...||•🥀Happy Reading🥀•||...
..._____...
“Kakak rasa kamu akan semakin lega jika menemui nenek langsung,” ucap Chen setelah menghabiskan makanan di piringnya.
“Itu sudah jelas, jadi ayo kita pulang sekarang dan menemui nenek!” ajak Zishu yang sudah tidak sabaran untuk bertemu dengan neneknya.
“Baiklah,” Chen tersenyum sebelum akhirnya ia memakai masker dan topinya kembali, begitu juga dengan Zishu.
Setelah memakai melakukan penyamaran kembali, Chen memanggil pelayan dengan menggunakan tombol di dekat meja. Tombol itu hanya terdapat di ruang VVIP dan fungsinya untuk memanggil pelayan jika ada perlu. Tidak berapa lama setelah tombol itu di tekan Chen, seorang pelayan masuk ke dalam ruang VVIP. Chen segera meminta tagihan pesanannya tanpa basa-basi. Pelayan itu segera memberitahukan nominal tagihan pesanan mereka dan Chen segera membayarnya dengan uang cash.
Setelah tagihan pesanan di bayar, Zishu dan Chen segera pergi dari ruang VVIP dan meninggalkan restoran itu. Tujuan selanjutnya keduanya adalah kediaman keluarga Yan utama yang letaknya lumayan jauh dari restoran tadi..
***
#:Kediaman Keluarga Yan Utama
“Nenek!!!” Zishu berteriak memanggil neneknya yang berada tidak jauh darinya. Saat ini ia sudah sampai di mansion keluarganya yang sudah 3 tahun di tinggalkannya.
Ketika mendengar panggilan itu, nyonya Jia Lee yang sedang duduk di bangku taman langsung menoleh ke arah asal suara yang memanggilnya. Nyonya Jia Lee menatap Zishu dengan penuh keterkejutan bercampur bahagia. Rasa kerinduan terpancar dari tatapan mata wanita paruh baya itu pada sang cucu.
“Zi`er!” nyonya Jia Lee menyebut nama cucunya dengan pelan, sembari hendak beranjak dari duduknya.
“Tetap duduk di sana, nek!” seru Zishu yang langsung berlari kecil menuju neneknya. Masker yang tadi di pakainya langsung di lepas dan di buangnya ke sembarang arah.
Chen menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Zishu berlari kecil. Ia memberikan kunci mobil pada salah satu pelayan mansion, sebelum akhirnya berjalan menyusul Zishu yang hampir sampai di hadapan nyonya Jia Lee.
“Nenek, aku sangat merindukanmu!” sambungnya langsung berhambur ke pelukan nyonya Jia Lee, setelah berada di hadapan neneknya itu.
“Nenek juga merindukanmu! Kapan kamu sampai dan kenapa kembali lebih awal dari yang di jadwalkan?” tanya nyonya Jia Lee memeluk erat cucunya yang sudah 3 tahun ini pergi.
“Baru saja sampai! Eumm aku ingin memberikan kejutan untuk nenek hehe,” Zishu tertawa kecil sembari mempererat pelukannya pada neneknya. Sungguh pelukan hangat dari neneknya itu sangat di rindukannya.
“Dan kejutanmu ini memang sukses,” timpal nyonya Jia Lee tersenyum.
“Baguslah kalau berhasil! Kalau tidak berhasil maka aku takut Zi`er akan marah nek,” kali ini Chen yang berucap, membuat nyonya Jia Lee menatapnya.
“Kamu tahu akan hal ini?” tanya nyonya Jia Lee pada Chen.
“Iya, nek!” sahut Chen menganggukkan kepalanya.
“Kenapa tidak memberitahu nenek?” tanya nyonya Jia Lee lagi.
“Ayolah, nek! Namanya kejutan pasti di rahasiakan, bukan di beritahukan.” celetuk Zishu sembari melepaskan pelukannya dari neneknya.
“Ah sudahlah jangan bahas itu, nek! Sekarang yang terpenting adalah aku sudah ada di sini, jadi bukankah lebih baik sekarang kita saling melepaskan rasa rindu nek?” sambungnya menatap nyonya Jia Lee.
“Ahaha baiklah, di sini sudah mulai terik. Jadi kita pergi ke ruang tamu!” nyonya Jia Lee tertawa renyah menatap Zishu dan Chen secara bergantian.
“Ayo, nek!” Zishu langsung bergelayut manja di lengan nyonya Jia Lee, membuat neneknya itu tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
Zishu dan nyonya Jia Lee langsung berjalan pergi, meninggalkan Chen yang masih berdiri di tempat. Chen segera berjalan mengikuti keduanya. Zishu, nyonya Jia Lee dan Chen berjalan masuk ke dalam mansion keluarga Yan utama. Mansion itu tidak ada yang berubah di luarnya, tetap seperti 3 tahun yang lalu menurut Zishu. Sesampainya di dalam pun, Zishu menelusuri setiap sudut mansion yang sama sekali tidak berubah. Mansion itu tetap seperti 3 tahun yang lalu. Arsitektur, interior dan semuanya pun tetap sama. Zishu menelusuri setiap sudut ruangan dengan tatapan penuh kerinduan.
Ya, mansion ini terlalu banyak menyimpan kenangannya bersama orang tuanya dan itulah yang di rindukannya.
“Kamu merindukan mereka bukan?” tanya nyonya Jia Lee sembari perlahan mendudukkan dirinya di sofa empuk yang ada di ruang tamu. Tubuhnya yang sudah renta dan sering sakit-sakitan membuatnya tidak terlalu bertenaga.
“Bohong kalau aku tidak mengatakan merindukan mereka, nek! Aku merindukan mereka tapi yang tersisa hanya kenangan saja. Hmmm tapi itu tidak apa-apa, setidaknya aku mempunyai kenangan tentang mereka yang tidak akan ku lupakan dan selalu ku rindukan.” ucap Zishu tersenyum di balik rasa kerinduannya. Ia mendudukkan dirinya di sebelah nyonya Jia Lee.
“Mereka akan selalu ada di hatimu dan kamu harus ingat itu!” seru nyonya Jia Lee mengelus kepala Zishu. Sejujurnya dirinya juga merasakan kerinduan yang sama seperti Zishu. Namun nyonya Jia Lee mengerti benar, bahwa di sini rasa kerinduan Zishu lebih besar. Cucunya merindukan kasih sayang dan kehadiran orang tuanya.
“Yang di katakan nenek memang benar! Raga mereka memang sudah pergi tapi keberadaan mereka akan selalu ada di hatimu,” timpal Chen, ia ikut mendudukkan dirinya tapi di sofa yang berbeda.
“Aku tahu itu!” seru Zishu menganggukkan kepalanya.
“Oh ya gimana kesehatan nenek sekarang?” sambungnya mengganti topik pembahasan.
“Seperti yang kamu lihat, nenek sudah baik-baik saja!” jawab nyonya Jia Lee
“Aku lega mendengar itu, nek! Sekarang aku sudah kembali dan tidak akan membiarkan nenek sakit lagi,” ucap Zishu menatap serius neneknya itu.
“Hmpphh baiklah cucuku!” nyonya Jia Lee tertawa kecil saat di tatap serius oleh Zishu.
“Nenek sudah makan siang dan minum obat?” tanya Zishu
“Sudah keduanya,” jawab nyonya Jia Lee yang memang benar itu kenyataannya.
“Kamu sudah makan?” sambungnya menatap Zishu dengan penuh kehangatan
“Tenang saja nek! Sebelum pulang, kami pergi makan ke restoran favoritnya sampai perutnya terisi penuh.” kali ini Chen yang menjawab pertanyaan nyonya Jia Lee.
“Benar sekali hehe!” timpal Zishu membenarkan ucapan Chen.
“Hahaha itu bagus!” singkat nyonya Jia Lee kembali tertawa.
Percakapan di antara keduanya terus berlanjut dan Chen hanya jadi pendengarnya saja, meski sesekali ikut bersuara. Zishu melepaskan semua rasa kerinduannya pada neneknya, begitu juga sebaliknya. Tidak lupa pula, Zishu menceritakan tentang kehidupannya di Inggris selama ini dengan sangat antusias. Nyonya Jia Lee menjadi pendengar yang baik untuk cucunya. Tidak jarang juga tawanya terdengar saat mendengar beberapa hal lucu yang ceritakan Zishu. Canda tawa mewarnai percakapan keduanya sampai tidak terasa sudah 2 jam berlalu.
Walau belum merasa cukup bercerita, Zishu berhenti. Di karenakan jam sudah menunjukkan waktu untuk neneknya beristirahat.
Percakapan antara Zishu dan nyonya Jia Lee berakhir di situ. Nyonya Jia Lee pergi ke kamarnya di bantu Zishu. Padahal di samping nyonya Jia Lee selalu ada dua orang pelayan pribadinya yang selalu siap dalam segala hal. Namun karena Zishu memaksa, nyonya Jia Lee menyetujui jika cucunya yang membantunya pergi ke kamarnya. Dulu kamar nyonya Jia Lee berada di lantai kedua tapi sekarang sudah berpindah ke lantai dasar. Tubuhnya yang sering sakit-sakitan akan membuatnya kesusahan karena harus menaiki dan menuruni anak tangga.
Yah meski juga terdapat lift pribadi tapi nyonya Jia Lee tetap memilih pindah kamar. Hal itu untuk lebih mempermudahkannya untuk pergi beristirahat atau lainnya.
..._____...
...Terima kasih sudah mampir ke cerita ini🌹...
...Jangan lupa tinggalkan jejak👣...
...[Like👍+Comment💬+Vote💌+Favorit❤]...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments