Flash back 5 tahun yang lalu.
Naomi Emma berada di kediaman Megantara ia melakukan semua aktivitasnya persis seperti pembantu saja sejak kecil, bahkan Naomi tidak di beri pakaian yang layak ia selalu mengenakan pakaian bekas dan buruk. Bahkan di saat sekolah ia di masukkan ke sekolah layaknya orang tidak mampu karena sedari kecil Naomi memang sengaja tidak di berikan fasilitas apa pun, Naomi bisa sekolah karena ia mencari uang dengan menjual koran sepulang sekolahnya terkadang membantu menjual gorengan keliling.
"Naomi..., bersihkan itu jangan sampai ada satu debu yang tertinggal, awas kalau tidak bersih." Ucap Amel ibu kandungnya.
"Iya, akan segera di bersihkan," memegang kain lap.
Sebenarnya ia tidak tega membentak Naomi bagaimana pun Naomi adalah anak kandungnya meski ia lahir karena kesalahannya 18 tahun yang lalu, andai saja ia tidak terlena dengan bujuk rayu laki-laki itu mungkin saja Naomi tidak akan lahir di dunia ini dan terluka jiwa raganya. Namun lagi-lagi harta terpenting di kehidupan Amel ia tidak mau keluar dari daftar waris Megantara lantaran membela Naomi. Harta kekayaan paling penting saat ini.
Amel Megantara adalah ibu kandung Naomi Emma, seorang pewaris tunggal Megantara. Mungkin karena ia sudah di butakan oleh harta kekayaan Megantara sang ayah.
Tiba-tiba suara guci kesayangan grandpa Megantara pecah.
PPYYAARR....
Naomi hanya bisa menutup mulutnya, ia sangat ketakutan ia tidak sengaja menjatuhkan guci antik tersebut lantaran mendengar sang kakek akan mengirimnya ketempat terpencil di kota ini yang jarang di jamah seseorang.
Megantara yang mendengar suara benda pecah langsung mendatanginya. "Dasar anak pembawa sial, pergi dari kediaman ini kami tidak sudi menampung anak sepertimu di kediaman Megantara. Amel suruh dia mengemas barang-barangnya jangan sampai ada satu benda pun yang tertinggal." Sambil menunjuk Naomi yang membereskan guci yang tidak sengaja ia pecahkan. Megantara segera pergi dan masuk kedalam kamar pribadinya.
Naomi menatap sekilas, "aku akan segera pergi anda tidak perlu hawatir." Naomi segera berlalu pergi.
Sekitar 20 menitan, Naomi mengemas barang-barangnya. Ia menyentuh ranjang yang ia gunakan untuk tidur setiap hari.
"Aku benar-benar tidak di inginkan ternyata, hah... usahaku untuk bersikap baik dan patuh hanya di samakan seperti pembantu, tetapi setidaknya aku pernah merasakan tinggal di keluarga ini meski pun hanya sebagai parasit yang tidak menguntungkan." Naomi menyeka air mata yang lolos di pipi.
Setelah berkemas dan memasukkan semua pakaian yang ia miliki Naomi menutup tas yang ia gunakan, di usianya baru saja 17 tahun ia sudah lulus SMA satu tahun yang lalu, air mata tak pernah menetes sejak keluarga Megantara menyuruhnya pergi karena sejak dulu memang Naomi tidak pernah di anggap ada keberadaanya, seperti bayangan yang samar-samar di lihat.
Naomi mengayuh sepedanya dan menuju jalan raya, rasa lelah ia abaikan bahkan perutnya minta di isi sedari pagi ia sebenarnya belum makan karena ia mengerjakan pekerjaan rumah dan lupa pula untuk sarapan, Naomi berhenti di sebuah warung makan sederhana di tepi jalan.
"Permisi bu, apa ada nasi bungkus?" duduk di kursi yang masih kosong.
"Ada neng, mau di bungkus kan berapa?" Tanya penjual sambil tersenyum.
"Satu saja ya bu, tolong di pisah nasi dan lauknya ya bu," pintanya pada penjual.
Setelah membeli makanan ia mengayuh sepedanya lagi untuk mencari tempat tinggal sementara, namun karena tidak menemukan tempat tinggal Naomi berhenti sebentar dan duduk di sebuah taman sambil melahap makanannya.
Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang duduk di dekatnya dan mengambil air minum dan menenggaknya hingga tersisa sedikit.
"Maaf..., aku sangat kehausan karena di kejar-kejar orang gila, sekali lagi maaf dan terimaksih minumannya." Berlalu pergi setelah meminum air mineral yang hampir habis.
"Sial, aku juga haus apa matanya tidak bisa melihat aku sedang makan dan butuh air, aku sumpahi kena karma kamu," ucap Naomi menganggkat sendoknya.
BBLEDDEERR...
Seketika bulu kuduk Naomi berdiri, tidak menyangka sumpah serapahnya langsung terdengar oleh Sang Maha Kuasa.
TTESS
TESS
TESSS.
Air hujan pun turun dengan derasnya sampai membasahi tubuh kecil Naomi yang sedang menderita kehidupannya.
"Aku kira doaku terjawab, ternyata mau hujan." Naomi menghabiskan makanannya yang bercampur air hujan.
Naomi berteduh di depan ruko yang tida di tepati, ia masih binggung harus kemana saat ini. Mencari tempat kos tapi untuk makan nanti bagaimana, sementara saat ini ia tidak berkerja karena kemarin baru saja di pecat karena membuat sang pemilik toko roti rugi. Sebab ia tanpa sengaja menyenggol etalase dan menyebabkan etalase yang berisi banyak pesanan orang jatuh berantakan bahkan berhamburan.
"Nasib nasib apa tidak ada orang yang perduli denganku?" Naomi menatap langit yang masih berwarna kelabu tandanya hujan akan lama berhentinya.
Satu jam telah berlalu kini Naomi meneruskan perjalanannya, sampailah di suatu perkampungan tepi kota. Naomi menatap satu persatu rumah kontrakan. Setelah melihat alamat kontrakan yang di berikan kepada sang pemilik dengan cuma-cuma Naomi tersenyum lebar. Meskipun kumuh dan kotor Naomi tidak perduli selagi bisa di tempati dan di bersihkan pasti bisa bagus di pandang mata.
Pemilik menyerahkan pada Naomi untuk di rawat dan di tempati karena sang pemilik tidak bisa merawat rumah mendiang orang tuannya dan sang anak pemilik rumah ini akan pindah ke kota besar mengikuti sumainya yang berkerja di kota.
"Sukurlah masih ada orang yang baik di dunia ini, meskipun keluargaku tidak ada yang menginginkan keberadaanku setidaknya aku masih di butuhkan orang lain." Naomi tidak henti-hentinya bersyukur atas nikmat yang di berikan kepada Sang Maha Pencipta.
Satu jam lebih Naomi membersihkan rumah ini dengan teliti ia memastikan jika rumah ini masih layak di huni buktinya beberapa perabot yang ada masih layak di gunakan setelah di cuci.
Karena lelah Naomi membaringkan dirinya di kursi kayu yang baru saja ia bersihkan dengan air dan kain seadanya. Tak terasa waktu sudah malam, Nomi terbangun dan langsung menyalakan senter yang ada di ponselnya untuk menyalakan lampu.
Setelah menyala ia menatap sekitar rumah apa ada warung di sekitar sini, Naomi berjalan sambil menatap satu-satu dan benar saja Naomi menemukan satu warung kopi yang masih buka dan banyak menyediakan sembako dan lainnya. Naomi membeli semua keperluan yang ada, andai pemelik rumah meminta uang pasti saat ini naomi hanya gigit jari saja.
"Setidaknya rasa laparku hilang meskipun hanya makan roti dan minum teh di tempat ini." Naomi menghabiskan rotinya dan segera membayar semua yang ia beli barusan.
Saat berada di dalam rumah Naomi hanya menyalakan satu lampu saja yang berada di ruang tengah ia merasa tak enak hati mengenakan listrik berlebihan apalagi ia hanya menumpang saja.
***
Apa ada yang mulai kesal baca bab ini😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
semangat🙂
2021-02-16
1
icha.sunflower
sediiih ihh
2021-01-22
1
Ella Nurlaela
malang sekali nasib mu
2021-01-20
1