Malam harinya, Kania hanya berdiam di kamarnya sambil memandangi laptopnya yang menunjukkan film genre action.
Wajahnya yang selalu datar tanpa ekspresi membuat siapa pun tidak bisa menebak jalan pikiran gadis cantik tersebut. Helaan nafas panjang keluar dari bibir mungilnya, dia mematikan laptop lalu berjalan ke arah balkon.
Dipandanginya seluruh sudut mansion yang terlihat gelap dan suram yang menandakan semua penghuninya sudah larut di alam mimpi kecuali dirinya dan dua satpam yang menjaga gerbang.
Kania menengadahkan kepalanya menatap langit yang di penuhi bintang. Dia teringat kedua orang tuanya yang meninggal karena dibunuh dengan sadis oleh orang yang tidak dikenal.
Flashback
Kania kecil yang saat itu berusia 5 tahun terlihat sedang bermain di taman belakang mansion bersama dengan Mamanya.
"Mama kapan kita pergi liburan lagi seperti dulu..?" tanya Kania pada Mamanya
Kania tidak seperti anak kecil lainnya yang berbicara cadel, di umurnya yang menginjak 5 tahun dia sudah bisa berbicara lancar tanpa tersendat-sendat.
"Nanti ya sayang. Kalo sekarang tidak bisa kan Papa sedang sibuk mengurus pekerjaannya." sahut sang Mama memberi pengertian pada putri tunggalnya
"Huh, selalu saja begitu padahal Kania sangat ingin liburan lagi.." gerutu Kania dengan wajah yang cemberut
Sang Mama tersenyum lalu berjalan menghampiri Kania dan mensejajarkan tinggi mereka.
"Jangan cemberut seperti itu sayang, Mama dan Papa pasti akan membawa Kania liburan lagi seperti dulu. Tapi untuk sekarang kita harus memberi sedikit pengertian pada Papa yang pekerjaannya menumpuk oke." seru sang Mama sambil mengelus lembut rambut Kania
"Baiklah, tapi Mama harus berjanji untuk membawa Kania liburan lagi.." seru Kania sambil mengangkat jari kelingking mungilnya
"Haha.. Mama berjanji sayang.." sahut Mamanya sambil menautkan jari mereka
Tak lama datanglah seorang pria tampan yang memakai jas menuju ke arah Kania dan Mamanya.
"Selamat siang putri Papa dan bidadarinya Papa.." seru pria itu lalu mengangkat Kania ke dalam gendongannya
"Siang sayang.." sahut Mama Kania
"Siang Papa.." sahut Kania dengan senyum
"Apa yang dilakukan para kesayangan Papa disini..?" tanya Papa Kania sambil mengerutkan keningnya heran
"Aku hanya ingin mengajak Kania berpiknik sayang, lagi pula katanya dia merindukan saat-saat dimana kita pergi liburan. Jadi aku ingin mengobati rasa rindu itu dengan hal ini." sahut Mama Kania dengan tatapan lembutnya yang menatap sang suami
"Oh maafkan Papa yang selalu sibuk dengan pekerjaan sampai-sampai melupakan keinginan mu sayang.." seru Papa Kania penuh sesal
"Tidak apa-apa Pah, kata Mama Papa berjanji akan membawa Kania liburan saat semua pekerjaan Papa selesai. Benarkan..?" tanya Kania sambil menatap Papa dengan mata berbinar
Sang Papa pun langsung menatap ke arah istrinya dan setelah mendapat anggukan dari istrinya.
"Iya, kita akan liburan setelah pekerjaan Papa selesai." sahut Papanya dengan senyum tipis
"Yeyyy... Akhirnya Kania akan liburan juga.." sorak Kania bahagia
Melihat kebahagian yang terpancar dari mata putrinya membuat kedua orang tuanya tersenyum senang. Mereka sangat bersyukur di beri putri yang sangat penurut seperti Kania dan lagi Kania tidak pernah menuntut hal yang berlebih dari mereka.
Tapi kebahagiaan itu tidak bertahan lama karena suara tawa yang menggelegar dari arah belakang keluarga Kania.
"HAHAHA... Sudah selesai kah drama keluarga kalian ini..?" tanya seseorang itu
Kania dan kedua orang tuanya melihat ke asal suara dan betapa terkejutnya mereka saat melihat rival bisnisnya berada di dalam mansion mereka.
"Zero.. Apa yang kau lakukan di mansion ku.." seru Papa Kania bertanya dengan wajah datar pada seorang yang baru saja tiba
"Hoho.. Begitukah sambutan mu pada seorang tamu..?" tanya Zero menyeringai sinis
"Papa dia siapa..?" tanya Kania kecil sambil menatap polos ke arah Zero
"Aku adalah teman Papa mu anak manis. Kenapa? Apa kau tertarik ikut bersama paman..?" tanya Zero pada Kania
"Apa tujuan mu datang ke mansion kami
Zero..?" seru Mama Kania dengan tenang
"Seharusnya kau membiarkan ku duduk terlebih dahulu Shinta, setelah itu baru kau bisa bertanya sesuka mu.." seru Zero angkuh
"Kami tidak membuka pintu pada orang
asing." suara tegas Kania membuat semua mata mengarah padanya
"Hoho.. lihatlah anak mu ini Frans bukankah dia terlihat seperti dirimu waktu muda dulu..?" seru Zero mengejek
"Tentu saja, dia adalah putriku di dalam tubuhnya mengalir darah ku dan yah, apa yang dikatakan oleh putriku benar. Kami tidak membuka pintu pada orang asing.." seru Frans dengan senyum mengejeknya
Zero mengepalkan tangannya, dia tersenyum sinis.
"Berbicaralah sesuka mu Frans karena ini adalah hari terakhir mu berbicara dan ini juga merupakan hari terakhirmu melihat dunia." seru Zero dengan senyum sinisnya lalu keluarlah 20 orang yang memakai pakaian serba hitam dari penjuru mansion
"Penyusup heh.." gumam Frans pelan tapi masih mampu di dengar oleh Zero
"Haha.. Kau yang terlalu bodoh sampai-sampai kau tidak menyadari itu hahah.." tawa Zero tambah menggelegar dengan kerasnya
Frans pun menyerahkan Kania pada Shinta dengan hati-hati. Dia mengecup kening Kania yang terlihat ketakutan begitu pula dengan Shinta istrinya.
"Shinta, bawa putri kita pergi dari sini aku akan mencoba menahan orang-orang itu." seru Frans menatap Shinta dengan tatapan sendu
"Aku tidak mau meninggalkan mu sendiri sayang, kita akan menghadapi mereka bersama-sama. Apakah kau lupa aku juga bisa bela diri dan aku akan tetap bersama dengan mu disini." seru Shinta tegas dan tidak mau pergi
"Ku mohon sayang pergilah dan bawa putri kita. Kau harus selamat agar putri kita ada yang menjaga. Kita tidak boleh membiarkan putri kita tumbuh tanpa kasih sayang kita bukan..?" seru Frans mencoba membuat Shinta mengerti
"Tapi aku..."
"Ku mohon pergilah sayang aku
mencintaimu." lirih Frans memotong perkataan Shinta
"Apa kalian sudah selesai berdiskusinya..? Kalian tidak ingin membuatku menunggu nyawa kalian terlalu lama bukan..?" seru Zero menyentak pasangan suami istri itu
"Bajinga* kau akan membayar semua yang telah kau perbuat.." seru Frans
Frans segera berlari menerjang Zero hingga membuat Zero terlempar. Bersamaan dengan itu Shinta pun berlari meninggalkan Frans dengan membawa Kania bersamanya.
Zero yang melihat Shinta kabur langsung memerintahkan anak buahnya untuk mengejar dan menangkapnya hidup-hidup.
"CEPAT KEJAR MEREKA DAN BAWA KEHADAPANKU HIDUP-HIDUP." teriak Zero meradang marah
Frans tidak membiarkan mereka melangkah untuk mengejar istri dan anaknya. Frans langsung mengarahkan pukulan telak di dua orang yang menjadi lawannya.
Frans memang unggul di bidang ilmu bela diri begitu pula dengan Shinta. Karena itulah tidak mudah untuk menumbangkan pertahanan Frans.
Frans mulai memukul, menerjang bahkan melakukan tendangan memutar membuat musuhnya kalah telak. Tapi siapa sangka jika seseorang berhasil memukul Frans dari arah belakang.
Frans jatuh berlutut. Dia memegang pundaknya yang terasa sakit. Dengan susah payah dia melihat ke belakang dan dia sangat terkejut saat melihat siapa yang memukulnya dengan balok.
"Dani.." lirihnya pelan
"Mengapa kau lakukan ini padaku Dan, kita adalah sahabat.." sambung Frans dengan tatapan kecewanya pada Dani
"Haha.. Sahabat kau bilang..? Haha.. orang yang kau katakan sahabat itu telah mati. Dan yang berada di sini adalah aku, Dani Setiawan yang akan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang aku mau.." seru Dani dengan tawa mengejek pada Frans
"Sepertinya kau benar-benar bodoh.." seru Zero lalu menendang kepala Frans
Akkkrrrrhh...
Frans yang tidak siap menerima tendangan itu pun terjembab di tanah sambil meringis sakit memegangi kepalanya.
"Dasar lemah.." sinis Dani
Dani merupakan sahabat sekaligus tangan kanan Frans. Wajar jika Frans begitu kecewa pada Dani dan dia juga tidak pernah menyangka kalau Dani akan berbuat seperti ini padanya.
**Halo reader yang terhormat..
Mari mampir membaca novel baruku ini**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Card Log-On
orang Indonesia ya Thor
2022-02-14
0
eli rina
menarik
2021-11-14
0
Humaira ambar wati
q
2021-07-01
0