Setelah beberapa lama Firman memeluk tubuh ibunya yang sudah terbujur kaku dan meluapkan segala rasa bersalahnya,Firman mengusap pipinya yang basah. Lalu menoleh kearah Nesa yang masih setia berdiri disampingnya.
"Katakan padaku,kenapa ibuku bisa meninggal? Tadi ibuku hanya mengeluh sakit dada lalu jatuh dan tidak bangun lagi" Firman meminta penjelasan Nesa atas penyebab kematian ibunya
"Apa ibu anda sering mengeluh sakit dada?" Tanya Nesa sebelumnya
"Tidak pernah,selama ini ibuku baik-baik saja. Dia tidak pernah mengeluh apapun tentang kesehatannya" jawab Firman
"Jika begitu,besar kemungkinan ibu anda terkena serangan jantung"
Firman terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa. Dia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Kepergian ibunya sungguh sangat mendadak. Seketika Firman menggerutuki dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga ibunya. Bagaimana mungkin dia tidak mengetahui jika ibunya terkena penyakit jantung dan sudah terlambat ditangani. Sekali lagi Firman masih tak percaya dengan cobaan berat yang harus dialaminya.
Firman merasa bersalah. Firman menarik rambutnya kebelakang dengan raut wajah kesal.
"Yang tabah mas Firman. Anda tidak boleh menyalahkan diri anda sendiri. Ini sudah takdir" Nesa berusaha menenangkan Firman
"Anda bisa berkata seperti itu karena anda tidak pernah tahu bagaimana rasanya kehilangan satu-satunya orang yang anda miliki" Ujar Firman dengan nada yang sedikit membentak
"Bahkan saya belum bisa mewujudkan impian terkahir ibu saya untuk segera menikah" Sambung Firman
"Saya memang tidak pernah mengalaminya,tapi pasti rasanya sangat sakit" Nesa berkomentar seolah ingin ikut tenggelam dalam kesedihan Firman
Seketika Firman menoleh pada Nesa dan menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca. Dan seketika itu juga ada perasaan kagum yang tiba-tiba menyelinap dalam hatinya. Firman merasa dokter yang berdiri disampingnya itu adalah seseorang yang sangat peduli terhadap kesedihan orang lain. Firman berpikir jika saja tadi dokter lain yang menangani ibunya,mungkin dokter itu sudah meninggalkannya ketika tahu ibunya sudah tak bernyawa.
"Apakah anda mau menemani saya mengurus pemakaman ibu saya?" Firman beranjak dari duduknya dan menghampiri Nesa
"Iya tentu saja" Jawab Nesa yakin
"Terimakasih" Ucap Firman sambil berusaha tersenyum
Firman menjadi sedikit tenang karena setidaknya disaat-saat terakhir bersama ibunya,dia tidak sendiri. Ada seseorang yang mau menemaninya dan berbagi kesedihan dengannya.
Firman duduk didepan nisan ibunya yang baru saja selesai dimakamkan. Firman menatap nisan ibunya dengan sangat lama. Nesa yang berdiri disampingnya hanya bergeming menyaksikan kesedihan Firman.
Firman terlihat lebih kuat. Tak tampak lagi airmata yang membasahi pipinya. Dia seakan sudah rela melepas kepergian orang yang sangat disayanginya itu.
Setelah beberapa lama duduk termangu. Firman berdiri dan mendekat ke arah Nesa.
"Terimakasih banyak dokter sudah bersedia menemani saya mengantar ibu saya ke tempat peristirahatan terakhirnya" Ucap Firman
"Tidak usah sungkan,saya juga senang bisa menemani mas Firman" Balas Nesa
"Setelah ini saya akan hidup sendiri" Firman berpaling dari Nesa dan memandang ke arah lain
Nesa menautkan kedua alisnya,menatap Firman dengan penuh tanda tanya.
"Beberapa tahun yang lalu saya juga kehilangan ayah dan kakak perempuan saya karena rumah kami mengalami kebakaran" Firman memulai cerita tentang masalalunya
Nesa yang merasa iba hanya diam saja karena ingin memberi kesempatan pada Firman untuk melanjutkan ceritanya.
"Sejak saat itu kami hanya hidup berdua. Saat itu juga saya berjanji pada ibu saya,saya akan menjadi orang yang sukses agar ibu saya tidak merasa sedih ditinggal ayah saya. Dan atas dukungan ibu,saya mulai merintis usaha kecil-kecilan bersama beliau. Karena berkat doa ibu yang tak pernah putus,akhirnya usaha kami maju dengan pesat. Saat ini saya sudah memiliki beberapa cabang cafe di kota. Tapi sekarang saya sadar berapapun uang yang saya miliki,saya tidak akan bisa mengembalikan nyawa ibu saya" Firman bercerita panjang lebar sambil tertunduk sedih
"Saya mengerti perasaan mas Firman saat ini. Hidup mas Firman kedepannya mungkin tidak akan mudah tapi saya yakin suatu saat nanti mas Firman akan menemukan kebahagiaan yang sejati. Mas Firman tidak akan sendiri lagi. Mas Firman akan mendapatkan seseorang yang akan menjadi pasangan hidup mas Firman" Nesa kembali berusaha menghibur Firman
Firman tersentak dan menoleh pada Nesa. Firman baru menyadari jika dirinya telah tidak sengaja membawa wanita yang disampingnya itu masuk dalam kesedihannya.
"Maaf dokter,saya sudah membawa anda ikut merasakan kesedihan saya" Ucap Firman dengan perasaan yang agak bersalah
"Tidak apa-apa. Panggil saja saya Nesa" Balas Nesa sambil tersenyum tipis
"Maaf saya juga lupa berkenalan dengan anda karena terlalu lama terjebak dalam kesedihan saya" Firman kembali meminta maaf dan membalas senyum Nesa
"Iya tidak apa-apa" Ucapnya lagi
Nesa yang hendak keluar dari area pemakaman,tiba-tiba saja tangannya ditahan oleh Firman.
"Maukah anda berteman dengan saya?" Tanya Firman akhirnya
Nesa tersenyum dan berkata.
"Iya tentu saja"
"Terimakasih banyak" Ucap Firman yang entah sudah berapa kali dia mengucapkan kalimat itu pada Nesa
Sejak saat itu mereka berteman. Firman sering mengajak Nesa kemakam ibunya disaat Nesa sedang tidak bertugas di rumah sakit. Firman juga sering mengajak Nesa pergi bersama. Firman sudah merasa tidak sedih lagi karena kehadiran Nesa. Sebaliknya Nesa juga senang dan menikmati hari-harinya bersama Firman. Lambat laun Nesa juga mengagumi sosok Firman. Menurut Nesa Firman adalah sosok laki-laki baik yang sangat mencintai ibunya.
...----------------...
Setahun sudah berlalu. Nesa harus pulang ke kota asalnya karena dia sudah menyelesaikan tugasnya di rumah sakit. Berita itu diketahui oleh Firman dan tentu saja Firman tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Sehari sebelum Nesa pulang, Firman mengajaknya untuk bertemu.
Nesa menghampiri Firman yang sedang menunggunya duduk di kursi taman. Nesa mendekat dan mendudukkan tubuhnya disamping Firman.
"Ada apa mas Firman mengajakku bertemu?" Tanya Nesa memulai pembicaraan
"Sebelum kamu pergi aku ingin mengatakan sesuatu padamu" Jawab Firman
"Apa?" Tanya Nesa lagi
"Aku ingin berterimakasih karena hampir setahun belakangan ini kamu selalu menemaniku sehingga aku lupa akan kesedihanku. Awalnya aku ingin menikmati saja pertemanan kita tapi tanpa bisa dicegah,perasaan itu semakin besar" Firman menatap Nesa dalam-dalam
"Maksud mas Firman?" Tanya Nesa masih tak mengerti
Firman menarik kedua tangan Nesa dan menggenggamnya dengan erat. Dia tertunduk sebentar sambil menghela nafas panjang seolah sedang mengumpulkan segenap keberaniannya.
"Aku mencintaimu Nesa" Ucap Firman akhirnya sambil mengangkat wajahnya dan menatap Nesa dengan penuh perasaan
Nesa agak terkejut. Nesa tampak berpikir sebentar lalu secara perlahan Nesa melepaskan tangannya dari genggaman Firman.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments