Bab 2

Rama terkesan sangat dingin pada Thalia. Setelah akad nikah, Rama tidak bicara sepatah katapun. Bahkan, saat mereka duduk bersama dalam mobil, tidak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut laki-laki itu.

Sangat sulit untuk mendengar Rama bicara. Bahkan, saat mereka sampai di depan rumah, Rama juga tidak bicara apapun. Bukan hanya dengan Thalia yang baru ia kenal, bahkan dengan sopirnya juga begitu. Rama tergolong laki-laki yang sangat irit suara.

Rama turun dari mobil tanpa memperdulikan Thalia. Ia bahkan tidak mempersilahkan Thalia untuk ikut masuk kedalam rumahnya.

"Nona, kita sudah sampai di rumah mas Rama sekarang," kata sopir itu sambil membuka pintu mobil Thalia dan tersenyum tipis.

"Makasih pak," kata Thalia sambil turun dari mobil.

"Jangan sungkan Non," ucap sopir itu lagi.

Thalia berusaha berjalan cepat agar bisa mengimbangi langkah pelan Rama. Sesekali, ia melihat sekeliling rumah yang tertata dengan rapi.

Pintu rumah terbuka lebar, saat Rama membunyikan bel. Dari balik pintu itu, muncul seorang wanita paruh baya yang tersenyum manis menyambut kedatangan Rama.

"Selamat datang mas Rama. Selamat datang nona. Silahkan masuk," kata wanita itu dengan ramah.

"Apakah kamarnya sudah siap, bik?" tanya Rama pada wanita paruh baya tersebut.

Ini adalah kali pertama Rama bicara setelah akad nikah tadi.

"Sudah mas. Bibik sudah membereskan kamarnya untuk non ...."

Bibik itu terlihat bingung untuk melanjutkan kata-katanya. Mungkin ia sedang berpikir, apa nama dari istri Rama yang baru ini.

"Nama saya Thalia bik. Bibik bisa panggil saya Lia," kata Thalia seakan tahu apa yang bibik itu pikirkan.

"Baiklah Non Lia."

"Antar kan dia ke kamarnya bik," kata Rama sambil berlalu meninggalkan Thalia dan pelayannya.

"Baik mas. Mari silahkan non Lia, ikut bibik. Bibik akan tunjukkan di mana kamar non Lia."

Awalnya, Lia tak percaya dengan apa yang ia dengar. Tapi, setelah bibik itu mengulangi perkataannya untuk yang kedua kali, barulah ia sadar, kalau apa yang saat ini terjadi memang kenyataan.

Ternyata, Rama juga tidak mengharapkan pernikahan ini. Thalia mengira, kalau hanya dia yang tidak menginginkan pernikahan ini. Tapi setelah datang ke rumah Rama, ia baru tahu, kalau Rama juga tidak mengharapkan dirinya.

Thalia mengikuti langkah kaki bibik itu menuju kamar utama di lantai dasar. Sedangkan Rama, ia tinggal di kamar atas rumah ini.

"Non Lia, ini kamar non Lia sekarang. Semoga, non Lia suka dengan kamarnya yah," ucap bibik sambil membuka pintu kamar.

Saat pintu kamar terbuka, Lia masuk dan melihat seluruh isi kamar. Suasana kamar itu terlihat indah. Semuanya tertata dengan rapi. Kamar itu juga sangat luas.

"Bibik gak tahu apa kesukaan non Lia. Tapi, semoga saja non Lia nyaman di rumah ini ya non."

"Makasih bik. Saya suka dengan kamar ini."

"Bagus deh non, jika non suka dengan selera bibik. Oh ya, non Lia bisa panggil bibik dengan panggilan bik Asih."

"Baik bik," ucap Lia sambil tersenyum pada bibik.

"Oh ya non. Besar harapan bibik pada non Lia. Semoga non Lia bisa memberi kebahagiaan pada mas Rama. Walau hanya sedikit saja kebahagiaan," kata bik Asih sambil tertunduk sedih.

"Apa maksudnya bik?" tanya Lia dengan tatapan penuh penasaran.

"Bibik sangat berharap, non Lia bisa membuat mas Rama tersenyum, walau hanya senyum kecil. Bahkan, satu kali saja tersenyum."

Lia semakin merasa penasaran. Ia tidak mengerti dengan apa yang wanita paruh baya itu katakan. Matanya menatap penuh pertanyaan pada bibik yang berdiri tegak dihadapannya saat ini.

"Apa yang bibik katakan, aku sungguh tidak mengerti bik. Kenapa dengan Rama?"

"Sejak mas Rama kehilangan istrinya, ia tidak pernah tersenyum lagi non. Bahkan, satu kali pun tidak pernah tersenyum. Yang ada, ia hanya menangis dan bersedih saat berada di kamarnya. Ini sudah tiga tahun berlalu, tapi mas Rama masih sama. Masih tidak bisa menerima kenyataan dan selalu menyalahkan dirinya atas kecelakaan yang merenggut nyawa istrinya itu."

"Jadi ... istri dokter Rama meninggal akibat kecelakaan?" tanya Thalia dengan nada iba.

"Iya non. Mbak Melati meninggal karena kecelakaan mobil. Dan mas Rama, ia tidak bisa menerima hal itu."

"Non Lia, berjanjilah pada bibik, kalau non Lia akan membuat mas Rama tersenyum kembali. Besar harapan bibik pada non Lia, supaya non Lia bisa menghilangkan sedikit saja kesedihan mas Rama," kata bik Asih sambil memegang kedua tangan Lia.

"Kenapa saya bik?"

"Karena non Lia adalah wanita pertama yang masuk kedalam rumah ini, setelah mbak Melati."

Terpopuler

Comments

Fitriyani Puji

Fitriyani Puji

perhatian banget art nya ,semoga mereka bisa sling menerima apa ada nya amiin

2022-11-29

0

Rafli Sitio

Rafli Sitio

lebay tu artnya

2021-10-07

0

re

re

Semangat Thalia

2021-06-06

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!