Sugar Daddy

Sesampainya di sana mereka langsung bertemu orangtua Nita. Kini Nita yang di dampingi oleh papah-nya dan Sasya yang didampingi mamah Nita. Mereka duduk bersampingan dengan Nita yang terus memandang Sasya yang terdiam dengan tatapan kosong.

"Sya, lo kenapa?" bisik Nita yang cemas seraya menepuk pelan paha Sasya.

Sasya pun sontak terkejut mendengar suara Nita. Ia menghembuskan napas panjang. "Ta, kok Quira diemin gw terus, ya? Kayaknya Quira marah sama gw deh." menoleh kearah Nita.

"Kayaknya dia enggak marah kok." mengusap punggung Sasya seraya menarik senyum "Udah jangan dipikirin lagi, gw tad......" ucapan Nita terpotong saat nama-nya tersebut di panggil oleh mc yang segerakan mengambil ijazah.

Sasya pun menghembuskan nafas pasrahnya saat Nita berjalan menuju panggung dan mengambil ijazah tersebut. Quira masih marah enggak sih sama gw, batin Sasya cemas.

Nita kembali dari depan sudah menerima ijazahnya dan teringin melanjutkan bicaranya. "Sya, gw lanjutin ngomong yang tadi, jadi gini tadi gw li......." dan terpotong kembali ucapannya.

"Bentar, gw dipanggil." Sasya membangunkan diri berjalan melangkahkan kaki kedepan panggung.

...⚘⚘⚘...

Sasya 'pov

Ku berjalan kedepan menuju panggung menghampiri guru-guru, kepala sekolah dan mc, sontakku kaget dengan apa yang mc katakan kepada seluruh warga sekolah yang ada di hadapanku.

"INI SALAH SATU SISWA PINTAR DAN BERPRESTASI YANG DAPAT KERJA DI RUMAH SAKIT TERBESAR DAN TERKENAL YANG BERADA DI JEPANG, BOLEH KASIH TEPUK TANGAN-NYA ." teriak mc yang sambil memegang mic.

Air mataku tiba-tiba jatuh membasahi pipi yang sudah rias oleh makeup flawless. Sontak aku langsung menyeka air mata dan membalikkan diri menghadap para audience dan melemparkan senyum lalu sedikit membungkukkan badan kepada seluruh audience staff penting di hadapanku. Di atas panggung ini aku bisa melihat betapa lebar senyum Nita dan juga orangtua-nya dengan excited. Keluarga Nita dan Quira adalah salah satu keluargaku yang tersisa yang selalu mendukung dan menyanyangiku sama seperti anak-anak mereka.

prok, prok, prok

Suara meriah tepuk tangan terdengar melengking di telingaku mengisi seluruh gedung besar tersebut, aku melihat Nita dari jauh dengan mata-nya berkaca-kaca sambil tersenyum lebar hingga mata-nya menyipit seraya bertepuk tangan. Sebelumnya aku sangat-sangat bersyukur atas do'a-ku yang sudah di ijabah oleh tuhan yang maha esa, tapi aku sedih dadaku pun terasa sesak di saat yang berbahagia aku tidak di dampingi oleh orangtua-ku sering terlintas semua jasa yang mereka berikan dan selalu men-support hal apapun selagi positif kepadaku. Seakan-akan aku terpental oleh kenyataan yang kini hanya menyisakan kenangan indah bersama mereka, tidak akan pernah lupa bagaimana perjuangan sampai di titik jaya-nya kedua orangtua-ku.

Sebagai anak penting untuk menjaga martabat keluarga dengan baik dan juga menjaga semua peninggalan mereka untukku, aku tidak boleh hanyut dalam kesedihan terus-menerus karena mungkin mereka akan merasakan sedih juga. Mulai detik ini aku walaupun mereka sudah tiada harus berjuang untuk mengejar planing masa depan yang sudahku buat semata-mata hanya untuk membanggakan mereka tidak ada kata terlambat untuk berjuang. Mereka masih bersama dalam jiwaku di dalam hati mungil ini, mereka pun senantiasa melihatku dari alam yang berbeda.

Mendali kelulusan berserta selongsong pun di berikan oleh staff petinggi serta kepala sekolah dan seluruh dokumen-dokumen pentingku untuk berangkat ke Jepang. Aku pun tinggal menunggu ijazah selesai di cetak dan pergi mengambilnya kembali kesekolah.

"Teruslah berprestasi dan semangat, ya nak !!!" ucap kepala sekolahku sambil memeluk debgan mata berkaca-kaca terasa menjatuhkan air matanya di bahuku.

"Ibu jangan nangis." Aku pun dengan cepat mengusap air matanya.

"Kamu salah satu murid yang terus mengharumkan nama sekolah ini, ibu bangga denganmu." tersenyum seraya memegang erat kedua lengan atasku.

"Iya bu, terimakasih berkat ibu juga saya bisa seperti ini," dan dijawab anggukan oleh ibu kepala sekolah.

Setelah seluruh guru dan staff yang ada disekolah memberiku ucapan selamat dan terus menyemangatiku. Terasa hidupku kembali terbangun dari jurang kegelapan akibat kesedihanku yang mendalam. Berjalan melangkahkan kaki menuruni panggung kembali ketempat dudukku dan langsung memeluk sahabatku. Tidak lupa papah Nita pun memberiku ucapan selamat. Hidupku semakin berwarna dan berarti, hatiku bahagia, perlahan aku bisa mengikhlaskan kepergian mereka agar tenang di alam sana.

"Congrats, ya ampun enggak lama lagi lo ninggalin gw," ucap Nita yang tersenyum dan meneteskan air matanya. Aku langsung membalasnya dengan pelukan.

Mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela. Aku harus menanggung semua keputusan awalku yang sudah aku jalanin selama tiga tahun ini. Rasa berat di hatiku untuk meninggalkan mereka, mungkin seminggu lagi aku masih bisa bersama mereka dengan nyata dan tidak berjauhan.

...⚘⚘⚘...

Matahari yang tadi menyinari bumi sudah berganti bulan yang menerangi bumi dengan indah dan tidak lupa banyak bintang yang berkelap-kelip. Mereka bertiga sedang berbelanja pakaian untuk...

flashback on

Acaranya pun telah selesai dan mereka berjalan keluar dari tenda besar didirikan dilapangan sekolah yang memeriahkan acara kelulusan. Setibanya mereka sudah sampai keluar gerbang sekolah, tapi Nita menarik tangan Sasya yang hendak ingin menaiki mobil orangtua Nita yang sebelumnya mengajak untuk mereka pulang bareng, tapi Nita terus menggelengkan kepalanya.

"Ya udah nak, mamah pulang ya sayang, jagain Sasya, ya !!!" sambil melambaikan tangannya dan bergegas menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari kami berdiri.

"Pasti mah, aku selalu jagain," teriak Nita, lalu dengan cepat pun mobil tersebut melaju menjauh meninggalkan kami.

"Terus kita mau kemana dulu? Aku malu masih pake baju kayak gini," tanya Sasya bingung.

"Liat aja nanti,"

Tin, Tin, Tin

Suara klakson mobil fortuner berwarna hitam terhenti di hadapan mereka berbunyi dan menyorotkan lampu jarak jauh sampai mata mereka silau oleh cahaya tersebut. Sasya menarik baju Nita agar menepi dari hadapan mobil tersebut.

"Yok ikut gw, kedalam," ajak Nita sambil menarik tangan Sasya, tapi Sasya enggan untuk mengikutinya karena takut.

Seseorang keluar dari mobil tersebut. "Hai, jalan-jalan yuk !!!" sapa-nya dengan suara familiar menghampiri mereka.

Sasya pun berjalan mundur kebelakang karena ketakutan. "Astagfirullah gw takut, dikiranya gw pengen dijual sama sahabat gw sendiri ke om-om mesum atau sugar daddy." Seraya memukul kap mobil Quira dengan heels lantaran kesal dan Nita yang menjadi penonton pun tertawa terbahak-bahak.

"Please, ini mobil bokap ntar gw di omelin kalo lecet-lecet !!!" Melihat kap mobilnya yang dipukul heels Sasya. Kini mobil yang di pakai Quira berbeda saat mengantar datang Nita dan Sasya, karena hal tersebut sudah di rencakan sejak awal dengan di setujui Nita.

"Siapa suruh nge-prank?" ketus Sasya.

Quira dan Nita pun tertawa kecil dengan saling menatap. Quira dengan tiba-tiba melempar kunci mobil kepada Sasya. Sasya sontak terkejut la hampir meleset menangkapnya. Cepat Sasya langsung menaiki mobil disusul Quira yang duduk di samping Sasya dan Nita yang duduk di belakang. Memacu mobilnya dengan cepat yang di kemudikan Sasya dan terhenti di sebuah mall atas permintaan Quira. Berhenti dan memarkirkan mobil di basement lalu masuk kedalam sebuah mall untuk membeli beberapa pakaian ganti. Sadar mereka akan malu kalau tidak berganti baju dengan pakaian kebaya yang masih menempel di badan.

flashback off

"Ra, lo yang bayarkan bajunya?" ucap Nita.

Quira menjawab dengan anggukan hendak mengeluarkan kartu plastik yang berharga untuk membayar pakaian mereka di depan kasir yang sedang mematung menunggu atrian. Sebelum mereka keluar dari mall mereka berganti pakaian di toilet dengan pakaian yang masing-masing tadi di beli.

"Eh guys, kita ke supermarket yang enggak jauh dari sini, ya !!! titah Nita seraya merangkul mereka. "Tenang, kali ini gw yang bayarin." ujar Nita yang bersemangat dengan riang berjalan keluar dari mall menuju basement.

"Padahal di mall ini ada supermarket bukan? Kenapa enggak sekalian disana aja?" goda Quira.

"Ah, lo kayak enggak tau aja," jawab Sasya seraya tersenyum.

"Oh... Biasa mau minta uang jajan sama mbak Irna." Quira menepuk bahu Nita.

Nita yang berpura-pura mengabaikan perbincangan kedua sahabatnya dengan cepat ia masuk kedalam mobil.

Mereka pun langsung melajukan mobil ke supermarket milik orangtua Nita. Sesampainya mereka di sana memilih makanan memasukkan kedalam troli belanja seraya mendorong troli menelusuri setiap rak camilan yang di susun rapi di supermarket sebesar ini. Saat mereka sampai di kasir, pegawai kasir tersebut hanya membungkusi makanan kedalam sebuah hand bag. Sedangkan Nita sedang berbincang sama mbak Irna selaku manager yang di percaya oleh papah-nya yang pastinya Nita hendak meminta uang jajan.

"Mbak aku ngambil camilan ya, bilang sama papah bill pembayarannya enggak aku bawa buat tanda bukti, terus aku minta uang..." rengek Nita.

"Berapa?" ucap mbak Irna

Nita pun membisikkan nominalnya. "Yey, udah masuk mbak," ucap girang Nita yang melihat notif transfer dari mbak Irna. "Nanti jangan lupa bilang papah, kasian kalo papah bingung uangnya berkurang," ucap sumringah Nita.

Menarik senyum di wajahnya. "Okey." seraya menganggukkan kepala.

"Makasih mbak, aku jalan dulu sama temenku, bye." sambil melambaikan tangan melangkahkan kaki keluar dari supermarket.

Sesampainya di dalam mobil Nita langsung di introgasi oleh sahabatnya yang sudah menunggu-nya. "Ekhem, dapet berapa nih?" tanya Quira penasaran.

Nita langsung menunjukan bukti transferan di ponselnya dengan cepat.

"Heh, kayaknya lo lagi morotin bokap lo?" ujar Quira yang kaget melihat nominalnya sangat banyak nolnya.

Sasya yang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Udah jangan ribut." Sasya langsung memisahkan mereka berdua sebelum perdebatan dimulai. "Kita mau kemana nih?" tanyanya bingung.

"Sya gantian," ucap Quira. Seakan mengerti Sasya dengan kode mata yang menyuruhnya bergantian untuk mengemudi. Sasya pun pindah ke kursi yang paling belakang.

"Lah, gw kok kayak supir?" tanya Quira bingung.

"Semangat ya, lo pasti bisa kok," jawab mereka kompak sambil tiduran di kursinya.

...⚘⚘⚘...

Hari pun sudah pagi, matahari mulai menyinari mereka tembus lewat kaca mobil. Nita dan Sasya baru terbangun dari tidurnya yang terlelap sangat nyenyak saat sedang perjalanan. Semalaman Quira melajukan mobilnya dengan kecepatan 120 km/jam di tol menembus angin malam yang sangat dingin, sekarang mereka tengah berada di rest area tepatnya rest area cipali sudah berjam-jam Quira terhenti untuk tidur mengistirahatkan tubuh dengan mata kantuknya yang sudah tidak tertahankan lagi.

"Quira...," panggil Sasya yang menyadari mereka terhenti seraya mengucekan mata. Berjalan melompati kursi di baris kedua dengan mendudukan tubuhnya, dengan hati-hati Sasya melangkah melewati kursi yang ada di depan-nya tanpa membangunkan Nita. Tapi mustahil Nita malah terbangun saat Sasya ingin melewatin kursi tersebut.

Setelah mereka berdua bangun dari tidurnya lalu mereka meninggalkan Quira yang sedang terlelap terlihat sangat capek sekali. Mereka berdua bergegas untuk kekamar mandi dahulu. Setelah selesai mereka memesan makanan di resto yang berada di rest area tersebut.

"Ta, lo tunggu sini biar gw yang bangunin Quira," Nita hanya mengangguk. Sasya pun berlari menuju mobil Quira, tapi tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangan Sasya sehingga terhenti berlari.

¤

¤

¤

¤

¤

¤

¤

🖍Jangan lupa Vote dan Like yah🖍

Semoga kalian suka dengan karyaku🤗

📖 Selamat membaca 📖

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!