Pagi harinya, Lia bangun saat mendengarkan suara adzan subuh yang berkumandang samar-samar namun jelas. Suara yang terdengar tidak asing lagi bagi Lia. Itu adalah suara alarm yang selalu membangunkannya setiap subuh.
Thalia bangun untuk melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Ia mandi, lalu melaksanakan sholat subuh. Kemudian, Lia bergegas keluar dari kamarnya untuk menuju dapur.
Sebelum ia pergi ke dapur, ia melewati tangga yang menjadi penghubung lantai atas dan lantai dasar. Ia sempatkan untuk melihat kamar Rama yang tertutup rapat. Lampu kamar itu sudah menyala terang, menunjukkan, kalau penghuninya telah terbangun.
Kaki Lia dengan ringannya melangkah naik keatas. Tapi, baru saja ia menginjakkan kaki anak pada dua anak tangga. Suara seseorang menghentikan langkah kakinya.
"Mau kemana kamu?" tanya suara yang tidak asing lagi di telinga Lia.
Sontak saja, Lia menjadi sangat kaget dan langsung membalikkan tubuhnya. Karena kehilangan keseimbangan, tubuh Lia terhuyung jatuh. Thalia jatuh kedalam pelukan Rama yang kebetulan sedang berdiri di bawah.
Untuk sesaat, Lia merasa aman. Karena, ia tidak jatuh di atas lantai, melainkan jatuh di tempat yang terasa sangat nyaman. Tapi dengan cepat, Lia sadar, kalau tempat nyaman itu tidak seharusnya tempat yang tepat untuk ia jatuh. Apalagi di saat seperti sekarang ini.
Rama dan Lia dengan cepat saling berjauhan. Rama menatap tajam kearah Lia. Sedangkan Lia, ia merasa malu dan serba salah.
"Maaf dokter Rama, aku tidak bermaksud untuk melakukan itu," ucap Thalia penuh sesal.
Rama tidak menjawab. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan Lia tanpa berkata apapun. Lia menghela napas dalam-dalam dan berat. Laki-laki yang menjadi suaminya saat ini, lebih dingin dari bongkahan batu es.
Lia melangkahkan kakinya menuju dapur. Tapi, ada yang salah dengan pergelangan kakinya saat ini. Baru saja ia mencoba berjalan satu langkah. Kakinya terasa sangat sakit dan begitu nyilu untuk ia gerakan. Tanpa sadar, bibirnya mengeluarkan rintihan pelan namun terdengar sangat menyakitkan.
"Auuuhhh ...."
"Aduh, kenapa ini?" tanya Lia sambil berusaha menggerakkan kakinya.
Awalnya, Rama tidak ingin peduli dengan apa yang terjadi pada Lia. Tapi naluri dokternya berkata lain. Ia tidak bisa membiarkan orang sakit terlantar begitu saja, tanpa ia berikan pertolongan semampu yang ia bisa.
Rama menghampiri Thalia. Ia langsung memegang kaki Lia dengan tangannya yang lembut. Lia yang merasa sedikit kaget, berusaha menyembunyikan rasanya itu. Ia hanya melihat apa yang Rama lakukan pada kakinya.
Rama meminta Lia untuk duduk pada salah satu anak tangga. Namun Lia benar-benar tidak bisa mengerakkan kakinya. Tanpa pikir panjang lagi, Rama langsung membantu Lia untuk duduk.
"Tunggu di sini, aku akan mengambil kotak obat di kamarku," kata Rama sambil bergerak naik keatas.
Lia yang kaget tidak bisa berkata apa-apa. Namun, hatinya merasa sangat kagum akan perlakuan Rama yang begitu perhatian. Tanpa sadar, sudut bibir Lia tersenyum sambil melihat punggung Rama yang berjalan cepat menaiki anak tangga.
Rasa kagum itu terus bertambah di hati Lia, saat melihat Rama yang tergesa-gesa membawa kotak obat menuruni anak tangga. Dengan sigap, Rama membuka kotak obat lalu mengeluarkan salep. Tangannya lembut mengolesi kaki Lia dengan salep itu. Sambil memijit-mijit kaki Lia dengan lembut.
"Coba kamu gerakkan kakimu pelan-pelan," ucap Rama setelah beberapa saat ia memijit kaki Lia.
Lia melakukan apa yang Rama katakan. Ia berusaha menggerakkan kakinya dengan pelan.
"Apa masih terasa sakit?"
"Sudah mendingan Dok. Walaupun, masih ada sedikit nyilu. Tapi ini lebih baik dari yang sebelumnya."
"Bagus kalau begitu," ucap Rama sambil menutup kotak obatnya.
Rama kembali lagi seperti semula. Ia bangun dari duduknya, lalu berjalan menaiki anak tangga. Tapi sebelum itu terjadi, tangan Lia dengan cepat menahan kaki Rama. Langkah Rama terhenti. Ia melihat Lia yang masih duduk sambil mendongak untuk melihat wajahnya.
"Terima kasih dokter Rama," ucap Lia sambil senyum manis.
Rama tidak menjawab. Jangankan menjawab, membalas senyum Lia saja tidak. Ia melanjutkan langkahnya meninggalkan Lia di anak tangga pertama.
"Hush ... esnya kembali membeku," gumam Lia pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Fitriyani Puji
seru crita nya bikin gimana gitu he he
2022-11-30
0
Kenzi Kenzi
tabtangan buat mu neng,nyair in es itu selamanya......sdh 3 taun.lhoh beku😉😎
2021-07-09
1
Nurul Rahmawati
kayaknya lia mulai ada rasa nih
2020-12-08
7