malam, para tamu undangan sudah berangsur pulang. Kini hanya tinggal Louis, Resi dan beberapa pelayan yang membereskan tempat acara.

"Mana Melisa?" tanya Resi.

"Oh ya, aku lupa. Tadi saat kamu ke toilet, Melisa pamit pulang padaku dan menitipkan salam untukmu," balas Louis.

Resi menoleh jendela yang mengarah ke parkiran, semua mobil para tamu undangan sudah tidak ada. Dia pun mempercayai apa yang suaminya ucapkan.

"Baiklah, aku lelah sekali. Aku istirahat duluan ya?" ucap Resi.

"Ya, istirahatlah. Sekali lagi, selamat ulang tahun!" balas Louis kemudian mengecup kening istrinya. "Aku masih ingin menikmati minumanku dulu."

Resi mengangguk kemudian berjalan menyusuri koridor dan pergi ke rumah utama. Jarak antara paviliun dan rumah utama cukup jauh, sehingga apa yang terjadi di paviliun tidak akan terdengar ke rumah utama.

***

Pintu kamar itu terbuka, samar-samar terlihat seorang lelaki dengan stelan berwarna hitam masuk. Melisa hanya dapat membuka setengah matanya, namun pandangannya masih samar. Lelaki itu membuka jas dan kemejanya. Terlihat dada berbulu halus dan tubuh yang atletis mulai merangkak ke atas kasur menuju dirinya.

Kesadaran Melisa begitu lemah. Dia mampu merasakan apa yang terjadi pada tubuhnya, namun dia tak kuasa untuk berontak dan berteriak. Dia merasakan sentuhan bibir dan lidah dari lelaki itu ke sekujur tubuhnya. Lelaki itu menciuminya dari kaki, perut, dada hingga lehernya sambil menyingsingkan gaun hitam yang melekat.

Lelaki itu kemudian mengangkat kedua lengan Melisa yang lemah, lalu mengikatnya ke kayu dipan di atas kepala Melisa. Lelaki itu tidak mengikat kedua lengan Melisa dengan kuat karena ketidakberdayaan Melisa.

Melisa mulai dapat melihat wajah lelaki itu setelah nafas lelaki itu menyapu seluruh wajahnya. Lelaki bermata hitam dengan pandangan setajam elang itu seakan siap menerkam dirinya.

"Louis?" gumam Melisa lemah.

Louis tersenyum, kemudian mendekatkan cuping telinganya pada bibir Melisa. "Ucapkan namaku sekali lagi."

"Loui..s"

Louis nampak bergariah mendengarnya. Dia kemudian menyumpal bibir Melisa dengan bibirnya. Melisa tak mampu berontak, air matanya terus berjatuhan selama Louis menikmati tubuhnya dengan kasar bagaikan zombie yang kelaparan.

Louis terengah-engah setelah mencapai puncak kenikmatan. Dilihatnya Melisa sudah terpejam tak sadarkan diri. Louis kemudian berbaring di samping tubuh Melisa yang masih terikat. Dia menatap wanita malang itu lekat-lekat, kemudian dia melihat sebuah luka kecil di bawah perut Melisa. Louis mengelus luka itu dengan jemarinya.

"Kau sudah memiliki anak?" tanya Louis pada Melisa yang terpejam.

Louis pun bangkit dan kembali mengenakan kemeja dan celana panjangnya. Setelah selesai berpakaian, dia menghampiri Melisa kemudian membuka ikatannya dan menyelimuti tubuhnya yang polos. Sebelum keluar dari kamar itu, Louis mengambil kamera di sudut ruangan yang sedari tadi menyala dan merekamsetiap adegan yang terjadi di kamar itu.

Terpopuler

Comments

Fi Fin

Fi Fin

bugil bule gila

2021-11-06

0

Niluhherawati Niluherawati

Niluhherawati Niluherawati

udah baca sampe d sini, suka...
konfliknya bagus, beda dari yg lain

pemasaran dgn imajinasi si Author 👍

2021-08-22

0

Wakhidah Dani

Wakhidah Dani

aduh Bru awal udah masalah aja nih. liat dulu apa yg tzd selanjutnya

2021-08-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!