Pintu kayu ruangan berderit, seseorang baru saja masuk.
"Hm... bagus sekali Nick, jam berapa sekarang?" Baru saja ia akan duduk, umpatan Tom membuatnya berbalik hanya sekedar untuk memukul kepalanya.
"Perhatikan bicaramu Tommy!" Jitakan itu tepat mengenai tempurung kepala juniornya yang memang sedikit tak sopan.
"Sorry..." lelaki itu mengerucut sambil mengelus kepalanya yang masih sedikit berdenyut.
"Ini laporan yang kuterima hari ini" James selaku komandan mereka memberikan selembar kertas disana.
Sejak awal Nick sudah menduga bahwa komplotan perampok itu akan beroperasi di wilayah New York, bukan tanpa alasan Nick mengintai tempat itu sebelum seseorang meminta tolong padanya dan yah misinya gagal saat itu.
"Kau tau Nick? meraka membantai tempat itu, tak sedikit orang-orang terluka karena kebrutalan mereka." Nick kembali mengangguk, tentu saja mereka itu perampok dengan jiwa psikopat. siapa saja mereka tembak dengan tidak manusiawi dan gadis kecil tadi mungkin salah satu korbanya.
"Sebenarnya aku berada disana sir, hanya saja aku mendapat sedikit gangguan."
"Baiklah kali ini aku maafkan, untuk kasus selanjutnya. kau harus segera menemukan dimana mereka akan beroperasi lagi, agar kita bisa bersiap-siap untuk menangkap mereka"
Nick mengangguk, ia memang sangat geram pada komplotan perampok itu, catatan kriminalnya sudah menumpuk dimana-mana, kalau tidak salah, Nick pernah mendengar mereka dinamai SIN squad.
Alasanya karena mereka tidak takut akan Dosa, Dosa adalah jiwa mereka, karena tanpa Dosa, mereka tidak akan jadi penguasa. didunia ini tak ada yang lebih menyenangkan selain melakukan Dosa.
Benar-benar gila.
"Ah, bagaimana keadaan orang yang kau tolong tadi?" Tanya James sambil membereskan berkas-berkas dimejanya.
"Dia sudah sadar dan terlihat baik."
Nick jadi ingat kalau sepulang dari sini ia harus menjemput orang asing itu.
...###...
Seperti janjinya Nick kembali kerumah sakit, ia membuka pintu kamar 64 dimana Sarah masih terbaring diranjangnya.
Sekarang pukul 05.30 pm.
Nick membantu Sarah turun dari ranjang, ia tidak berkemas karena memang ia tak membawa apapun.
"Ah, Nick sepertinya aku meninggalkan dompetku."
Ucap Sarah ketika mereka sudah berada di daun pintu.
"biar aku yang ambilkan, kau duduk saja disini" Sarah mengangguk dan mengikuti perintah Nick untuk menunggunya.
Sarah kembali meraba saku celananya
Dan tak lama...
"Maaf Sarah, aku tak menemukan apapun, kau yakin dompetmu tidak terjatuh?"
Tanya Nick yang kini sudah berada diluar kamar.
"Apa memang tidak ada didalam?"
"aku sudah memeriksanya."
Sarah masih ingat menyimpanya disaku celananya, apa mungkin ia lupa menaruh disaku jaketnya? sementara itu jaketnya hilang entah kemana.
Melihat raut gelisah Sarah membuat Nick penasaran.
"Apa ada sesuatu yang penting disana?" Tanya Nick membuyarkan lamunan Sarah.
"Ti-tidak ada, hanya ada beberapa foto ibuku dan teman-teman ku..." Sarah mengehela nafasnya.
"Aku tak punya kenangan yang bisa kusimpan dengan mereka kecuali foto-foto mereka"
Kini wajah itu terlihat murung, Nick duduk disamping Sarah. memberi usapan pada pundaknya sebagai bentuk rasa simpatinya.
"Nanti kalau kau sudah sembuh kau bisa menemui mereka dan membuat kenangan lagi, jangan bersedih begitu"
"Terimakasih Nick"
...###...
"Bodoh! Bagaimana bisa si kelinci mungil itu tertangkap?" George menggebrak mejanya.
"Bos! sebenarnya kita tidak tau dia benar tertangkap atau tidak." ujar Crish.
"Lagi pula tidak ada berita kalau salah satu dari kita tertangkap." timpal Jane dengan wajah datarnya,
George menghembuskan nafas kasar, benar juga kata anak buahnya, ia tidak bisa begitu saja menyimpulkan.
"Jika dia tidak tertangkap dan tidak kembali padaku lihat, saja apa yang akan kulakukan pada adik kecilnya."
Gumaman tersebut terdengar seperti ancaman.
"Kau tidak perlu khawatir pada loyalitasnya padamu, dia tidak bodoh untuk lari darimu" kini Steve yang bicara, lelaki dengan perawakan tinggi dan wajah blasteran itu bisa dibilang dia ketua dari anak-anak buah bos nya.
"Lalu dimana yang lain?" George mengedarkan pandanganya.
"John dan Jack sedang merakit senjata baru, mereka berambisi membuat laser yang bisa menembus tulang hingga bisa memotong tubuh dalam jarak 10 kilo meter" papar Steve.
"Gila..." sahut George dengan tawa sarkastik
Dan Steve hanya menyeringai.
"Yah kita memang gila..."
...TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments