'MANAJER'S OFFICE'
"Apakah ada seorang pemuda peserta Program Profesi Dokter dengan tinggi 1,78 m dan rambut caramel yang datang ke mari?" tanya Tn. Kuroto yang tiba-tiba masuk ke ruangan Tn. Toshi.
"Ya. Tapi, aku menolak dirinya." Tn. Toshi mengucapkannya dengan wajah yang tidak bersalah sembari menyatukan tangannya di atas meja.
Tn. Kuroto yang mendengar Rai tidak diterima bekerja, pun kesal kepada sang Manajer.
BRAKK!
"KENAPA KAU MENOLAKNYA BEKERJA?!" Bentak Tn. Kuroto kepada Tn. Toshi sembari memukul meja begitu kerasnya.
"Menurutku, dia pantas tidak diterima. Karena... Kau juga tahu bukan? Dia pernah dipenjara karena berusaha meretas data Pemerintah. Apakah kau tidak risau dengan hal itu? Seharusnya sebagai CEO yang baik, mampu memilih seorang yang benar-benar pantas bekerja di tempatnya."
"Ck! Meski seperti itu, seharusnya kau memberitahunya dulu kepadaku. Jangan asal mengambil keputusan! Aku CEO di sini---Sudahlah. Percuma saja membicarakan hal ini kepada seseorang seperti dirimu." Tn. Kuroto pun langsung pergi dari ruangan tersebut untuk menyusul ke mana Rai pergi.
"Tsk! Beraninya dia berucap seperti itu! Lihat saja nanti..." batin Tn. Toshi menggerutu sembari memandang sinis perginya Tn. Kuroto dari ruangannya.
#LINE!
Tn. Toshi pun merogoh saku jas putihnya untuk mengambil ponselnya.
...Incoming Massage...
...-From Profesor-...
...Ini sudah waktunya kau bertugas...
Tn. Toshi melihat terlebih dulu kepada jam ponselnya untuk memastikan waktunya. Ia pun bangkit dari kursinya, lalu pergi.
...‹« T.G.V »›...
"Rai–Katsura Ryuzaki..!!!" panggil Tn. Kuroto dengan nada berseru. Ia pun pergi keluar dari rumah sakit karena tak menemukan Rai di dalam. Bak seperti seorang yang habis lari maraton, ia terus saja mencari Rai dengan napas yang terengah-engah. "Bisa-bisa... Napasku habis jika seperti ini..." keluhnya sembari membungkuk.
Akhirnya Tn. Kuroto menemukan Rai. Ia sedang berdiri di samping jalan sembari memakai headphone-nya. Tn. Kuroto pun pergi menghampirinya.
Tn. Kuroto menghela napasnya begitu kasar. "Rai" panggil pria paruh baya itu sembari menepuk bahu Rai.
"Apa?" Rai pun melepas headphone-nya, lalu menoleh ke arah seseorang yang menepuk bahunya itu. Karena rasanya tak asing siapa yang mengetahui nama panggilannya itu baginya. Ia terkejut, setelah yang di dapatinya adalah Pamannya–Katsura Kuroto.
"Paman!" Rai memeluk hangat pamannya itu. "Bagaimana kabarmu, Paman? Lama tak berjumpa ya," lanjutnya sembari melepas pelukannya.
"Aku baik." jawab Tn. Kuroto sembari menebar senyumnya untuk keponakannya itu. "Aku dengar.. Kau ingin bekerja sebagai dokter ya?" tanyanya terus terang.
"Dari mana Paman mengetahuinya.?" tanya Rai heran.
"Aku tahu segalanya tentang dirimu,"
Rai terkekeh ketika mendengar ucapan yang terlontar dari mulut sang paman. "Aa.. Paman..."
"Mau ikut denganku,?"
"Ke mana?"
"Ikut saja!" Tn. Kuroto pun menarik tangan Rai.
#SKIP➡
^^^At The University Of Tokyo Hospital ||^^^
Ternyata, mereka kembali masuk ke rumah sakit.
Rai melihat sekelilingnya. "Paman, bukankah ini adalah---"
"Un. Betul ini adalah rumah Sakit,..."
"...di bawah pimpinanku tepatnya." Tn. Kuroto melanjutkan ucapannya itu yang lebih terkesan pamer sembari menyapu jasnya dengan tangan.
"Sungguh,? Jadi, kau CEO di sini? Woah~ Paman hebat!"
"Huh.. Kau ini ya... Sudah jangan terlalu banyak berbasa-basi! Ikut aku ke ruanganku!"
#SKIP➡
'CEO'S ROOM'
"Selamat datang di ruanganku!" ucap Tn. Kuroto sembari mempersembahkan sebuah ruangan yang besar dengan berbagai fasilitas mewah di dalamnya.
"Woah~ Luas sekali!" kagum Rai setelah pertama kali menginjakkan kakinya ke ruangan sembari mendongakan kepalanya.
"Berikan CV-mu kepadaku!"
"Um?—Ya, ini." Rai pun menyerahkan CV yang sedari tadi berada di tangannya itu.
"Kau sudah menandatangani formulir asli dan salinan-nya?"
"Tentu saja sudah. Ada di dalam CV itu"
Tn. Kuroto beranjak duduk di kursinya. Ia pun membuka CV-nya, lalu mengeluarkan beberapa kertas di dalamnya. Setelah membacanya, dan juga menandatangani formulir-nya, Tn. Kuroto menghela napasnya sembari bangkit dari posisinya. "Sekarang, mari kita mulai kerja sama kontrak ini!" ucapnya sembari memberikan sebuah surat kontrak.
...•KONTRAK KERJA•...
"E, kontrak?!" heran Rai sembari mengambil surat itu.
"Ya. Mulai sekarang, kau resmi bekerja di rumah sakit-Ku dengan status magang. Potensimu sangat luar biasa setelah kulihat dari hasil laporan Universitas. Terutama dalam hal praktisi penyakit dalam,..."
"...nanti akan ada seorang preceptor dari Department Penyakit Dalam yang bertugas untuk membimbing sekaligus mengawasimu. Kadang-kadang, ada panggilan langsung dari beberapa pihak Department lain yang akan mengajak bergabung. Jika ada seorang pasien yang kau tangani merekomendasikanmu dengan baik. Atau kau memiliki keterampilan yang mewakili bangsal tersebut."
Rai mengangkat tangan kanannya, lalu menekuknya tegak dan mengepalkannya. "Yeah... Akhirnya aku diterima bekerja!" ucapnya dengan sedikit berbisik.
Melihat tingkah laku Rai yang kekanak-kanakkan itu, membuat Tn. Kuroto tertawa singkat. "Usiamu sudah 26-tahun. Tapi, sikapmu masih saja kekanak-kanakakkan. Kapan kau akan bersikap dewasa Rai,?"
"Aku belum 26-tahun, Paman. Menuju tepatnya. Aku akan bersikap dewasa pada waktunya" jawab Rai dengan posisi tangan yang masih sama sembari memandang Pamannya.
"Ch! Baiklah... Kau bisa ambil seragammu sekarang di ruangan informasi anggota baru. Kau mulai bekerja besok" Tn. Kuroto memberikan formulir salinan yang telah ditandatanganinya kepada Rai. "Bawa salinannya! Ya.. Biasanya ini menggunakan tanda tangan Manajer. Tapi, kurasa tidak perlu bagimu. Lagi pula, yang penting adalah tanda tangan CEO, dan tanda tangan Direktur Department pada formulir asli. Serahkan ini sebagai bukti kalau kau diterima!"
"Ya, terima kasih, Paman." ucap Rai sembari membungkukkan tubuhnya sesaat, lalu tersenyum.
Tn. Kuroto membalas bungkukkan tubuh Rai. "Sama-sama.." jawabnya diiringi dengan kembangan senyumnya.
Rai pun keluar dari Ruang CEO untuk mengambil seragamnya.
"Aku sebaiknya memberi tahu dulu jika aku menempatkan anggota baru di Department Penyakit Dalam, dan meminta persetujuan bimbingan dokter senior" gumam Tn. Kuroto. Ia pun pergi beberapa menit setelah Rai.
...‹« T.G.V »›...
"Sesudah kesedihan, pasti ada kesenangan~
Sesudah hujan, pasti ada pelangi~
Ingatlah tujuan harapan itu, yang terus membimbing menuju apa yang kita tuju~ Maka ayolah kita sama-sama melangkah, berlari hingga semua itu terwujud~" Rai bernyanyi di setiap langkahnya dengan hati yang berbunga-bunga karena ia diterima untuk bekerja di rumah sakit. Lagu yang ia nyanyikan berjudul, Chasing Hope. Yang dibawakan oleh boyband, 'Sutaraito'. Boyband yang beranggotakan 7 orang; Arisu Matsuo, Ryo Yoshino, Yuta Aoki, Ryosuke Kashiyama, Ren Imako, Hikaru Idaina, Ryujin Yokohama.
Rai menghela napasnya dalam-dalam. "Hawa musim dingin memang menyejukkan" gumamnya. Ia kemudian memejamkan matanya, menikmati lantunan musik di headphone-nya.
DUGH!
"Hei... Hati-hati bila berjalan!" ucap seorang pria dengan nada ketus sembari menatap Rai datar.
"Ma-Maaf-Maaf.. Maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja" sesal Rai sembari membungkukkan tubuhnya berkali-kali.
"Ch! Yang benar saja. Perhatikanlah jalanmu!" sentak sang pria. "Untungnya ponselku ini tidak jatuh"
"Sekali lagi aku minta maaf.." sesal Rai sembari membungkukkan tubuhnya lagi.
Pria dengan model rambut hitam membelah ke samping disertai sedikit arsiran navy itu pun kembali melihat ponselnya, lalu pergi. Terdapat jas dokter yang menggantung di lengannya.
"Huh, padahalkan, aku sudah meminta maaf. Lagi pula, pria itu 'kan juga berjalan sembari melihat ponselnya. Jadi tidak sepenuhnya salahku" gerutu Rai sembari menggaruk belakang kepalanya, kemudian berkacak pinggang.
"Ryuzaki-kun..!" terdengar suara seorang pria yang memanggilnya sembari melambaikan tangan, dari arah berlawanan. Pria itu pun menghampiri Rai, lalu memeluknya. "Sahabatku," ia semakin mengeratkan pelukannya. Pria itu menepuk-nepuk punggung Rai.
Rai seketika terdiam. Ia tidak yakin, bahwa itu adalah sahabatnya yang datang untuk menemuinya. Tentu saja ia masih ingat dengan sahabatnya itu, namanya adalah Yamada Tetsuya.
"Te.. Tetsuya...?"
"Huh... Apakah kau lupa denganku?" tanya Tetsuya sembari melepaskan pelukannya. "Aku baru pergi sekitar 7-tahun, dan kau lupa denganku?!" Ia menatap Rai dengan tatapan kesal.
"Tentu saja tidak. Mana mungkin aku lupa" ucap Rai sembari tersenyum. Ia membalas pelukan sahabatnya itu dengan erat juga. "Tetsuya, aku merindukanmu..."
"Iya-Iya.. Sudahlah!" ucap Tetsuya sembari melepaskan Rai dari dirinya.
"E, bukannya kau masih ada pekerjaan di Inggris? Kenapa kau bisa kembali ke Jepang?" tanya Rai dengan memasang ekspresi penasaran.
Tetsuya meninju pelan dada Rai. "A.. Sudah... Jangan dipikirkan! Mari kita bersenang-senang saja! Karena kita sudah kembali bertemu" ucapnya. "Kau mau pergi ke cafe yang biasa kita kunjungi saat masa kuliah? Aku yang traktir ya?"
"Un. Terserah dirimu saja"
"Come on!"
Mereka berdua pun pergi bersama menuju ke cafe yang sudah menjadi langganan mereka saat masa kuliah mereka, semester pertama.
.
.
*sesampainya di cafe*
"Kau mau minum apa,? Kopi?" tanya Tetsuya sembari membaca daftar menu yang telah diberikan pelayan.
"Aku tidak terlalu menyukai kopi. Matcha saja." jawab Rai yang duduk di depannya sembari tersenyum.
"Ugh.. Kuno sekali,"
Rai mengerutkan keningnya. "Bukankah hal itu sudah biasa,?"
"E, mungkinkah,? Baiklah.. Kalau begitu... Aku pesan satu mocachino dan matcha" ucap Tetsuya sembari mengembalikan daftar menu tersebut kepada pelayan.
Pelayan itu pun mengambil papan menu dari Tetsuya. "Baik."
"Bukannya kau lebih menyukai apa pun mengenai strawberry?"
"A... Itu hal yang biasa. Lagi pula, minuman itu juga tidak cocok denganku, Ryuzaki,"
Rai memicingkan matanya. "E... Kenapa dia seperti itu,? Bukankah dia sangat menyukai strawberry? Dan kenapa di memanggil nama asliku bukannya nama panggilan?" batinnya.
#SKIP➡
"Aku sudah selesai. Aku pergi dulu ya..."
"Nnn.. Terima kasih atas traktirannya!" seru Rai lalu membungkukkan tubuhnya sesaat.
Rai merasa penasaran dengan tingkah Tetsuya yang tampak aneh.
Dilihatnya Tetsuya pun menaiki taksi. Rai kemudian membuntutinya dengan menaiki taxi juga. Sekaligus memastikan bahwa Tetsuya itu, benar-benar Tetsuya sahabatnya. Biaya yang tidak sedikit pun dikeluarkannya. Karena, jaraknya cukup jauh.
Mengendap-endap, bak seorang detektif profesional ketika Tetsuya sudah turun dari taksi tersebut. Ini adalah pengalaman Rai di masa lalu sebagai peretas yang terampil. Selalu terdiam dan berusaha tenang.
.
.
^^^At Institute of Physical and Chemical Research ||^^^
Akhirnya sampai pada titiknya. Tetsuya berhenti tepat di sebuah Lembaga Penelitian.
"Huh..! Kenapa dia ke sini? Dia 'kan tidak terlalu menyukai tempat seperti ini," gumam Rai sembari mengintip dari balik tembok. Ia menudungi kepalanya dengan topi pada mantel-nya. Dilihatnya Lembaga Penelitian itu terlihat sepi. Hanya beberapa orang saja yang ada di sana.
Tetsuya pun menaiki elevator menuju ke lantai atas. Tak tinggal diam, Rai terus membuntutinya.
"E... Mungkinkah dia juga bekerja di sini? Benar-benar aneh." batin Rai sembari memicingkan matanya. Ia menunggu untuk masuk sampai pintu elevator itu kembali terbuka.
'LABORATORIUM'
Pintu masuk hampir tertutup. Ini adalah kesempatan Rai untuk masuk dengan kecepatan kilat.
#Sst!~
Setelah masuk. Tak disangka ruangan yang didominasi putih itu dipenuhi dengan banyak gelas tabung. Hah! Tunggu-tunggu, tak hanya itu! Di sana juga terdapat banyak sekali jasad manusia yang telah ditutupi oleh selembar kain dan berjejer rapi.
"Iii.. Seram sekali! Kenapa harus ke ruangan seperti ini?!" Rai bergidik sembari menyilangkan lengannya dan terus mengusap-usap bahunya. Berusaha menahan ketakutannya dan menyusuri ruangan tersebut. mata Rai pun terpanah kepada salah satu robot yang terpajang di sana. "Woah~ Ada robot." kerena begitu eksentrik, ia pun menyentuhnya.
*Terkejut*
🔊🔉🔉
Alarm keamanan tiba-tiba berbunyi nyaring setelah Rai menyentuh salah satu makhluk besi itu.
Semua pintu pun seketika terkunci.
Karena tak ada jalan lain, Rai pun akhirnya mencoba bersembunyi di bawah meja percobaan.
Hening.
.
.
Tap!
.
.
Tap!
.
.
Tap!
.
.
Suara itu perlahan semakin mendekat.
Rai tetap diam dan berusaha tenang. Hingga membuatnya harus menahan napasnya.
......«TO BE CONTINUED»......
...つづく...
Note:
Sesudah kesedihan, pasti ada kesenangan
Sesudah hujan, pasti ada pelangi
Ingatlah tujuan harapan itu yang terus membimbing menuju apa yang kita tuju
Maka ayolah kita sama-sama melangkah, berlari hingga semua itu terwujud
Itu adalah penggalan bait dari puisi yang berjudul, 'Mengejar Harapan' karya Author sendiri. Author mencoba membuat musik yang ala Author dari puisi tersebut, beserta boyband-nya–Starlight (Bintang Bersinar),
スターライト (Sutāraito). Karena Author juga bisa dibilang, 'Otaku'.
Pembuatan puisi itu juga terinspirasi dari lagu boyband asal Jepang, kesukaan Author,
Bullet Train, 超 特急 (Ultra Choutokkyu)–yang berjudul, Starlight. Apakah di antara kalian termasuk salah satu penggemarnya?
.
.
Bagaimana saran anda tentang ini? Sudah menarik? Atau, kurang berasa? Tenang. Masih ada kelanjutannya 😉
(Jika kalian suka) Tolong bantu saya like dan komen ya! Agar saya bisa memperbaikinya, dan lebih semangat!
助けてください! Tasuketekudasai! 🙏🙏
😄😄😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Diecool
kk semangat
2021-05-08
0