Nesa duduk di depan cermin meja riasnya. Dia menyisir rambutnya yang memiliki bentuk ikal alami di ujung. Kemudian dia memoles wajahnya dengan make up tipis dan masih terlihat natural. Setelah dirasa cukup,dia menyudahi kegiatannya di meja rias.
Dengan memakai dress selutut berwarna pastel,Nesa terlihat semakin anggun. Tak lupa juga dia mengambil sepatu berwarna senada yang memiliki sedikit heels dan memakainya.
Nesa kembali memantulkan dirinya didepan cermin,memperhatikan penampilannya sendiri dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Sempurna, tidak ada yang kurang dari penampilannya. Nesa mengambil tasnya di nakas dan bergegas keluar dari kamarnya.
Hari ini dia akan bertemu dengan sahabatnya Dea di sebuah cafe yang sudah mereka sepakati. Setelah beberapa lama mereka tidak bertemu karena kesibukan Nesa sebagai dokter internship di luar kota,tampaknya sudah banyak yang akan mereka saling ceritakan.
Dea yang saat ini juga sedang sibuk dengan magangnya di kantor hanya bisa mempunyai waktu senggang di weekend saja. Dan kebetulan hari ini adalah hari libur,makanya mereka menyempatkan diri untuk bertemu.
Nesa melihat papa dan mamanya sedang duduk santai di ruang keluarga sambil menonton televisi dan menikmati makanan kecil yang sudah tersedia disana. Nesa pun menghampiri mereka untuk berpamitan.
"Mau pergi kemana sayang?" Tanya Widia melihat Nesa sudah berdandan rapi
"Mau jalan sama Dea ma,sudah lama kami tidak bertemu" Jawab Nesa sambil mendudukkan tubuhnya di samping Widia
"Memangnya kalian mau pergi kemana?" Tanya Widia lagi
"Pergi makan saja ma" Jawab Nesa sekenanya
"Kalau hanya pergi makan,kenapa tidak Deanya saja yang kamu suruh kesini" Widia berkomentar
"Mana seru ma,kami ingin melepaskan penat setelah menjalani kesibukan kami masing-masing" Kilah Nesa
"Baiklah terserah kamu saja" Balas Widia pasrah
"Ya sudah ya ma,Nesa berangkat dulu. Sudah hampir siang nih" Ucap Nesa berpamitan
"Nesa..." Gunawan yang sedari tadi hanya diam mendengar obrolan Nesa dengan Widia,akhirnya mengeluarkan suara
Nesa yang tadinya sudah beranjak dari tempat duduknya menoleh dan membalas sapaan Gunawan.
"Iya pa"
"Jangan pulang kemalaman" Pinta Gunawan dengan nada tegas
Entah makna lain apa yang tersirat dalam perintahnya,yang jelas selama ini Gunawan memang selalu tegas pada Nesa terkait pergaulannya.
"Siap pa" Nesa juga menjawab yakin sambil berlalu begitu saja meninggalkan Widia dan Gunawan
Nesa keluar dari rumah menuju garasi tempat mobilnya terparkir. Kemudian laki-laki muda berperawakan bule menghampirinya,dia adalah Alex sopir pribadi keluarganya.
"Nona mau kemana biar saya antar?" Tanya Alex menawarkan diri
"Tidak usah Alex. Aku ingin membawa mobil sendiri hari ini" Tolak Nesa sambil membuka pintu mobilnya
"Baik nona" Ucap Alex tanpa bertanya lagi
Nesa kemudian melajukan mobilnya keluar dari gerbang rumahnya.
Nesa mengendarai mobil spot yang merupakan hadiah dari papanya tepat disaat usianya 20 tahun. Dan dihari itu juga dia baru saja diambil sumpah menjadi seorang dokter. Karena hari ini cuacanya agak mendung,Nesa membiarkan atap mobilnya terbuka. Lagipula jalan yang akan dilaluinya bukanlah jalanan yang padat.
Mobilnya terhenti sesaat karena lampu merah menyala di ujung jalan. Bersamaan dengan itu,berhenti juga sebuah mobil mewah berwarna hitam tepat disamping mobil Nesa.
Sementara itu,ada anak kecil menghampiri mobil Nesa dan memainkan gitar yang dibawanya sambil bernyanyi. Dengan cepat Nesa merogoh satu lembar uang 50.000 didalam tasnya dan memberinya pada pengamen kecil itu.
"Terimakasih kak" Ucap pengamen itu dengan wajah yang terperangah melihat nominal uang yang diberikan Nesa
"Sama-sama anak manis" Jawab Nesa sambil tersenyum
Tak disangka ada sepasang mata yang tengah memperhatikan Nesa dari dalam mobil mewah yang tadi berhenti tepat disamping mobilnya.
Adam yang sedari tadi memperhatikan,tak memindahkan pandangannya dari Nesa. Adam menatapnya sambil mengerutkan kening seakan mengenali gadis yang dilihatnya itu.
Adam memutar ingatannya ke belakang,dan samar-samar Adam mulai mengingat gadis itu. Gadis yang tak sengaja pernah dia lihat beberapa waktu yang lalu.
"Gadis itu kan gadis yang waktu itu aku lihat sedang membagi-bagikan makanan pada anak jalanan di kolong jembatan" Gumam Adam
Ya,beberapa waktu yang lalu saat Adam terjebak macet hendak pulang kerumahnya,tak sengaja dia melihat Nesa dari kejauhan sedang membagikan makanan pada anak-anak jalanan. Dan hari ini Adam melihatnya lagi,apa yang dilakukan Nesa berhasil membuat rasa kagum menyelinap ke dalam hatinya.
"Sungguh pemandangan yang sangat langka. *G*adis cantik yang baik hati" Gumamnya lagi
Tanpa sadar Adam sudah memujinya dan ini kali pertamanya Adam memuji seorang perempuan.
Nesa memang suka menolong. Disaat ada kesempatan dan sedang tidak sibuk, Nesa selalu berbagi makanan pada anak-anak yang dia temui di jalanan. Kebiasaan itu sudah Nesa lakukan sejak Nesa remaja.
Setelah menempuh 30 menit perjalanan, akhirnya Nesa sampai di sebuah cafe yang sudah dia sepakati bersama Dea tadi. Nesa memarkirkan mobilnya lalu masuk ke dalam cafe. Disana sudah ada Dea yang sedang menunggunya.
Nesa menghampiri dan duduk didepan Dea.
"Sudah lama ya nunggunya?" Tanya Nesa sambil meletakkan tasnya di atas meja
"Lumayan lama. Bahkan hampir saja aku pulang" Jawab Dea agak sedikit kesal
"Minuman yang aku pesan saja sudah hampir habis nih" Sambung Dea sambil menunjukkan isi gelasnya
"Iya maaf-maaf. Biasa tadi masih ada drama berpamitan dulu sama papa dan mama" Terang Nesa sambil tersenyum simpul
"Dasar anak kesayangan" Maki Dea
"Iya lah, aku kan anak satu-satunya mama dan papa" Ucap Nesa dengan bangganya sambil menyungging sebuah senyum yang mengembang
Setelah itu mereka memesan makanan sambil terus melanjutkan obrolannya.
"Bagaimana kabar ibumu?" Tanya Nesa kemudian
"Ibuku baik-baik saja tapi dia seringkali menanyakanmu. Sepertinya dia lebih menyayangimu daripada aku anaknya sendiri" Jawab Dea dengan sedikit protes
Nesa tergelak.
"Itu karena aku sudah lama sekali tidak kesana. Lagipula buat apa juga ibumu masih menanyakanmu. Kalian kan tinggal serumah,dan setiap hari kalian bertemu"
"Ya... mungkin" Balas Dea sambil mengangkat bahunya
Nesa dan Dea bersahabat sejak lama. Nesa yang tidak mempunyai saudara bisa sedikit terhibur dengan kehadiran Dea. Sejak saat itu,Nesa tidak merasa sendiri lagi karena mempunyai sahabat baik seperti Dea.
Hubungan keduanya semakin dekat tatkala ayah Dea meninggal karena sebuah kecelakaan lalu lintas,meninggalkan ibu dan adik semata wayangnya.
Ayahnya yang hanya seorang PNS biasa membuat ibu Dea kesulitan membiayai hidup mereka bertiga. Mereka hanya bertahan hidup dengan uang pensiunan ayahnya.
Bersyukurlah waktu itu papa Nesa datang membantu. Gunawan berjanji akan membiayai pendidikan Dea dan adiknya sampai lulus perguruan tinggi nanti. Tentu saja itu semua juga atas bujukan Nesa pada papanya. Mengingat selama ini hubungan Nesa dan Dea baik,Gunawan tak segan untuk membantu.
Karena mendengar ibu Dea yang juga pintar membuat kue,Gunawan kemudian memberikan modal kepada ibu Dea untuk membuka toko kue agar mereka masih bisa hidup dengan layak kedepannya.
Dan sekarang kehidupan Dea dan keluarganya sudah semakin baik berkat bantuan Nesa dan keluarga. Dea sangat banyak berhutang budi pada Nesa. Oleh sebab itu,sebisa mungkin Dea akan selalu ada jika Nesa membutuhkannya. Hanya itu yang mampu Dea lakukan untuk membalas semua kebaikan keluarganya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments