Keesokan harinya.
Aku bangun subuh-subuh dan langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan shalat subuh. Selesai itu aku bergegas membantu nenek menyiapkan jualannya. Sudah dirasa siap, aku berkemas untuk berangkat ke sekolah.
"Nak, sarapan dulu!" ucap nenek ketika aku keluar dari kamar.
Aku dengan antusias menghampirinya karena aku suka sekali sama bubur ayam jadi aku sendiri yang meracik buburnya untuk sarapan. Karena hari ini hari selasa jadi aku tidak melaksanakan sunnah puasa.
Aku berkata "Iya nek."
Selesai sarapan, aku mencuci mangkukku sendiri dan ada beberapa mangkuk pembeli yang sudah mampir sarapan.
"Nek, aku berangkat sekolah dulu iya." kataku.
"Iya nak hati-hati." katanya.
"Assalamualaikum." ucapku mencium tangannya.
"Waalaikumsalam." ucapnya tersenyum.
Aku menyapa para pembeli yang lagi mengantri untuk membeli sarapannya di nenek.
"Mari bu, pak saya permisi dulu." kataku menundukan kepala ke mereka.
"Iya nak hati-hati, sekolah yang benar." ucap salah satu dari mereka dan di anggukan dengan yang lain.
Aku pergi ke sekolah jalan kaki. Meski lumayan jauh, tapi karena sudah terbiasa jadi terasa dekat dan banyak juga yang jalan kaki ke sekolahnya. Jadi, kadang suka ketemu teman di jalan.
"Nina gadis yang cantik, baik, sopan lagi." ucap salah satu ibu-ibu pembeli sarapan di nenek.
"Iya nek, mau tidak di jodohkan sama anak saya? anak saya lagi kerja di jakarta loh kali saja bisa gitu nek." ucap ibu-ibu satunya.
"Aduh bu, maaf sebelumnya kalau soal ini saya juga harus tanya langsung sama anaknya." ucap nenek.
"Iya nek, kalau Nina mau kabarin saya saja iya nek." ucap ibu-ibu itu.
Nenek hanya menganggukan kepalanya dengan senyuman.
Sampai di gerbang sekolah.
Aku melihat Ikhsan yang baru turun dari bus, aku langsung menundukan kepala dan cepat-cepat pergi ke kelas. Ketika sampai di depan kelas, aku langsung menghampiri ketiga sahabatku yang sudah berada di kursinya masing-masing, dan tumben hari ini mereka yang datang lebih awal. Karena tempat duduk Lastri dan Viana dipaling depan dekat pintu, jadi aku berdiri di dekat pintu kelas menghadap ke lastri dan Viana. Tanpa disadari Ikhsan sudah masuk ke kelas berjalan di belakangku.
"Ekhm... " ucap Viana.
"Kenapa lu?" aku bertanya dan sedikit mengangkat alis.
Aku melihat Ikhsan berjalan di depanku.
"Iya sudah sih, jangan dilihatin terus." ucapnya mengagetkanku.
"Apaan sih." ucapku berjalan ke tempat dudukku.
Dafa yang melihat itu, tiba-tiba cemberut.
"Kenapa lu Daf, Pagi-pagi sudah cemberut begitu?" kata Viana.
"Tidak apa-apa." kata Dafa cepat.
"Ok baiklah." kata Viana yang sudah menyerah dengan situasi.
Viana memang sahabat yang paling dekat denganku, karena aku merasa lebih nyaman saja dengannya. Bukan berarti Dafa dan Lastri tidak asik juga, tapi aku lebih suka cerita ke Viana, dia pun sama ceritanya ke aku. Karena kita merasa cocok satu sama lain. Lastri yang pendiam dan Dafa yang kadang-kadang tingkahnya bikin kita semua ilfil, makanya aku lebih suka curhat ke Viana.
Tibanya jam Istirahat.
"Hey guys jajan yuk." ucapku mengajak ketiga sahabatku.
"Ayo." kata Viana cepat.
"Semangat amat lu." kataku.
"Iya kalau soal makan mah Viana memang paling depan." kata Dafa.
"Iya terserah kamu saja Daf, dari pada itu bibir makin maju karena cemberut dari pagi." kata Viana meledek Dafa.
"Iya kenapa sih lu Daf, tidak biasanya." kata Lastri.
"Lu mah memang lemot Tri." kata Viana.
"Jadi kalian mau makan kagak, apa mau ribut terus disini hah?" kataku kesal.
"Iya iya cantik, ayo kita makan." kata Dafa sambil menggandeng tanganku.
Ini sudah jadi kebiasaan Dafa bermanja kayak gini ke aku. Sudah beberapa hari terakhir ini dia seperti itu. Awalnya aku menolak, tapi tetap saja dia yang kayak gini. Kadang juga aku kesal sendiri dengan sikap dia kayak gini, tapi yah mau gimana lagi.
Kita berempat memilih makanan yang ada di kantin dan membawanya ke teras depan kelas, karena kantin sudah penuh.
Di teras kita ngobrol-ngobrol, becanda-becanda bahkan Dafa enggan beranjak ke tempat duduk lain, dia mau di sampingku saja. Menyebalkan bukan.
"Ikhsan, lu mau ke perpustakaan? gue ikut iya." ucap Yanti mengagetkan kita.
Sontak kita berempat melirik ke sumber suara. Tanpa diduga ternyata mata aku dan Ikhsan saling bertemu dan terkunci.
Viana yang ada di sebelah kananku menyenggol lengan aku, dan aku langsung mengalihkan tatapanku itu.
"Sorry Yan, gue ada urusan." ucap Ikhsan meninggalkan Yanti begitu saja.
"Hmmm... " hembusan Yanti yang kecewa.
"Ayo kita masuk kelas! sebentar lagi bel masuk." kata Dafa yang menarik tanganku.
"Apaan sih Daf! gue juga bisa jalan sendiri." kataku kesal dan melepaskan genggaman tangannya.
"Gimana mau kelar cerita cintanya kalau semua pihak hanya berdiam." batin Viana.
Jam pulang sekolah.
Seperti biasanya aku melaksanakan shalat dzuhur terlebih dahulu sebelum pulang, dan yang lain sudah di perjalanan pulang menuju rumah mereka masing-masing.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
zien
semangat 👍
aku mendukungmu 😘
2021-02-03
0
ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂
semangat
2021-01-31
1
BELVA
mampir dikaryaku ka
#gadis imut diantara dua raja rimba
mksh ya ka
2021-01-19
1