Tatapan dingin Kania menyapu semua orang yang berdiri di depannya. Tak ada yang berani mengeluarkan suara bahkan untuk bernafas pun mereka terasa sesak karena aura mengintimidasi yang menguar dari tubuh Kania.
"Kalian tau saya tidak suka pengkhianat.." seru Kania dingin disertai tatapan tajamnya
Tidak ada yang berani melihat sang atasan, semuanya menunduk. Mereka semua tentu tau, jika bekerja dengan Kania atau berada di bawah naungan Ivory grup mereka semua dituntut untuk setia. Memang jika berkerja dengan Kania semua kebutuhan para karyawan terpenuhi bahkan mereka bisa hidup mewah dengan gaji jutaan perbulan. Tapi, di balik kemewahan itu mereka harus setia jika tidak maka bukan hanya nyawa mereka yang melayang melainkan nyawa semua keluarga mereka pun akan ikut melayang.
"Divisi keuangan ada yang bisa
menjelaskan.?" seru Kania bertanya tapi tidak mengurangi aura membunuhnya
"No...Nona saya.."
"Bicara yang jelas.." bentak Kania
"Nona, saya tidak tau apa-apa. Semua data keuangan tidak ada yang mencurigakan.."
"Benarkah..?" seru Kania dengan senyum mengejek
Pagi hari tadi saat Kania ingin memasuki jetnya, tiba-tiba saja Drew mengatakan ada yang tidak beres dengan keuangan perusahaan Ivory grup. Dengan kesal Kania terpaksa menunda keberangkatannya ke Indonesia dan langsung menuju perusahaannya.
Setelah sampai di perusahaannya, Kania langsung menuju ruangannya dan memerintahkan sekretaris pribadinya untuk mengumpulkan semua karyawan di ruang rapat.
Itulah yang terjadi sekarang dimana Kania sedang membahas masalah itu dengan para karyawannya.
"Drew, cari tahu siapa pelakunya.." seru Kania dingin
"baik nona.." sahut Drew dengan patuh
"Dan untuk kalian, jika salah satu dari kalian terbukti bersalah maka bersiaplah mendapatkan hal yang lebih menyakitkan dari kematian.." sambung Kania dengan tatapan tajamnya
Setelah mengatakan hal itu, Kania kembali ke ruangan pribadinya. Dia membuka laptopnya dan mengutak-atik beberapa digit angka untuk mencari tahu pelaku yang menggelapkan uang perusahaannya.
"Si*lan berani sekali mereka mempermainkan ku.." seru Kania sinis
Tok.. Tok...Tok...
"Masuk.." seru Kania
Lalu masuklah Drew dengan beberapa berkas di tangannya.
"Leader, saya tau anda sudah mengetahui pelakunya. Jadi saya kesini hanya untuk memberikan beberapa barang bukti.." seru Drew sambil meletakkan berkas yang tadi dia pegang di atas meja
Kania tersenyum miring, dia mengambil berkas itu dan membacanya.
"Hmm.. 20 triliun bukankah itu nominal yang sangat kecil..?" seru Kania dingin saat menatap berkas yang memperlihatkan data uang perusahaan yang hilang
Drew memutar bola matanya malas, apa-apaan Leadernya itu dia mengatakan kalau 20 triliun itu nominal yang sangat kecil?? ckck, jika saja ada yang mendengarnya sudah dipastikan orang itu akan terkena serangan jantung.
"Bagi anda itu memang nominal yang sangat kecil Leader.." seru Drew pelan sambil menggelengkan kepalanya pasrah
Drew memang sangat berani menjawab perkataan Kania karena memang mereka sudah sangat dekat. Kania dan Drew bertemu saat Dave membawa Kania memasuki markas Rose Blood.
Saat itu Drew sedang berlatih dengan teman-temannya yang lain dan saat mereka melihat sang ketua Dave membawa seorang anak perempuan, mereka hanya bisa menatapnya tanpa berani bertanya. Tapi, Drew berbeda dia langsung menghampiri Dave dan bertanya perihal Kania padanya. Lalu, setelah mendapatkan jawabannya, Drew menarik Kania dan mengajaknya berlatih tanding.
"Bukankah perkataan ku benar Drew..? Seharunya jika dia menginginkan uang itu dia bisa langsung menghadap ku.." seru Kania sinis
"Lalu anda akan membunuhnya karena seenaknya meminta pada anda, begitu.." sahut Drew kesal
"Itu permainan yang sangat seru Drew.." seru Kania dengan senyum tipisnya
Selama ini hanya Drew yang bisa melihat berbagai ekspresi dari wajah Kania.
"Terserah anda saja leader.." sahut Drew yang dibalas anggukan semangat dari Kania
Beberapa menit kemudian, ponsel Drew berdering dan menampilkan pesan yang membuat senyum tipis terpatri di wajah tampannya.
"Mereka sudah di bawa ke markas Leader.." seru Drew sambil menatap Kania yang sedang menatap keluar jendela
"Keluarganya..?" tanya Kania
"Semua sudah berada di markas.." sahut Drew
"Bagus.." sahut Kania dengan senyum miringnya
.....
Sesampainya di markas, Kania langsung masuk ke ruang interogasi bersama Drew dan dua orang anak buahnya yang lain.
Disana Kania melihat dua orang lelaki paruh baya yang merupakan anggota devisi keuangan di perusahaannya. Lalu, di sudut lain terlihat beberapa wanita dan dua orang lelaki tampan yang merupakan keluarga dari dua pengkhianat itu.
"Ku lihat kalian menikmati pelayanan dari anak buahku.."
"Nona Kania.." seru mereka terkejut
"Tidak perlu terkejut, karena hari ini adalah hari istimewa untuk kalian.." sahut Kania dengan sinis
"Nona saya mohon ampuni saya tolong lepaskan keluarga saya nona.." seru pria paruh baya yang tergeletak lemas dengan wajah yang babak belur
Menyesal pun tidak akan ada gunanya karena mereka tau gadis yang berada di hadapan mereka saat ini adalah gadis yang tidak memiliki bekas kasihan pada orang lain.
Kania mengacuhkannya. Lalu, dengan langkah angkuh dia berjalan menjauh dari kedua pengkhianat itu dan duduk di kursi yang merupakan satu-satunya kursi disana.
"Nona ampuni kami.." lirih seorang paruh baya lagi
"Ini akibatnya jika berani mengusikku.." seru Kania tajam dengan senyum miringnya
"Tolong nona lepaskan keluarga ku, mereka tidak tau apa-apa."
"Uhh, aku kasian mendengarnya Mr Gen." seru Kania dengan senyum senangnya
Dua orang pengkhianat itu bernama Mr. Gen dan seorang lagi bernama Mr. Jio..
"Hey wanita iblis lepaskan kami.." teriak seorang anak laki-laki sambil menatap Kania tajam
Kania tersenyum miring, dia menatap anak laki-laki itu dengan tatapan tajam.
"Berikan aku cambuk." seru Kania sambil menengadahkan tangannya di udara
Drew pun memberikan sebuah cambuk pada Kania.
Dengan langkah angkuh dan senyum senangnya Kania berjalan menghampiri anak laki-laki yang mengutuknya tadi. Tapi, langkah Kania terhenti karena Mr Jio memegang kakinya.
"Saya mohon jangan sakiti putra saya nona.." seru Mr. Jio sambil terus memegang kaki Kania
"Jadi dia anakmu..? Hmm.. menarik.." sahut Kania lalu menendang Mr. Jio hingga terpelanting ke tembok dan mengeluarkan darah dari mulutnya
"Maasss Jio.." teriak istrinya takut saat melihat keadaan Mr. Jio
"DIAM.. KALIAN BERISIK SEKALI.." bentak Kania dengan wajah sangar dan dengan cepat melucutkan cambuk itu ke badan putra Mr. Jio
**Akkkrrrrhh...
Akkkrrrrhh**...
"Sakit... Ampun.. akkkrrrrhh.. sudah...ku mohon.." lirih pemuda itu
"Ambilkan aku belati.." teriak Kania
"Ini Leader.." sahut Drew dengan patuh
"Oh karena aku sedang berbaik hati hari ini, jadi Drew panggilkan beberapa anak buah ku yang lain. Aku ingin melihat mereka bermain dengan para wanita ini.." seru Kania sambil tersenyum licik
"Jangan.. ampun.. tolong.. jangan nona.. ampuni kami.. kasihanilah kami.. nona.." seru salah satu wanita itu dengan takut
"Itu tidak akan sakit jadi terima saja.." sahut Kania acuh dia memainkan belati sambil menunggu anak buahnya datang
"Nona tolonglah maafkan kami, saya berjanji akan mengganti uang nona.." seru Mr. Gen
"Haha.. apa yang kau katakan Mr. Gen. haha jangan bercanda bahkan sampai ku mati pun kau tidak akan bisa melunasi hutang-hutang mu.." seru Kania dingin sambil mencengkram dagu Mr. Gen
Mr. Gen meringis sakit tapi Kania tidak peduli. Kania membenturkan kepala Mr. Gen ke tembok hingga mengeluarkan darah.
"Bagiku pengkhianat tidak pantas hidup.." seru Kania sinis.
Terima kasih sudah membaca.
Jangan lupa tinggalkan jejak yah..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Card Log-On
kejaam
2022-02-14
0
Elfrida Goerning
di luar negri juga manggil suaminya mass juga yah.. hheheheh
2020-12-13
9
Nha
🆙🆙🆙🆙🆙🆙
2020-12-05
0