Chapter 5

Aku bangun subuh-subuh seperti biasanya dan kepalaku terasa berat karena kantuk masih mengadang. Semalam tidur larut malam karena memikirkan ucapan nenek. Aku melawan rasa kantukku dengan membuka selimut yang menutupi badanku dan melangkahkan kaki ke kamar mandi.

Aku sudah menjalankan shalat subuh dan melangkahkan kaki keluar kamar membantu nenek menyiapkan jualannya.

Pukul 06.30 WIB

Aku sudah di jalan menuju ke sekolah. Tiba-tiba seseorang menyapaku.

"Nin." panggilnya

"Eh, Tini." ucapku menengok ke belakang.

"Tungguin, kita jalan bareng!" ucapnya.

Aku menganggukan kepala dan tersenyum.

Tini teman sekelasku juga, dia biasa jalan kaki ke sekolah dan sering ketemu di jalan atau tidak aku yang ke rumahnya agar bisa jalan bareng, karena arah ke sekolah kita melewati rumahnya.

Kita ngobrol-ngobrol menghilangkan rasa jenuh di jalan dan akhirnya tiba juga di depan kelas kita. Tini langsung berjalan menuju tempat duduknya di belakangku.

"Hi Na, tumben lu sudah datang!" ucapku yang langsung duduk di tempat duduk Lastri karena dia belum datang.

"Iya nih Nin. Itu Liyah buru-buru karena hari ini jadwal dia piket." katanya.

Viana dan Liyah tetanggaan, itu sebabnya setiap berangkat dan pulang sekolah mereka bareng.

"Oh gitu." kataku.

"Nin, sana kembali ke tempat duduk lu!" ucap Lastri yang tiba-tiba datang.

"Yah elah Tri cuma bentaran doang, lagian belum waktunya masuk kelas juga." ucapku beralih tempat duduk.

"Apaan orang ini sudah jam 07.00 noh lihat!" ucap Lastri menunjukan jam dinding di depan kelas dan bel masuk sekolah berbunyi menandakan waktu belajar akan dimulai.

"Iya iya Tri." ucapku pasrah.

"Eh... gue telat iya?" ucap Dafa langsung duduk. Karena bunyi bel masuk kelas sudah lima menitan yang lalu

"Hampir." kataku melihat sekilas ke arahnya.

"Untunglah! bapak Supriadi belum masuk kelas." ucap Dafa melegahkan nafasnya.

Pelajaran pertama adalah bahasa indonesia dan guru mata pelajaran tersebut terkesan disiplin.

Mata pelajaran selanjutnya Matematika, entah mulai sejak kapan aku suka banget dengan matematika. Guru matematika di kelasku namanya ibu Silfi, dia orangnya cantik, putih dan mempunyai pipi yang cubby. Aku di sukai olehnya karena setiap tugas yang dia berikan aku selalu mengerjakannya dengan baik dan nilainya pun cukup baik dan aku selalu bertanya ketika yang menurutku tidak di mengerti.

Di akhir materi ibu Silfi meninggalan pekerjaan rumah untuk kita semua dan banyak dari mereka mengeluh. Berbeda denganku, karena suka mata pelajaran tersebut aku senang bila ada tugas.

Jam istirahat berbunyi.

"Ayo ke kantin!" ucapku.

Aku kalau bukan hari senin dan kamis, absen untuk pergi ke perpustakaan.

"Duh mager gue, nitip saja deh!" ucap Viana.

"Kebiasaan aja lu mah, makanya lu gendut karena kurang gerak haha." ucap Lastri ketawa.

Aku dan Dafa ikut tertawa.

"Suek lu Tri, kalau sekali ngomong nyakitin." ucap Viana kesal.

"Iya lu sudah tahu Na kalau orang pendiam sekali ngomong sudah kayak cabe kering, pedas haha." ucap Dafa.

"Lu juga cowok mulutnya lemes." ucap Lastri tidak terima.

"Hahah... mampus lu Daf kena juga kan." ucap Viana tertawa.

"Sudah, jadi lu mau ikut tidak?" tanyaku ke Viana.

"Sudah ayo ikut saja, lagian tidak sampai satu kilometer kantinnya." ucap Dafa.

"Iya gue ikut!" ucap Viana yang sudah kesal.

Kita berempat menuju kantin dan makan disana kebetulan masih ada tempat kosong.

Bel berbunyi dan orang-orang pada beramburan masuk ke kelas masing-masing.

Pelajaran dimulai.

Tibalah mata pelajaran terakhir pada hari ini, guru yang mengajar mata pelajaran sebelumnya sudah pergi meninggalkan kelas.

"Duh! kenapa ini pelajaran harus di akhir sih, tambah ngantuk saja!" ucapku.

"Iya bener bikin ngantuk saja!" ucap Viana mengiyakan.

"Lu mah semua mata pelajaran juga ngantuk Na." ucap Lastri.

"Tahu tuh!" ucap Dafa.

Guru yang mengajar pelajaran ini akhirnya masuk ke kelas. Seorang bapak-bapak yang perutnya buncit itu langsung memulai pelajaran. Dia mengajar IPS. Dimana aku tidak suka mata pelajaran ini dan sejarah. Entah setiap pelajaran ini aku berasa di dongengin dan bikin ngantuk ditambah karena sudah siang, capek, lapar, lengkap sudah menikmatinya.

Waktu yang di tunggu-tungu tiba. Akhirnya pelajaran ini sudah selesai. Dan pak guru meninggalkan kelas. Terlihatlah muka-muka bahagia di kelas ini dari yang sebelumnya ngantuk tiba-tiba wajah mereka berubah ceria karena pelajaran ini sudah selesai dan beramburan meninggalkan kelas.

...****************...

Terpopuler

Comments

Dea Amira 🍁

Dea Amira 🍁

ada nma ku tini 🤣🤣🤣smngt trus thor...

2021-03-09

0

Little Peony

Little Peony

Like like like

2021-02-11

0

ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂

ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂

lima like hadir

2021-02-08

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!