Together Again

Together Again

Kisah yang luar biasa

Di pagi hari tepatnya hari senin seperti biasa Sasya berangkat kesekolahan dengan mengendarai motor matic-nya untuk praktikum kejuruan, karena praktikum tidak bisa dilakukan dengan online dan mengharuskan Sasya seminggu sekali untuk datang praktikum ke-sekolah, di sebabkan karena adanya pandemi. Sasya baru menginjak kelas sepuluh SMK Kesehatan. Sasya adalah siswi baru tahun ajaran tahun ini. Kebetulan Sasya mengambil jurusan Keperawatan.

"Bismilah." ucap Sasya sebelum mengendarai motor nya yang belum lama ia panasi di garasi rumah.

Sesampai-nya Sasya bertemu teman sekelasnya, tanpa basa basi pun langsung memulai melaksanakan praktikum sesuai jadwal. Sasya mempunyai mimpi besar berkerja sebagai perawat di rumah sakit Jepang, terinspirasi dengan visi dan misi sekolah yang menyalurkan alumni-nya yang berminat untuk di tugaskan di Jepang. Sasya mempunyai tekad untuk bisa bekerja di sana, sebagai loncatan untuk menambah ilmu dan mengenal budaya negeri sakura.

...⚘⚘⚘...

Dua tahun pun berlalu banyak rintangan yang Sasya lalui. Akhirnya masa yang di tunggu-tunggu tiba untuk anak kelas duabelas, kelulusan sudah di depan mata hanya tinggal menghitung hari saja. Jatuh bangun Sasya mengikuti seleksi untuk bekerja ke Jepang.

Hari ini Sasya terakhir mengikuti eskul bahasa Jepang di sekolah dengan sensei yang sudah ia kenal baik.

Sasya pun masuk dan langsung ikut pembelajaran. Dengan tenang para murid menarik kursinya masing-masing. Kebetulan sensei pun langsung masuk kedalam kelas bersama guru pembimbing yang berjabatan sebagai hubin disekolahku.

Guru pembimbing pun cepat menyampaikan sebuah informasi penting. "Murid-murid ibu yang pintar, ibu akan memberitahu bahwa sebentar lagi akan diumumkan siapa yang lolos seleksi untuk bekerja ke Jepang. Jangan khawatir paspor dan tiket pesawatnya sudah di tanggung oleh pihak sekolah. Jadi kalian yang lulus seleksi sudah tinggal berangkat saja. Pihak sekolah pun sudah menentukan akan di tempatkan di beberapa Rumah Sakit sesuai potensi yang di miliki masing-masing anak," ucap guru pembimbing seraya tersenyum memandang semua murid di hadapannya yang tengah sedikit ribut berbisik dengan teman depan, samping dan belakang.

"Baik bu, terimakasih informasinya." ucap murid dengan serentak sambil menganggguk.

Karena Sasya masih bingung dan penasaran, ia mengangkat sebelah lengan-nya untuk bertanya.

"Ibu Sasya ingin bertanya?" ucap sasya kepada guru pembimbing dengan raut wajah riang-nya.

"Iya nak ingin bertanya apa?" ucap ramah guru pembimbing sambil menatap Sasya.

"Sasya ingin bertanya, maksud dari menentukan Rumah Sakit apa ya bu? saya belum paham." ucap Sasya kepada guru pembimbing.

"Oke, jadi maksud dari menentukan Rumah Sakit itu setiap Asper yang di pekerjakan di Rumah Sakit Jepang dipilh sesuai keahlian dan kompetensi masing-masing dari Asper, misalnya Asper Sasya dia rajin dan pintar memiliki hasil tes seleksi tinggi, maka Sasya akan di masukan ke Rumah Sakit terbesar dan terkenal di Jepang. Biasanya setiap Asper di pencar ke Rumah Sakit lainnya jadi kalian tidak ada barengan-nya untuk bekerja dalam satu Rumah Sakit tersebut. Apakah penjelasan yang ibu berikan mudah di pahami atau tidak?" tidak henti sang guru selalu mengakhiri dengan senyuman.

"Sangat medah untuk di pahami bu, terimakasih." ucap Sasya sambil menarik senyum ujung bibirnya. Murid yang lainnya menjawab dengan menganggukkan kepala saja.

...⚘⚘⚘...

Sore pun tiba Sasya pulang kerumah setelah seharian lelah belajar seraya bermain tersebut. Sesampai-nya di depan gerbang rumah dengan beberapa kali ia tekan bell. Pak Badri langsung bergegas membukakan pintu gerbangnya. Pak Badri adalah selaku satpam rumahnya. "Pak, Mamah udah pulang belum?" tanya Sasya ramah.

"Sudah nona Sasya." pak Badri menganggukkan kepala seraya tersenyum.

"Terimakasih," jawab Sasya seraya membalas senyuman.

Sasya pun memarkirkan motor di garasinya.

Berjalan masuk kedalam rumah dan tidak lupa bersalam mencium tangan ibu-nya yang tengah terduduk di sofa ruang televisi. "Anak mamah sudah pulang?" ujar wanita cantik di hadapannya mengusap lembut rambut Sasya. "Cepat mandi, lalu makan !!!." menarik senyum di wajah-nya.

Mata Sasya pun menelusuri seluruh isi rumah. "Sebentar, papah belum pulang?" Sasya yang menyadari bila sesosok cinta pertamanya belum kunjung berada di rumah, lalu mendudukkan diri.

"Papah masih banyak pekerjaan di resto, sayang."

sambil mengusap lembut rambut Sasya yang duduk di sebelah-nya. "Cepat mandi !!!" titah tegas-nya.

Sasya berlari masuk ke kamar langsung mandi, setelah mandi Sasya membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk sambil menatap kearah langit-langit atap. Sambil membayangkan apabila ia sudah bekerja di Jepang dan berharap ia lulus seleksinya. Alih-alih hasil kerjanya selama ini untuk membanggakan kedua orang tua-nya atas pencapaian yang sudah di raih-nya.

...⚘⚘⚘...

Hari ini adalah hari di mana bahagia dan haru bagi seluruh murid akhir kelas duabelas, karena hari ini adalah puncak yang di nanti selama tiga tahun,yaitu hari kelulusan. Di mana perpisahan yang menemani selama tiga tahun pun usai di hari itu. Rasa pertemanan tidak akan sama setelah lulus tiba mereka yang sudah sibuk dengan dunia-nya masing-masing. Di mana dunia pun memberikan suatu pembukaan jalan menuju dewasa-nya seseorang untuk lebih nyata menghadapi dunia luar.

Mungkin setelah lulus ada yang melanjutkan menuju perguruan tinggi dan ada pula yang berkerja atau berwirausaha, semua bagaimana kondisi kehendak setiap individu. Setiap manusia mempunyai ekonomi yang berbeda, patutlah kita selalu bersyukur atas nikmat yang sudah di berikan sang maha kuasa. Beruntung-nya untuk kalian yang masih memiliki orangtua yang lengkap untuk menyaksikan kelulusan. Sasya baru saja kehilangan kedua orangtua-nya, ia memendam rasa sakit dan sedihnya setelah seminggu orangtua-nya meninggalkan Sasya seorang diri karena tragedi kecelakaan yang menimpa kedua orang tua-nya, mungkin sekarang sekarang sudah bahagia diatas sana. Lalu pandemi covid 19 pun telah usai.

Dua orang gadis cantik menemui Sasya yang masih terlelap di kamar-nya. Merekalah sahabat Sasya, Nita dan Quira yang sedang menginap di rumah Sasya selepas kepergian orangtua Sasya yang sudah menemui tuhan di atas sana.

"Ya ampun, bangun Sya, ntar kesiangan gimana?" ucap Nita lembut sambil menepuk punggung Sasya yang membelakanginya.

"Sasya hari ini hari kelulusan, masa lo enggak mau lulus sih?" ucap Quira.

Brak, Brak, Brak

"Bangun enggak !!!" sambil berdiri depan pintu yang sudah terbuka dan menggedor-nya.

"Eh anj, enggak usah sampai segitu-nya kali pintu orang rusak mau ganti?." ucap Nita sambil menggeplak Quira karena saking kesal-nya.

Nita 'pov

Ya allah punya temen gini banget sih. Disaat temennya lagi berduka dia malah kayak ngajak tawuran suka emang rada-rada si Quira. Mana sekolah misah sendiri gara-gara katanya enggak mau ngambil jurusan keperawatan terus malah ngambil di sekolah umum yang jurusannya otomotif dengan planning mau bantuin papah-nya di bengkel. Sebelum hari kelulusan dia mau ngambil kuliah jurusan keperawatan di SNPMB jalur rapot.

"Aihs sakit..." jawab Quira mengerang sambil memegangi kepala "Tenang gw bisa ganti kalau pintu gini doang, berapaan sih?." Quira menyombongkan diri-nya.

Tiba-tiba.....

Bantal melayang mengenai kepala Quira.

Mampus. Ucap batinku dan langsung melihat kebelakang dan ternyata Sasya sudah berdiri di atas kasur, sontak aku kaget tiba-tiba Sasya teriak.

"Berisik woy !!! alah si Quira belagu Nita." ucap Sasya sambil menepuk punggungku. "Masih pake uang ortu aja lo bangga," lanjut Sasya.

Quira pun cengengesan. "Allahu akbar gw lupa ternyata." menepuk dahinya. "Kalem Sya, enggak boleh se-fakta itu. Cukup ampun suhu...." ucap Quira seraya membungkukkan setengah badan.

Tertawa sangat kencang saat melihat sikap Quira setelah terserang sarkas Sasya. Aku sudah melihat adanya sedikit keceriaan di raut wajah Sasya, bahkan aku tidak tahu bagaimana isi hatinya.

Nita 'pov end

Quira berlari meninggalkan mereka berdua, masuk ke dalam kamar yang di singgahi-nya selama seminggu yang lalu dan membuka koper-nya untuk mengambil sesuatu. "Eh guys, liat buku tabungan gw banyak 'kan...." Quira memperlihatkan tabungannya dengan menaikan kedua alis-nya.

Saat Quira menunjukan saldo tabungannya, Sasya langsung menoleh ke Nita memberi kode tatapan isyarat. "Rajin banget sahabat gw menabung" Sasya menghampiri seraya menepuk-nepuk puncak kepala Quira.

"Wihhh banyak tuh, traktir boleh kali...," ledek Nita.

Dan tiba-tiba Sasya membubarkan pembicaraan mereka untuk segera mandi sebelum terlambat menuju acara kelulusan mereka termasuk Quira walau pun beda sekolah. Sesegera mungkin mereka mandi memasuki kamar mandi mana pun yang kosong di rumah Sasya.

Mereka berangkat kesekolah masing-masing dengan melesat menggunakan BMW putih milik Quira. Quira pun selayaknya supir yang mengantar Nita dan juga Sasya menuju sekolah. Orangtua Nita dan Quira pasti sudah sampai duluan disana. Dimana hari ini hari penting Sasya dan Nita berserta orangtua-nya sudah merencanakan untuk menjadi wali Sasya hari ini. Nita sudah membayangkan betapa sedih-nya Sasya tidak ada yang menemani di hari istimewa ini.

"Bye, bestie," ucap kompak seraya melambaikan tangan mereka saat Quira menurunkan di depan gerbang sekolah dengan di balas klakson oleh Quira.

Mereka sudah selayaknya tuan putri yang sangat anggun dan cantik untuk menyambut kelulusan. Dengan di balut sepatu heels dan kebaya berwana navy dengan gaya rambut di sanggul modern yang membuatnya mereka tambah mempesona.

flashback on

Sasya menuruni anak tangga hendak sarapan menuju meja makan, tetapi kini Sasya sudah berpakaian rapih. "Pagi, mah." Memeluk mamahnya dari belakang.

Menoleh ke arah Sasya. "Ya, ampun wangi sekali gadis mamah, mau kemana nih?" menarik kursi meja makan di sampingnya dengan menyuruh Sasya cepat terduduk seraya menyelipkan rambut Sasya di belakang telinga.

Sasya sangat cantik dengan rambut terurainya memakai bando mutiara di balut mini dress casual berwarna navy dan tas ransel kecil-nya berwarna hitam, tidak lupa untuk flat shoes putih. "Mamah udah lupa? Semalam baru aku minta izin." Menghembuskan napas panjang seraya menyilangkan tangannya.

"Baiklah, jangan terlalu malam pulangnya." ucapnya seraya tersenyum.

Setelah Sasya menyelesaikan sarapannya, ia hendak menuju garasi rumah. Sasya melihat papah-nya tengah sibuk berurusan dengan mesin mobil. "Sudah nanti lagi pah, sarapan dulu. Mamah sudah menunggu di meja makan," titah Sasya seraya tersenyum.

"Anak papah sangat cantik hari ini." pujinya seraya menyilangkan tangan dengan di iringi anggukan kepala.

"Oh... Jelas. Ya udah aku mau berangkat, teman-ku udah menunggu di depan." Usai berpamitan dan melambaikan tangan Sasya bergegas menemui Nita dan Quira yang berada di depan gerbang rumah.

...⚘⚘⚘...

Malam pun tiba dengan bulan purnama yang cantik dengan di temani oleh bintang-bintang menghiasi langit malam. Kini Sasya sedang di dalam perjalanan hendak pulang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. "Seru banget 'kan pesta Lala tadi," ucap Nita.

"Real !!! Meriah banget," jawab excited Sasya.

"Nita kayaknya lo harus adain pesta meriah juga menyambut sweet eighteen," ucap Quira yang tengah fokus menyetir.

"Mana ada, ngawur." Sorak Nita seraya menggoyangkan badan Quira.

Sasya tertawa menonton keributan mereka berdua. "Udah, udah." Sasya memisahkan mereka.

Akhirnya perjalanan pun sudah sebentar lagi sampai ke depan rumah Sasya. "Wait, rumah lo banyak tamu, Sya?" heran Quira memberhentikan mobil di depan rumah tetangga Sasya, karena di depan rumah Sasya banyak sekali mobil terparkir.

"Ada apa, ya?" Nita pun ikut terheran, lalu mereka turun dari mobil.

Sasya yang bingung dan terheran pun masih mematung berpikir. Ia mengambil ponsel di dalam tas berusaha menyalakan. "Yah, lowbat," gumam Sasya.

"Sasya," seseorang memanggil dengan nada berat berjalan menghampiri.

Sasya menoleh ke arahnya. "Om Robby." sontak Sasya terkejut dan bersalaman. Saat Sasya menegakkan kepalanya menoleh kearah dua orang yang sedang berjalan membawa karangan bunga besar melewatinya dengan bacaan.

TURUT BERDUKA CITA ATAS MENINGGALNYA MR. ADAM HARIZ DAN MRS. RANIA SAFIRA. DARI REKAN BISNISMU ROBBY KURNIAWAN DAN KELUARGA.

Sasya yang membawa tulisan tersebut pun langsung berlari cepat masuk kedalam rumah dengan tangisan yang pecah. "Mamah, papah...," teriak Sasya melalui banyak orang di hadapan-nya. Memasuki rumah ia melihat jenazah kedua orangtua-nya sudah terbaring di balut dengan kain kafan di kelilingi banyak orang yang sedang mengaji yasin. Kakinya lemas tidak kuat berdiri lagi, dadanya sesak seakan-akan ini adalah mimpi untuk-nya. Semua orang menoleh kepadaku termasuk mbok Ani menghampiriku dengan memeluk erat. "M-mbok ini m-mimpi 'kan...?" ucap-nya gemetar terbata-bata seraya menahan tangis pecah-nya.

"Yang sabar, nona Sasya," lirih mbok Ani seraya mengusap lembut kepala-nya.

"Enggak, enggak mungkin !!!" Sasya berusaha menyangkalnya.

Note:

Sensei : Guru (dalam bahasa jepang)

...⚘⚘⚘...

Pelangiku sudah hilang meninggalkanku, kini aku hilang arah dan tenggelam dalam kesedihan. Aku lebih memilih kehilangan teman dan kekasih daripada kehilangan orangtua-ku. Garis kehidupan manusia berada di tangan tuhan, manusia tidak pernah bisa menghalangi takdir.

_Sasya.

¤

¤

¤

¤

¤

¤

🖍Jangan lupa Vote dan Like 🖍

📖 Selamat membaca 📖

Aku harap kalian suka sama karya aku🤗

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!