CHAPTER 3 : Sebuah Daerah

...CHAPTER 3...

Berita kematian Jamie menyebar ke seluruh daerah. Empat daerah mengetahui berita menggemparkan itu. Tersiar melalui radio dan televisi. Berita kabur nya Garnayse pun tak luput dari media massa. Mereka menyorot langsung aksi Garnayse yang kabur menerobos semua keamanan tinggi yang mengelilingi Sentral City hingga wujudnya tak terlihat lagi. Menghilang ditelan malam. Sementara pihak keamanan mencarinya dan mungkin saja hingga besok pagi Garnayse belum ditemukan.

Banyak orang tak menyangka kalau Garnayse membunuh kakak nya sendiri. Tentu saja beberapa masyarakat ada yang tidak percaya, namun sebagian ada yang percaya karena mereka tahu hubungan Jamie dan Garnayse tidaklah baik. Tapi, semua berita itu tidaklah benar. Bagaimana mungkin Garnayse--yang sangat menyayangi kakaknya itu tega membunuh. Tidaklah mungkin. Berita itu seratus persen palsu. Pembunuh asli nya masih ada di luar sana. Berkeliaran dan hidup sejahtera, karena mendapati Garnayse menghilang begitu saja dari Sentral City.

Bahkan beberapa adegan kasar yang dilakukan oleh Garnayse sebagai perlawanan itu tak sengaja terekam oleh kamera dan di tayangkan ke seluruh saluran yang tersedia.

Salah satunya adalah televisi milik sekelompok pejuang yang tinggal Daerah 4. Tempat dimana para pejuang yang rela mati demi mendapatkan keadilan. Di pimpin oleh Jupiter Mallone. Mereka semua menyaksikan keadaan yang sempat berantakan terjadi di Sentral City. Kematian Jamie--sang pewaris sekaligus pemimpin di Sentral City dan tentunya 4 daerah yang ada--benar-benar terdengar hingga ke distrik paling bawah ini.

"Lepaskan aku!"

Lima orang pria, termasuk Jupiter yang ada di dalam ruangan persegi itu meringis secara bersamaan ketika melihat betapa kasarnya perlawanan yang diberikan seorang gadis pirang terhadap salah seorang keamanan. Mereka belum tahu siapa gadis itu hingga akhirnya di layar televisi terpampang jelas identitas sang gadis.

Nama: Garnayse Alley Trainor.

Umur: 23 tahun.

Status: Anak kedua dari Jackson Alley Trainor, Adik kandung Jamie Alley Trainor.

Menjadi terdakwa pembunuhan Jamie, kakaknya sendiri.

"Dia terlihat polos. Mungkinkah adiknya sendiri yang membunuh Jamie?" Tanya si pria berkulit gelap. Tristan Montéga.

Jupiter menggelengkan kepalanya perlahan tanpa memutus pandangan dari televisi. "Aku rasa bukan."

"Tapi, aku mendengar kabar kalau hubungan mereka tidaklah baik. Antara Garnayse dan Jamie." Timpal si pria bertubuh kurus (satu-satunya lelaki paling kurus di antara mereka berlima) sembari mengusap dagu nya sendiri. Yuri Rainious.

Jupiter mendesah pelan sambil melirik Yuri dengan tajam. "Jangan asal mengambil kesimpulan kalau kau belum pernah melihat secara langsung hubungan mereka. Apa yang orang lain katakan itu bukan berarti kebenaran yang akurat. Camkan itu baik-baik, Yuri."

Yuri hanya bisa menghela napas. Salah lagi.

"Aku bahkan tak tahu kalau Jamie punya adik perempuan yang sangat manis sepertinya." Ujar Tristan dengan wajah seratus persen tengil.

"Aku akan melaporkanmu pada Athena." Bisik Danniel sembari menunjuk wajah Tristan dengan tatapan dibuat-buat mengancam.

Tristan meringis. "Maaf. Aku tidak bisa menahan mulutku," sampai akhirnya pandangannya tertuju pada satu personil lagi. Seorang lelaki yang paling muda di antara mereka berempat. Berdiri paling ujung dari deretan Yuri, Danniel, dan Tristan. Sementara Jupiter duduk di kursi di depan mereka--berjarak paling dekat dengan televisi. Wajah lelaki itu datar, tampak serius menatap layar televisi yang terus saja memberikan asupan berita menggemparkan tentang kematian misterius Jamie. "Hei, sobat. Kau tidak mau ikut berkomentar?" Tanya Tristan kepada lelaki yang sedaritadi hanya diam.

Brandon J. Da Costà.

Nama yang lumayan panjang bagi seorang lelaki pendiam bergaris wajah tegas sepertinya.

Jupiter menghela napas panjang dan keras setelah berita tadi berakhir dengan penutupan pemberitahuan bahwa Garnayse menghilang dari Sentral City. "Aku rasa akan terjadi keributan sebentar lagi di Sentral City," ujarnya pelan.

Brandon mengalihkan tatapannya sejenak. "Dia menghilang. Gadis itu menghilang. Menurutmu apakah dia aman di luar sana?" Akhirnya Brandon bersuara meskipun nada nya masih terdengar datar.

Jupiter mengusap wajahnya. "Entahlah," dia berdiri. "Tidak ada yang peduli, Brandon. Orang-orang di Sentral City bukanlah sesuatu yang kita pedulikan." Lanjutnya seraya menepuk pundak Brandon pelan, kemudian melangkah pergi keluar ruangan.

Tristan merangkul pundak Brandon dengan sangat bersahabat. "Dia bisa saja aman. Lihatlah caranya bertarung. Brutal dan asal-asalan," Tristan terkekeh pelan.

Yuri membenarkan letak kacamata nya, kemudian ikut berbalik meninggalkan ruangan sembari berkata, "jangan terlalu lama. Masih ada tugas yang harus dikerjakan."

"Siap, kurus!" Ucap Tristan dan Danniel bersamaan seraya memasang pose hormat.

"Sialan." Umpat Yuri sembari menutup pintu dan pergi.

Sementara Brandon justru merenung. Entah ke mana pikirannya saat ini berkelana. Tristan dan Danniel yang menyaksikan itu pun hanya bisa saling menatap satu sama lain, kemudian mengajak Brandon pergi dari ruang perkumpulan tersebut.

...~¤~...

Brandon berjaga di ketinggian gedung. Seperti yang kita ketahui, Daerah 4 tidaklah besar. Hanya menyerupai sebuah kota kecil yang sebagian besar kehidupan berlangsung di bawah tanah. Sementara di atas mereka terdapat gedung-gedung pencakar langit yang sudah tak terpakai. Sebagian gedung yang masih dalam keadaan utuh mereka manfaatkan sebagai tempat penjagaan bagi sisa masyarakat yang tinggal di bawah tanah, membangun sekat dan tempat perlindungan yang layak.

Perbatasan Daerah 4 dijaga ketat dan semua berada di bawah kendali Jupiter. Sementara Brandon, Tristan, Danniel, dan Yuri memiliki tugas masing-masing. Brandon memimpin gedung paling belakang, jauh dari perbatasan, sedangkan Tristan bersama dengannya mengatur persenjataan yang ada di gedung tersebut. Selain itu mereka juga memiliki regu penjagaan yang akan berpatroli setiap malam nya di sekitar wilayah Daerah 4 bagian belakang dekat dengan pintu masuk menuju ke wilayah bawah tanah.

Jupiter berada di gedung paling depan yang dekat dengan perbatasan. Dia akan melaporkan apa saja yang hendak melewati perbatasan kepada anggota nya yang berjaga di bagian belakang. Benar-benar pemimpin yang pemberani.

"Apa semua aman?" Tanya Jupiter pelan kepada penembak jitu yang berada di rooftop gedung penjagaan.

Penembak jitu itu menganggukan kepalanya tanpa melepas tatapan dari teropong.

"Bagus." Jupiter berbalik dan melangkah pergi. Ia kembali turun ke ruangan tempatnya menerima informasi sekaligus penguncian perbatasan.

Baru saja Jupiter hendak mendaratkan bokongnya di kursi, tiba-tiba suara gaduh mulai terdengar dari beberapa orang yang berjaga di dalam ruangan tersebut.

"Jupiter! Ada seseorang. Carlos dan Marco mengabarkan kalau kita kedatangan tamu." Ujar Brad--yang bertugas di depan alat komunikasi.

Jupiter mengernyit lantas tidak jadi duduk dan menghampiri alat komunikasi milik Brad yang menyerupai earphone dan memakainya. "Apa yang terjadi, Carlos?"

"Kita kedatangan tamu, bos! Seorang perempuan. Apa yang harus ku lakukan dengannya? Dia terlihat tidak asing dan terburu-buru."

"Perempuan?"

"Biarkan aku masuk! Aku mohon. Apa kau Jupiter yang memimpin di Daerah ini? Tolong! Biarkan aku masuk."

Jupiter menganga mendengar suara seorang perempuan yang terdengar begitu memaksa sementara anggotanya yang masih menahan perempuan itu di pagar perbatasan hanya bisa menyuruhnya diam.

"Baiklah, Carlos. Bawa dia masuk."

"Tapi, bos, apa kau yakin? Aku rasa gadis ini orang asing."

"Periksa apakah dia membawa senjata atau barang berbahaya lainnya. Aku akan turun ke bawah."

"Baik!"

Jupiter bergegas melepas alat komukasi, kemudian berjalan tergesa-gesa untuk keluar dari gedung dan menghampiri pagar perbatasan. Dari kejauhan pun Jupiter bisa melihat seorang gadis sedang diperiksa oleh anggotanya yang bernama Marco. Gadis itu terlihat sangat berantakan ketika di tatap dari jarak yang dekat. Wajahnya terlihat samar akibat tertutup helaian rambut yang tertiup akibat dinginnya angin malam. Jupiter mendekat dan menatap lekat-lekat wajah gadis tersebut.

"Dia bersih, bos!" Lapor Marco dan melangkah mundur, membiarkan Jupiter mengambil alih.

Napas gadis itu terengah-engah seolah dia baru saja berlari dalam jarak yang amat-sangat jauh. Pakaiannya pun seadanya. Hanya celana jins yang sudah terkoyak dan kaos polos berwarn hitam yang dibalut dengan mantel kain biasa yang tak mampu menahan dinginnya udara malam. Rambutnya pirang. Dan saat gadis itu menyingkirkan helaian rambut dari wajahnya sendiri sehingga memperlihatkan iris mata biru yang mirip dengan Jamie, barulah Jupiter tahu siapa gadis tersebut.

"Siapa nama mu?" Tanya Jupiter hendak memastikan.

Gadis itu terlihat sedang menahan tangis. "Aku .... namaku Garnayse," jawabnya dengan suara yang bergetar.

Jupiter menatap Garnayse dengan tatapan sulit dipercaya. Dia tak menyangka akan bertemu dengan gadis yang beberapa jam lalu ia tonton di televisi.

Garnayse mengenggam lengan Jupiter secara tiba-tiba. Air mata mengalir membasahi pipinya. Bibirnya bergetar menahan isak tangis sementara Marco dan Carlos tadinya hendak menjauhkan Garnayse dari tubuh pemimpin mereka, tetapi Jupiter menolak.

"Aku mohon, tuan. Tolong aku." Ucap Garnayse dengan tatapan memohon. Dia masih berduka, lari dari tempat kelahirannya, dan mengalami hal-hal yang buruk selama perjalanan, "aku tidak berbahaya. Aku hanya membutuhkan pertolonganmu."

Jupiter tidak punya pilihan lain. Ia melihat ke sekeliling, kemudian menganggukan kepala kepada Marco dan Carlos untuk membiarkan gadis itu masuk bersamanya.

"Ayo, kita bicara di dalam."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!