Kriiiiing.....kriiiing....
Alarm di meja kamar Ayana berbunyi keras seakan tak suka dengan kegembiraan Ayana yang sedang bermimpi indah di pagi yang cukup dingin kala itu.
Dalam mimpinya, dia bertemu dengan pria tinggi berkulit putih dengan potongan rambut undercut yang semakin menambah karismanya karena terkesan simpel dan segar. Pria itu tampak sekali Ayana kenali betul sosoknya.
"Ya ampun, mengapa ada Kak Raifan di mimpiku?" Ayana bangun dengan perasaan kaget hingga tampak keringat membanjiri keningnya.
Tak biasa-biasanya Ayana bermimpi tentang cowok, bahkan sepanjang usianya yang hampir menginjak 23 tahun itu dia tak pernah terlihat jatuh cinta atau bahkan punya keinginan untuk berpacaran.
Bukan gak laku, tapi memang Ayana selalu ingin fokus pada kuliahnya. Pukulan berat setelah Ayahnya meninggal 2 tahun silam membuat Ayana harus berpikir dua jika harus menyia-nyiakan kuliahnya demi sekadar punya pacar.
Mungkin bagi orang lain cara berpikir Ayana tersebut terlihat kuno, namun ia selalu ingat akan perjuangan Kak Adam saat banting tulang membiayai kuliahnya. Kak Adam persis jadi orang yang paling bertanggung jawab atas Ayana dan Ibunya.
Ya…mereka memang hanya tinggal bertiga semenjak Ayah mereka wafat. Kak Adam sendiri menjadi laki-laki hebat yang bisa mengambil alih peran seorang kepala keluarga dengan sangat baik.
"Kenapa gue jadi begini. Bahkan semenjak pertemuan itu hati dan pikiran gue selalu dipenuhi semua hal tentang Reifan." Ucap Ayana yang masih dalam posisi yang sama, duduk di tempat tidurnya.
Ayana bahkan tidak menyadari jika akhirnya dia jatuh cinta untuk yang pertama kali dalam hidupnya. Aneh memang, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seseorang yang terlihat playboy.
Sebenarnya apa yang spesial dalam diri Reifan hingga pintu hati Ayana terbuka lebar untuknya. Bahkan pertemuan keduanya dengan Reifan bukan momen yang menarik untuk di ingat.
"Cantik, tolong bikinkan gue kopi donk!" Ucap Raifan pada Ayana yang mungkin sedikit mengagetkan Ayana karena itu bukanlah bagian pekerjaannya sebagai anak magang di kantornya.
Ayana hanya mengangguk, seolah takut untuk menolak atau bahkan pesona Raifan yang justru mengacaukan pikirannya sehingga dia tak mampu berkata sepatah katapun.
"Ini Kak kopinya." Seru Ayana dengan menyodorkan secangkir kopi hitam kemeja kerja Raifan yang terlihat rapi hanya terdapat seperangkat komputer dan buku catatan yang tampak masih baru.
"Iya terima kasih ya cantik." Seru Raifan yang tampak masih serius memandangi komputer di depannya tanpa melirik ke arah Ayana.
"Ayana balik ke ruangan dulu." Sambung Ayana yang masih tidak rela memalingkan pandangannya pada sosok Raifan di depannya.
Bagi Ayana, ketika Raifan sudah duduk asyik memandangi komputer dan serius dengan bahasa pemrograman. Raifan tampak sekali menawan dan selalu bisa meluluhkan hatinya .
***
Ayana tampak bersemangat betul di hari kedua ia magang. Tidak hanya pekerjaan yang cocok dengan jurusan kuliahnya, tapi karena laki-laki tampan di dalam mimpinya yang perlahan mengisi kekosongan hatinya.
Pagi itu Ayana berangkat lebih awal dari yang lainnya, dia langsung duduk rapi di meja kerja yang berada dalam divisi akunting dan tidak jauh dari ruang kerja Raifan.
Tampak malu-malu Ayana menyapa Raifan yang berjalan di depannya dengan muka cuek namun ada sedikit senyuman kecil di pipinya. Raifan salah satu cowok keren di perusahaan tersebut yang bisa dibilang banyak yang ingin menjadikannya pacar.
Sosoknya yang terlihat cuek, jail dan bahkan suka menggoda semua cewek di kantor itu tak melunturkan karismanya tersebut. Dan hal itu disadari betul oleh Ayana yang merasa jika Raifan adalah cinta pertama dalam hidupnya.
Tak disangka, pesona Raifan seolah menyihir Ayana yang tak pernah merasakan jatuh cinta, akhirnya mulai mengakui perasaannya.
Ayana perlahan memberanikan diri memanggil Raifan dan menyodori sekotak nasi goreng buatannya sendiri. "Kak Raifan, ini Ayana bawakan sarapan untuk kakak. Semoga suka yah!" Ucap Ayana pelan dengan sedikit malu-malu.
"Gak deh, kasih yang lain aja. Gue udah kenyang sarapan tadi" Tolak Raifan dengan muka datar seolah tak menyukai perhatian dari Ayana sebelum kemudian melangkah pergi meninggalkannya.
"Buat aku aja sini." Saut Banu secara tiba-tiba dengan sekejap dia menyambar kotak makanan yang ada di tangan Ayana.
Ayana mengerutkan dahi dan sedikit menghela napas, dia hanya bisa pasrah jika perhatian darinya pada Raifan ditolak mentah-mentah. Nasi goreng yang dia siapkan dengan susah payah justru dimakan orang lain.
Banu terlihat masuk keruangan IT dan sengaja memamerkan kotak makanan yang dia rebut dari Ayana tadi, pada teman-temannya Banu berceloteh jika anak magang divisi akunting sangat perhatian pada dirinya dengan membawakannya makanan.
Seolah tahu dengan kebiasaan Banu yang suka membual, teman-temannya malas berkomentar banyak padanya. Tidak terkecuali dengan atasan Banu yaitu Raifan yang memang sudah mengetahui keadaan sebenarnya.
Jam menunjukan pukul 08.30 yang berarti tandanya jam kerja sudah dimulai. Semua karyawan dengan serius bekerja di mejanya masing-masing.
Ayana masih dengan rasa penasaran akan sikap Raifan yang cenderung dingin padanya itu terus saja memandangi meja kerja Raifan sampai datanglah sosok cewek cantik menghampiri Raifan.
Perasaan cemburu pada diri Ayana seketika muncul, dia bahkan dengan berani ingin menghampiri Raifan sebelum akhirnya ditahan oleh Dita.
Dita adalah teman satu divisi Ayana yang sudah lama bekerja di perusahaan tersebut dan tau betul semua hal tentang perusahaan bahkan tentang karyawan di sana.
"Lo mau ngapain Ay, jangan samperin mereka!" Larang Dita yang seolah sudah membaca gerak gerik Ayana yang telanjur jatuh cinta dengan Raifan.
Walaupun Ayana baru pertama kali merasakan jatuh cinta, nampaknya justru hal itulah yang membuatnya bucin. Bayangan akan cinta pertama yang indah dan harus dia dapatkan itu membuatnya jauh dari kata berpikir logis.
Ayana kembali duduk dengan rasa penasaran yang besar dia bertanya pada Dita, "Cewek itu siapa?" Sambil menggeser kursi mendekat pada Dita.
"Oh...itu sekretaris bos besar" Jawab Dita dengan pelan sebelum akhirnya Ayana memberondongnya lagi dengan beberapa pertanyaan yang cukup sulit untuk Dita jawab.
"Terus ada hubungan apa dengan Reifan? Sepertinya mereka dekat sekali" Tanya Ayana lagi dengan nada penasaran.
Dita enggan menjawab, dia lebih memilih menyuruh Ayana untuk kembali bekerja sebelum yang lain curiga jika keduanya sedang membicarakan Raifan dan Diandra si sekretaris cantik itu.
***
"Kak, mau makan siang bareng Ayana tidak?" Tanya Ayana yang tak sungkan menunjukan keinginannya pada Raifan dihadapan karyawan lain.
Banyak karyawan yang memandangi Ayana dengan tatapan penuh rasa heran, Ayana tampak menyadari hal tersebut akan tetapi tak membuat niatnya luntur sedikitpun.
Ada alasan tersendiri dibalik sikap kebanyakan pekerja di sana yang kaget dengan tingkah Ayana. Hal tersebut sepertinya berkaitan erat dengan si sekretaris cantik tadi.
Raifan tampak kaget dengan keberanian Ayana yang mengajaknya makan siang, namun bukan sikap Raifan yang mudah luluh begitu saja dengan seorang wanita. Raifan justru merasa benci dengan sikap Ayana yang terlalu murahan baginya.
Ada apa dengan sikap Raifan tersebut? apa yang terjadi dengan dirinya? atau bahkan dengan masa lalunya mungkin.
Nampaknya ada hal yang sangat disembunyikan rapat-rapat oleh Raifan. Seolah dia pria yang justru suka menggoda wanita, tetapi ketika ada yang sudah mulai terbawa perasaan dia justru menghindar.
Ayana tak patah arang, beberapa kali ajakannya ditolak Raifan dia justru semakin penasaran dengannya. Bahkan Ayana berbeda 180 derajat dari Ayana yang dulu dikenal.
Ayana tak lagi acuh dengan cowok, bahkan kali ini dia terkesan agresif pada sosok Raifan yang baru dikenalnya dalam hitungan bulan.
Sudah sedikit kenal sama Ayana dan Reifan?, ikuti kelanjutannya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments