MENCINTAI OM ASISTEN 1
Bab 1 - Kejutan Tengah Malam
Siang itu sepasang suami istri yang berprofesi petani sedang beristirahat di bawah rindangnya pohon belimbing.
Pohon belimbing yang sudah lama tak berbuah itu pun sudah hampir habis daunnya. Banyak daun yang sudah terlihat menguning dan kering.
Pak Yanto tanpa mengenal lelah terus saja menyirami, memberikan obat hama, karena tak jarang ketika buahnya sedang panen sepasang petani itu tak bisa menikmati hasilnya, karena terlanjur busuk atau rusak di makan burung.
Pohon belimbing itu dulu bisa menjadi sumber penghasilan bagi sepasang suami istri yang tidak dikaruniai anak itu.
Ya, Pak Yanto dan Ibu Desi adalah sepasang petani yang belum juga di karuniai anak di usia sepuluh tahun pernikahan. Mereka sama sama yatim piatu dan tidak memiliki sanak saudara lagi di dunia. Hingga sampai saat ini, mereka hanya saling memiliki.
“Pak, seandainya Tuhan kasih kita anak yo…?” tanya Bu Desi dengan logat medok khas Jawa.
“Ya sudahlah Bu, Tuhan masih kasih kita hidup sampai sekarang saja itu sudah bagus Bu.”
“Iya sih Pak, tapi kita semakin lama nambah usia toh, sampai kapan kita seperti ini terus. Kesepian, lelah, tidak punya sandaran ketika tua nanti Pak.”
“Banyak banyak bersyukur saja Bu.”
Ditatapnya wajah sendu sang istri yang sangat di cintainya selama ini, jujur Ia pun merasa sedih dengan kondisinya. Hidup miskin tanpa dikaruniai anak membuat mereka sangat kesepian dan seperti tak ada tujuan hidup.
“Bu, sudah jangan sedih terus, ini ada kayu bakar, bisa buat masak nanti malem, Ibu pasti lapar, itu sayur nya sekalian di bawa dulu Bu, bapak mau mancing dulu ke empang.”
Kebetulan tadi pagi Pak Yanto sempat panen beberapa jenis sayuran dari sawahnya. Kemudian ada petani lain yang membagi nya kayu bakar sebagai ucapan terima kasih, karena sudah di bagi sayuran oleh Pak Yanto.
Pak Yanto juga mendapatkan sedikit uang hasil penjualan sayur nya tadi. Kali ini hasil panen nya menghasilkan uang yang lumayan untuk memancing di empang milik kepala desa.
Adalah Pak Sujatmiko, kepala desa yang sombong dan mata duitan, empang yang tadi nya bisa di nikmati bersama hasilnya, kini sudah di berikan pagar pembatas agar setiap warga yang mau memancing harus membayar uang sewa. Ada biaya yang dikenakan per jam untuk memancing ikan. Setiap warga yang sudah selesai memancing pun harus rela membayar biaya nya.
“Pak, kalau uangnya di pakai untuk mancing ikan, kita gak bisa beli beras donk.” Sang istri masih menggerutu ketika suami nya sudah berjalan agak jauh.
“Kan masih ada singkong Bu di rumah.”
Lagi lagi mereka tidak bisa makan nasi hari ini. Berpuasa menahan lapar bukan sekedar ibadah bagi sepasang petani itu. Mereka harus berhemat demi bertahan hidup. Bisa membawa hasil pancing saja sudah bersyukur.
Malam setelah menyantap ikan hasil pancing, Pak Yanto merebahkan diri di ranjang kayu yang sudah reyot itu.
Tiba tiba sang istri teriak dari arah belakang rumahnya.
“Pak, pak, ada suara bayi.”
“Bayi? Ibu ini melantur saja.”
“Pak, coba denger lagi, bener toh suara bayi?”
Akhirnya Pak Yanto menegaskan pendengarannya dan ikut beranjak keluar rumah reyotnya mengikuti langkah sang istri mencari asal suara tangisan bayi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
💜𝖙𝖆𝖗𝖎ʸᵘˡ
Masih menyimak thorrr... Trnyta awalny jua pak yanto hanya petani biasa & bisa jdi sukses sperti crita slnjutny👍👍👍👍
2021-11-11
1
Memi kasim
❤️❤️❤️
2021-10-08
1
кคกīค❁︎⃞⃟ʂ𝕰𝖘𝖙🗻𝖕𝖚𝖈🌱🐛
masih menyimak dulu
2021-10-07
3