Catatan Akhir Sekolah 4

Kami di hukum menghafal UUD 1945, karena kami ijin ke toilet sampai pelajaran Bu Wati itu selesai, lalu Bu Wati menghukum kami untuk menghafal UUD 1945 sampai tuntas.

"Hebat ke mana aja kamu baru balik ke kelas, gak sekalian aja langsung pulang!" marah Bu Wati.

"Antre bu tadi, lama jadinya deh," balasku.

"Iya bu habis ke toilet tapi antre," balas Guntur.

"Kalau cari alasan tuh yang masuk akal sedikit, emang nya beli tiket antre, itu toilet gak mungkin antre, sekarang kamu berdua ibu hukum menghafal UUD 1945 sampai tuntas, dan kalau kalian gak bisa menghafal, ibu gak akan ijin in kalian untuk pulang!" tegas Bu Wati.

kami berusaha untuk menghafal, dan kami menghafal di depan kelas sambil di tertawakan oleh teman-teman sekelas.

Akhirnya aku dan Guntur mampu menghafal UUD 1945 itu, ya meskipun masih ada sedikit-sedikit yang salah.

Tapi Bu Wati akhirnya mengizinkan aku dan Guntur untuk pulang, dengan catatan tidak boleh melakukan bolos jam pelajaran lagi.

Tapi aku tetap saja, selalu membuat masalah di sekolah dan selalu bolos jam pelajaran saat aku merasa jenuh dan bosan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan harinya, kami sekelas di hukum oleh guru olahraga, karena saat jam pelajaran kami keluar dari kelas dan turun ke lapangan, karena biasanya setiap pelajaran olahraga kami selalu di suruh berkumpul di lapangan, tapi kami salah, saat itu tidak di suruh berkumpul di lapangan.

Guru itu marah, karena guru olahraga kami terkenal paling galak dan di takuti oleh semua murid yang ada di sekolahku, dan guru itu bernama Pak Iwan.

Pak Iwan menurut pandanganku sebenarnya dia baik dan dia tidak galak, dia hanya tegas, dan akhirnya kami satu kelas di hukum berjemur di lapangan oleh Pak Iwan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Lalu keesokan harinya lagi, kami membuat masalah baru lagi, pada saat jam pelajaran, kami ingin makan di kantin, tapi tidak boleh oleh Ibu Kantin, karena masih jam pelajaran.

Kecuali memakai bukti tanda tangan guru, kalau guru itu mengizinkan kami untuk membeli makanan dan minuman saat jam pelajaran berlangsung.

Aku bersama Ipul, Guntur, Noris, Ikhsan, Nafis, dan Toink membuat tanda tangan palsu, dan yang membuatnya adalah Toink, karena hanya dia yg tulisannya bagus di antara kami ber 7.

Setelah kami selesai membuat tanda tangan palsu di atas selembar kertas, kami langsung bergegas menuju kantin.

"Bu beli makanan dong bu?" tanyaku.

"Mana tanda tangannya, coba lihat," jawab Ibu Kantin.

"Nih bu, buktinya," kata Toink.

"Boleh makan berarti kan bu?" tanya Noris.

"Iya boleh sok mau makan apa," jawab Ibu Kantin.

"Yoi sikat lah ha ha," canda Guntur.

Ternyata kami tidak ketahuan oleh Ibu Kantin, kalau kami membuat tanda tangan palsu.

Setelah kami membeli makanan dan minuman, kami langsung masuk ke kelas dengan cara bergilir, agar guru yang mengajar di kelas kami tidak curiga dengan apa yang kami lakukan tadi.

Tapi kebetulan sekali guru yang mengajar di kelas kami adalah guru yang paling santai dan bebas, guru itu bernama Pak Umar.

Bahkan kalau kami ulangan dan yang mengawasi ulangan itu adalah Pak Umar, kami di perbolehkan untuk menyontek karena menurut Pak Umar kita sebagai teman harus saling membantu.

Itulah Pak Umar guru paling asyik dan menyenangkan yang pernah aku temui.

Setelah kami masuk ke kelas, keadaan kami masih terbilang aman, dan sepertinya Pak Umar tidak curiga dengan apa yang kami lakukan tadi.

Tapi setelah bel pulang berbunyi keadaan berkata lain, tiba-tiba nama kami di panggil menggunakan mikrofon oleh pihak sekolah, kami di undang ke kantor, dan ternyata hal yang kami lakukan tadi ketahuan oleh pihak sekolah, karena ada salah satu Ibu Kantin yang tidak percaya dengan bukti tanda tangan itu.

Akhirnya Ibu Kantin itu melaporkan perbuatan kami ke pihak sekolah dan menanyakan apakah benar itu tanda tangan Pak Umar.

Kami di tahan dan tidak di ijin kan untuk pulang oleh pihak sekolah.

Lalu saat Pak Umar datang ke kantor dan menghampiri kami ber 7, dia terlihat sangat marah dan kecewa dengan apa yang kami lakukan itu.

"Bapak sangat kecewa dengan kalian, Bapak kurang enak apa lagi coba...saat belajar kalian Bapak kasih bebas, tapi balasan kalian seperti ini ke Bapak!" tegas Pak Umar.

"Siapa yang membuat tanda tangannya, kalau tidak ada yang mengaku gak akan saya ijin kan untuk pulang, sampai kalian mau mengaku?" tanya Pak David.

Kami terdiam.

Lalu setelah itu Toink mengakui kalau dia yang membuat tanda tangan palsu itu.

"Saya pak yang membuatnya," tunjuk Toink.

Kemudian Pak Umar terdiam dan menatap ke arah kami.

"Nakal-nakal banget ini bocah ya," canda Pak David, sambil tersenyum melihat kelakuan kami.

Kami di hukum mengambil sampah dari lantai 1 hingga lantai 3, dan setelah kami selesai menjalani hukuman, kami langsung meminta maaf kepada Pak Umar, dan akhirnya Pak Umar memaafkan kami, dan kami di perbolehkan untuk pulang.

Dengan perjanjian kalau kami tidak boleh melakukan hal bodoh itu lagi, tapi kami tetap saja selalu membuat masalah, meskipun kami selalu berjanji saat kami ketahuan, tapi kami selalu ingkar saat bebas.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...INGKAR DENGAN MULIA...

Keesokan harinya adalah hari minggu di mana setiap aku libur sekolah, aku selalu menghabiskan waktu liburku dengan bermain bersama teman-teman Tongkronganku, tapi bukan bersama Ipul, Guntur, dan Alif.

Karena saat itu, aku, Guntur, Ipul dan Alif belum pernah sama sekali berkumpul pada saat libur sekolah, dan kami hanya berkumpul pada saat kami di sekolah saja.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Saat hari mulai sore, tiba-tiba Nafis dan Toink mengajakku untuk pergi main, dan dia juga menyuruhku untuk membawa pasangan.

Aku bingung, karena saat itu aku tidak mempunyai pasangan, lalu Nafis memberi aku usul supaya aku mengajak MULIA.

Aku langsung menelepon Lia.

"Lia nanti malam mau gak jalan sama Ridho?" tanyaku, gugup.

"Ke mana Do," jawab Lia

"Kita main sama Nafis?" kataku.

"Ayo Do emang nya kapan?" tanya Lia.

"Nanti malam Lia, tapi Ridho gak tahu rumah Lia?" jawabku.

"Ridho tahu gak perempatan mawar yang dekat delta?" tanya Lia.

"Kurang tahu Lia he he he," jawabku.

"Kalau pom bensin delta tahu kan?" tanya Lia.

"Iya tahu Lia," jawabku.

"Yaudah nanti kalau sudah mau jalan, telepon Lia aja, nanti Lia jalan ke pom deh," kata Lia.

"Oke deh Lia," kataku, merasa senang dan grogi karena saat itu aku baru pertama kali mengajak Lia untuk pergi jalan.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

lanjut

2021-03-19

0

Anonymous

Anonymous

lanjutttttt thorrrr harusss

2021-03-19

0

Ayay Kapten

Ayay Kapten

aku udah mampir nih, Udah kasih like juga. Jangan lupa mampir kenovelku ya. Judulnya
MELODY AUDIANA
kita saling support.
makasi :)

2020-12-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!