INARA SAHABATKU
"Tok tok tok.... Assalamualaikum , Fris ini aku Nara".Inara yang datang masih dengan seragam kerjanya berdiri menyenderkan tubuhnya ditembok samping pintu kamar Frista.Inara sudah menunggunya hampir selama 10 menit dan mengetuk pintu kamar Frista itu sudah 3x tapi belum ada jawaban sama sekali.
" Frista lagi tidurkah atau lagi pergi ya? Tapi tadi dia bilangnya sudah lagi pulang ke kontrakan".
Inara terlihat sedang memainkan handphonenya berusaha menghubungi Frsita lewat panggilan suara di WA.
"Inaraaaa???? Kau sudah sampai sini?!
Nabila yang baru keluar dari kamar mandi itu langsung berteriak histeris melihat kedatangan Inara. Partner dalam dunia pendrakorannya itu.
"Iya Bil.. Frista dimana? Kok aku ketuk kamarnya berkali-kali sepi ngga ada jawaban ".Inara melepas sweeter yang membalut tubuhnya.
"Ada kok di kamarnya, mungkin dia sedang sholat". Ucap Nabila sambil melepas handuk yang ada dikepalanya.
"Oh... Pantesan ".
"Ra.. Ada drakor terbaru ngga?! ". Nabila mengakat sebelah alisnya.
"Ngga ada bil.. Aku belum download lagi".
Pungkas Inara cepat sambil mebalikan badanya hendak mengetuk pintu kamar Frista kembali. Namun sebelum tanganya menyentuh pintu berwarna coklat itu, wanita yang masih memakai mukena berwarna peach sudah membukanya terlebih dahulu. Wajahnya terlihat sembab, dipelupuk matanya pun masih terlihat basah.
"Inara...kau sudah disini dari tadi?? Maaf ya tadi aku lagi sholat".
" Sini masuk say.. "Frista melebarkan daun pintu itu agar sahabatnya bisa segera masuk kedalam.
Inara melepaskan flatshoesnya yang bewarna hitam dan masuk kedalam kamar Frista.
"Mau minum apa say??"tanya Frista sambil melepas mukenanya, Ia melipatnya dengan rapih dan menggulungnya bersama sajadah berwarna hijau itu lalu membiarkanya ada di lantai.
"Hmm... Gimana kalau kita minum kopi? Kamu punya ngga? ". Kata Inara sambil melepas peniti yang menempel di jilbabnya.
"Ada nih ..kamu mau kopi hitam atau kopi susu?? "Frista menunjukan kedua jenis kopi itu dihadapan sahabatnya.
"Aku kopi susu aja say.. Takutnya entar ngga bisa tidur kalo minum kopi hitam". Jawab Inara santai.
Inara terlihat sedang menaruh jilbabnya itu di gantungan baju milik Frista,sementara Frista duduk di depan dispenser membuat dua cangkir kopi , satu untuk Inara dan satunya lagi untuknya sendiri. Aroma kopi yang sangat khas itu seketika tercium di sudut kamar Frista, dan ia menikmatinya. Bagi Frista aroma seduhan kopi itu sudah membuatnya sedikit relax.
"Oiya Say ...kamu mau cerita apa tadi? ".Frista meletakan cangkir kopi di depan Inara yang sedang duduk menyandarkan punggungnya ketembok.
"Oh..". Inara membenarkan posisi duduknya dan memandang kedua buah mata Frista.
"Kamu udah baca Grup WA anak-anak kelas C belum?" Imbuhnya.
"Belum say... Aku left grup kayanya. Memori penuh. Memangnya kenapa? ".Ujar Frista sambil mendekati Inara dan duduk disebelahnya.
"Anak-anak pada minta ngumpul say,kamu mau ikut ngga? " Inara memandang wajah Frista yang dari tadi terlihat murung penuh tanda tanya,karena yang Inara tau sahabatnya itu sangat periang dan terbuka jika ada yang sedang dirasa.
"Aku... Belum tau say bisa ikut atau ngga".
"Lagian kan aku ngga punya motor". Kali ini suaranya lebih datar lagi.
"Kalau soal itu mah gampang,kita bisa berangkat bareng". Inara mengambil biskuit R*ma yang memang disuguhkan Frista kemudian memakanya.
"Oke lah kalau begitu aku ngikut saja".Ucap Frista.
"Drrrtttt.... Drrtttt.... Drtttt... "
*Mz Reyhan* is calling
Namun Frista membiarkan ponselnya berdering dan memilih untuk meminum kopi secara perlahan karena memang masih agak panas.
"Say... Itu mas Reyhan telfon kok ngga diangkat?? ".Inara penasaran sebenarnya apa yang terjadi . Ia pun memandang sahabatnya itu sangat dalam,mencoba menerka - nerka isi hati Frista.
"Ngga apa-apa kok say.. Lagi males aja". Raut wajahnya berubah, matanya berkaca -kaca.
Kali ini Frista menekuk kedua lututnya dan memeluknya erat, wajahnya semakin terbenam dalam tangisan yang sengaja ia sembunyikan dari Inara.
Inara hanya menarik berat nafasnya, isakan tangis itu membuat hatinya juga terluka. Melihat seseorang yang dia sayangi menangis, walaupun cuma sahabat namun Inara menganggapnya lebih dari saudara. Sifat ke kanakan Frista membuat Inara seperti mempunyai seorang adik perempuan.
"Say.... " Inara memeluk sahabatnya sangat erat dan melepas pelukanya begitu tau bahwa Rehyan menelfon Frista lagi. Tanpa seijin Frista ia langsung mengangkat telfonya.
" Frista.... Ku mohon maafkan aku, aku masih mencintaimu dan aku merasa benar-benar kehilanganmu..kembalilah padaku." Reyhan mengatakanya cepat dengan nada yang memelas, namun bukan suara Frista yang terdengar melainkan.....
"Hai laki -laki pecundang!!"Jawab Inara cepat. Suaranya begitu menggelegar membuat Reyhan menjauhkan ponsel itu dari telinganya.
"Kalau kamu benar-benar mencintai Frista lebih baik kamu tidak usah menghubungi dan menemuinya lagi. Aku tidak mengijinkan sahabatku bersedih dan menangis lagi seperti ini. Kamu tau Mas Reyhan yang terhormat, Cinta tak akan pernah sanggup untuk menyakiti . Tapi kamu?? apa yang kamu lakukan sama Frista. Kamu sudah terlanjur menyakitinya. Dan itu yang kamu bilang mencintainya?? " Inara memaki laki-laki yang dia tahu sangat Frista sayangi.
Kemudian menekan tombol merah dan memblokir namanya dari kontak di ponsel itu.
"Maafkan aku Fris udah lancang, aku hanya benci pada situasi seperti ini. Melihatmu menangis hatiku juga merasa sedih,Ceritakanlah apa yang sebenarnya terjadi ". Inara menatap dalam sahabatnya dan menggenggam kedua lengan Frista.
Matanya masih mengalirkan air mata kepedihan.
"Say,Kamu tahu....3 tahun bukanlah waktu yang sangat sebentar bukan? Aku melewati hari-hari bahagia ku bersama Mas Reyhan, aku bahkan melewati hari-hari tersulitku dengan dia. Tapi kamu tahu?? Emosinya semalam benar -benar tidak bisa dikontrol. Aku takut say..".ia menumpahkan air matanya lagi mengingat kejadian semalem.
"Memang apa yang Reyhan lakukan padamu say? "Inara mencoba menghapus air mata Frista, namun tak juga mengering.
"Diaa...... "Frista mencoba menenangkan diri, kopi yang masih terasa panas ia minum begitu saja,mungkin lidahnya bisa menahan sakit karena kopi panas itu .Tapi hatinya tidak bisa menahan rasa sakit itu. Frista menatap hangat wajah Inara.
"Say.. Selama aku bersamanya aku tidak pernah merasa tersakiti, dia bahkan bisa menjaga hatiku agar tak berpaling darinya sedingin apapun sikapnya kepadaku, dia juga tak pernah membuatku cemburu karena dia menutup semua aksesnya pada perempuan-perempuan yang pernah dekat denganya. Tapi...... Semalem dia menyakitiku, menyakiti hatiku dan menyakiti....".Ucapan Frista terhenti dan menyentuh lehernya.
"Kamu lihatlah ini say .." Telunjuknya menyentuh luka yang meninggalkan warna merah keunguan disana.
"Ya ampun.... Mas Reyhan ngapain kamu say?? Kejam sekali dia sampai tega melukaimu ". Inara menjadi lebih khawatir dengan keadaan sahabatnya itu.
" Mas Reyhan..... " Air matanya kembali menetes dan menetes lagi. Frista mencoba untuk mengatur nafasnya namun dada itu merasa sangat sesak. Ingatan itu terus menghantuinya, Frista takut mendapatkan perlakuan kasar lagi dari laki-laki. Seumur hidupnya baru kali ini dia merasakanya, terlebih lagi yang melakukanya adalah seseorang yang sangat dia sayangi. Frista tetap akan menjelaskanya pada Inara.
"Kedua tanganya mencengkram bahuku sangat keras say, dia mendorongku hingga terbentur ke tembok. Kamu tau say??? Mas Reyhan hampir mencekiku, dan ketika air mataku menetes dia melepaskan tanganya. Namun, dia menarik daguku kasar kedepan wajahnya."
"Aku ngga habis pikir say, setelah itu dia mencium bibirku... Aaaaaaaaa ".Frista sangat Frustasi saat itu. "Bagaimana bisa dia melakukanya kepada wanitanya yang sedang menangis, bagaimana bisa dia bisa melakukan sesuatu yang dia jaga selama 3 tahun ini. Bagaimana bisa say?? Apa semua laki-laki sama saja? ".Frista menumpahkan semua emosinya. Sedikit melegakan namun sama sekali tidak menyembuhkan luka itu.
"Say kau tahu ..Jika Mas Reyhan belum bisa menjadi yang tebaik untukmu, Allah pasti sudah menyiapkan seseorang yang jauh lebih lagi dari mas Reyhan untukmu... Percayalah itu say, Akan ada pelangi setelah hujan ".Inara mengusap punggung Frista dengan lembut.
"Terima kasih banyak say.. "Frista menatapnya hangat. "Maafkan aku yang membiarkanmu melihat kesedihan ini". Frista memeluk erat sahabatnya itu .
"Engga masalah say ."Inara membelai rambut hitam milik Frista dan melepaskan pelukanya.
"Sekarang saatnya Kita bersenang - senang. "
"Senyum Inara mengembang, dia berjanji akan menghibur Frista untuk segera melupakan Reyhan. Mereka memutuskan untuk pergi ke Alun-alun yang jaraknya memang tidak terlalu jauh dengan berjalan kaki. Menyusuri setiap jalanan malam yang sepi dengan canda tawa yang riang. Tidak peduli orang-orang di sekitarnya, saat ini yang terpenting melihat Frista kembali ceria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments