Sasya 'pov
'Indonesia '
at 16.00 pm take off airplane.
Aku duduk dikursi vip ku atau bisa di sebut kursi business class, sepi tidak ramai orang hanya ada 3 penumpang saja di dalamnya. Masih ada tujuh jam untuk sampai sana, perjalanan yang sungguh melelahkan hati dan pikiranku. Di mana baru pertama kali aku pergi sendiri tanpa sahabatku. Agar menghilangkan kegabutan aku menonton drakor dan streaming Mv idolaku.
'*T**okyo, Japan* '
at 00.30 am landing airplane
Perbedaan waktu antara Jakarta dan Tokyo dua jam lebih awal. Aku bergegas mencari taxi airport dan ke apartement yang sudahku booking. Saat diperjalanan menuju apartement, aku melihat indahnya kota Tokyo dan lampu-lampu indah menerangi perjalanan kami. Lantaran tadi sebelum landing aku sudah makan, jadi aku nggak usah mampir ke resto untuk makan malam.
Sesampainya di apartment yang mewah, aku langsung membaringkan tubuh di kamar. Lalu aku mengambil ponsel untuk menghubungi para sahabatku untuk memberi kabar.
drrrt, drrt, drrt
Saat ponselku dalam genggaman bergetar.
Panjang umur, baru mau ditelepon keduluan pacar halunya Jungkook, batinku.
"Halooooooo," teriak Quira dari seberang sambungan telpon.
"Sumpah, kuping gw bisa budeg njir." marahku.
"Kita video call yuk !!!" titah cempreng Quira disambungan telepon tersebut.
"Bentar, tambahin Nita dulu," ucapku.
"Sya, video call nya ganti dilaptop aja !!!," sambung labil Quira yang melembutkan nada bicaranya.
"Hallo, guys." saat Nita sudah terhubung di panggilan grup tersebut.
"Pindah di laptop," ketusku.
"Kasian, jangan nangis !!!" ledek Quira kepada Nita dan langsung mematikan sambungan telepon.
Aku pun membuka laptop dan menghubungi mereka berdua. "Sudah gw duga, kalian habis nangis," ucapku saat melihat dari panggilan vidcall mata mereka membengkak.
"Heran, makeup enggak ada gunanya," ucap Quira yang sedang memegangi matanya.
"Tau nih, gw juga udah make concealer sama makeup tipis-tipis biar nggak buluk." saat Nita sedang merendahkan diri.
"Alah, lo no makeup aja udah cakep," ucap Quira yang sedang insecure. "Percuma makeup, mata merah lo enggak bisa bohong." Melihat matanya Nita yang merah menandakan dia habis menangis.
"Eits, kita semua cantik." aku pun berucap sambil memisahkan para sahabatku yang akan berujung keributan, walaupun aku melihat mereka lucu kalau sudah ribut. "Coba ingat pas kita SMP, sepopuler apa kita di sekolah...,"
"Populer gara-gara prestasi sama wajah, body juga mendukung cakep," ucap Quira dengan wajah percaya dirinya.
"Gw capek jadi populer di sekolah, cowok buaya pada datang," keluh Nita sambil memasang raut wajah yang pasrah di depan kamera laptopnya.
Setelah dua jam kami mengobrol hal-hal random dan akhirnya pertanyaan yang bikin dadaku sesak dan menghela napas panjang.
"Sya, by the way lo besok langsung masuk kerja?" ucap Nita sambil menarik senyum manis diwajahnya.
"Belum, besok istirahat dulu habis itu jalan-jalan," ucapku dengan tegar.
"Kut, ikut, ikut," jawab Quira yang bernada. "Pengen jalan-jalan juga di Jepang." sambil memasang raut wajah memohon.
"Oke, jalan-jalan virtual yah?" yang biasanya kami selalu jalan bareng-bareng.
Mereka pun menjawab dengan anggukan.
"Terus, lo mau lama di Jepang ?" aku melihat di layar laptop mata Quira mulai berkaca-kaca.
"Hmm, liat situasi dan kondisi dulu." aku pun menghela napas panjang, para sahabatku menaruh harapan besar agar aku cepat kembali ke indonesia, bertemu mereka secara langsung.
"Jangan tinggalin kita lama-lama, ya !!!" ucap Nita dari seberang panggilan videonya. "Peluk online." kami pun berpelukan online.
Aku pun mengakhiri video call kami yang sudah berjam-jam, karena di sini sudah hampir ingin memasuki waktu shubuh dan kami belum sama sekali tidur. Aku pun mulai membaringkan tubuhku di kasur. Walaupun tadi video call di atas kasur sambil bersandar di headboard. Mungkin tengah hari atau sore aku akan berjalan-jalan menelusuri kota Jepang yang memiliki pesona yang indah (Ya, apapun juga lebih indah tanah kelahiran sendiri. Indonesia maksudku)
...⚘⚘⚘...
3 tahun kemudian
At 07.00 am.
International airport Soekarno - Hatta
Sasya pun tiba di Indonesia setelah ia menyelesaikan kuliah dan kerjanya. Setelah itu Sasya langsung pergi kerumahnya. Menaiki taxi airport menuju rumah.
"Ya ampun, rumah gw." ucap Sasya setelah turun dari taxi dan berdiri didepan gerbang rumah, melihat rumah besarnya. "Kok, gerbangnya enggak dikunci?" ucap Sasya panik, lalu mendorong gerbang besar yang tinggi dan tidak lupa berlari sambil menarik kopernya.
dor, dor, dor
Saat Sasya masuk kedalam kertas party warna-warni berterbangan mengenai Sasya saat party popper di ledakkan oleh dua sahabatnya.
"Suprise, gimana panik enggak." ucap Nita yang melihat raut wajah Sasya yang sangat terkejut.
"Panik enggak, panik enggak, paniklah masa enggak," sambung Quira seraya tertawa renyah.
Seketika pun air mata Sasya jatuh, merasa hari ini adalah hari yang sangat bahagia baginya. Ia pun langsung memeluk kedua sahabatnya.
"Jangan nangis !!!" Quira pun menyeka air mata Sasya yang telah membasahi, lalu Sasya pun menarik senyum di pipinya.
"Ayo, ikut kita !!!" Nita pun sambil menutupi mata Sasya dengan kain hitam. Sasya hanya bisa menurut.
Mereka membawa berjalan menuju garasi rumah Sasya, ada sebuah kado besar untuk Sasya. "Udah, sampai." Quira pun langsung membuka penutup mata Sasya.
"Tadaaaa, kado spesial untuk sahabat kita," sambung Nita sambil menunjukan sebuah kotak besar yang di hiasi pita yang sangat besar ada dihadapan mereka.
"Sumpah, gw nggak minta apapun selain kalian udah menyambut kedatangan gw, itu lebih dari cukup."
"Nggak apa-apa, anggap aja kado ulang tahun," ucap Quira.
"Gw jadi bersalah kalau gini, gw janji bakal ngebeliin apapun yang kalian mau," jawab Sasya yang merasa tidak enak hati dengan mereka.
"Alah, enggak usah enggak enak," ucap Quira.
"Kita temenan udah lama, lo juga sering bantu kita kok," sambung Nita sambil menepuk bahu Sasya. "Gw buka kadonya, ya." sambil menarik ujung pita dan terbuka isi kado tersebut.
"Ini, bener-bener gila," ucap Sasya excited, ia mematung dan matanya membulat melihat sebuah motor sport Kawasaki Ninja zk 25r berwarna putih yang seharga dp dari mobil sport baru.
"Kunci, bpkp sama stnk." Nita pun menyodorkan kepada Sasya.
"Mari kita coba !!!" Sasya meraih pemberian dari Nita.
Dua sahabatnya menyaksikan Sasya saat menaiki motor sport tersebut, sangat berdamage sekali. Membuntuti Sasya keluar dari garasinya dengan motor sport mereka juga. Mereka membeli model dan type yang sama hanya berbeda warna. Nita merah dan Quira hijau. Mungkin Sasya tidak menyadari kalau ada dua motor sport terparkir di garasi yang tidak jauh keberadaannya saat mereka berdiri untuk memberi suprise.
"Ceritanya kita anak genk motor gitu?" Sasya berhenti menggeber motornya di depan garasi besarnya yang luas dan baru menyadari ternyata temannya juga membuntuti menggunakan motor sport.
"Konsepnya tidak mengarah seperti itu." Quira membantah perkataan Sasya.
"Ya, karena kita anak baik dan tidak sombong," sambung Nita.
"Cailah neng, tidak sombong ceunah." Sasya sambil mencubit pipi Nita yang berada di sampingnya dan seperti biasa Sasya suka berkata dengan logat sundanya. "Ehh, kok lo bisa naik motor kopling." ledek Sasya terheran.
"Les privat dulu sama gw." Sombong Quira.
"Aihs, mantaplah," ucap Sasya sambil menepis paha Nita.
"Paha limited edition nih." Nita pun sontak mengelus pahanya yang di tepis Sasya yang kebetulan Nita memakai rok pendek dan baju atasan crop tee. Mereka memang seorang fashionable, tapi sekarang mereka lebih suka memakai style korean fashion.
...⚘⚘⚘...
Mereka lanjut menggeber motornya mengelilingi ibu kota Jakarta. Tersadar hari semakin malam mereka pun beristirahat di sebuah resto, tapi kali ini bukan milik Sasya. Karena mereka sejak siang belum makan dan tadi siang mereka hanya mampir di sebuah cafe dan hanya memakan cupcake.
"Sya, coba cerita saat lo di Jepang !!!" ucap Nita sambil menyedot strawberry juz seraya menunggu pesanan makanan mereka datang.
"Iya, bener, Sya." sambung Nita yang juga menyedot chocolate ice blend.
"Jadi gini ceritanya, gw kerja selama dua belas bulan di Rumah sakit. Setelah itu lanjut kuliah di universitas ternama di sana dan kebetulan gw berteman baik dengan Azumi Yuriko, dia cantik dan baik hati. Karena gw enggak sanggup kuliah di Jepang karena tradisinya yang sangat bebas, lalu gw ikut pertukaran pelajar ke Harvard University bersama Azumi, awalnya gw kira dia enggak ikut, tetapi dia ingin tertarik juga ikut pertukaran pelajar. Akhirnya kami menyelesaikan kuliah kami secara bersama, ketika weekend kuliah di semester satu, gw di ajak dia ke Korea Selatan buat nonton konser sama fansign. Di situ gw enggak nyangka banget bisa ketemu BTS secara langsung dan nonton konsernya, gw seneng dan bahagia. Pas ke fansign serasa gw pengen meninggoy, sedeket itu sama mereka so it was a amazing day." cerita Sasya yang excited sambil menyedot avocado juz.
"Wihhh, gila kuliah lo lebih cepat dari kita...," jawab
Quira yang terkagum setelah mendengar cerita Sasya.
"Padahal, kita juga circle cumlaude dari pada yang lain. Ternyata si jenius Sasya mengalahkan kita." Nita sambil bertepuk tangan pelan tanpa bunyi. Karena kondisi mereka sedang ada di tempat keramaian publik yang mungkin sekitar akan terganggu.
"Jangan lupa, nanti ajak Azumi Yuriko main ke Indonesia," ucap Nita.
"Nanti kalau dia ada waktu luang gw suruh dia ke kesini dan gw kenalin sama kalian," jawab Sasya.
"Sya, lo kok nggak bawa BTS kesini?" tanya Quira. "Udah kekonser sama ke fansign enggak ngajak." Lirikan mata tajam Quira ke Sasya.
"Jahat lo, se-enggaknya kalo enggak ngajak, sabi kali lo karungin mereka buat kita." Tepis Nita di bahu Sasya.
"Maafin gw, soalnya Yuriko yang tanggung semua biayanya, gw cuman nebeng." Cengengesan Sasya.
"Kenapa Yuriko mau bayarin lo?" heran Quira. "Padahalkan lo punya banyak duit."
"Gara-gara dia hutang budi sama Sasya." tebak Nita.
"Iyakan Sya?" menaikan satu alis.
"Iya," jawab Sasya sambil di iringi anggukan.
"Nahloh, lo kasih mobil mercy buat dia ?" tanya penasaran Quira yang sangat kepo.
"Anjir enggak, dia anak sultan murah mobil segitu mah," jawab Sasya. "Gw pernah beliin dia album BTS keluaran terbaru."
"Album doang?" Quira yang terkejut. "Balas budinya nonton konser ?!!!" Bertepuk tangan kecil.
Menggelengkan kepala dengan perasaan tidak bisa berkata-kata. "Ya ampun, enak banget punya teman modelan kayak gitu," sambung Nita seraya menopang dagunya dengan kedua tangan.
Makanan yang mereka dipesan tadi sudah datang, setelah menunggu lama. Mungkin karena resto tersebut rame dan mereka memesan menu makanan lumayan banyak.
¤
¤
¤
¤
¤
¤
🖍Jangan lupa Vote dan Like🖍
📖 Selamat membaca 📖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments