"Ya hallo Ay..." Sebuah jawaban dari Ralin langsung saja membuat hati Ayana merasa lega malam itu. Malam minggu yang justru membuat suasana hati Ayana gelisah tak menentu.
"Ralin lo besok ada di rumah kan?, Gue ingin curhat banyak sama lo yah?" Tanya Ayana sesaat kemudian setelah dia mendengar sambutan telepon dari Ralin.
"Iya Ada, boleh Ay besok main aja ke sini. emang ada masalah apa si, tumben lo ngebet pengan curhat" Jawab Ralin serius.
"Besok aja lah, gue mau cerita banyak dan ingin nasihat dari lo juga lin" Jawab Ayana dengan pasti. Tak banyak obrolan, mereka berdua akhirnya sepakat untuk mengakhiri telepon dan bergegas untuk segera tidur.
***
"Ayana bangun salat" Seperti biasa itu adalah teriakan ibu Ayana setiap pagi untuk membangunkan Ayana salat. Ayana bangun dan bergegas untuk mengambil air wudhu dan mengambil mukena di atas meja kamar Ayana. Dengan mata yang masih sedikit mengantuk, dia pergi ke sebuah ruangan di sudut ruang tamu yang memang digunakan untuk tempat salat keluarga Ayana.
Tampak di sana ada kak Adam yang sedang melantunkan beberapa ayat suci Al-Quran dengan suara yang sangat merdu seolah bisa menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya. Ya, kak Adam bisa dibilang sosok yang sempurna. Selain bertanggung jawab pada adiknya Ayana dan Ibunya, dia juga taat sekali beribadah.
"Sini Ay" Ajak ibu Ayana sambil memakai mukena berwarna putih dengan beberapa motif bunga sebagai hiasannya. Tanpa pikir panjang, Ayana mendekat dan memakai mukena dengan cepat sesaat kemudian. Setelah keduanya siap, kak Adam perlahan menyudahi kegiatan membaca Al-Quran kemudian mulai mengajak Ayana dan Ibunya untuk Salat.
"Cie, doanya lama bener, pasti minta pacar ya Ay?" Ledek kak Adam sesaat kemudian setelah Ayana selesai salat dan berdoa.
"Ih Kak Adam, apaan sih?" Seru Ayana berasa malu karena memang perkataan Kak Adam itu benar.
"Eh kak, dulu kakak Adam pasti bahagia sekali kan waktu jadian sama Kak Zahra. Dia kan cinta pertama kakak kan?" Tanya Ayana dengan muka serius dan menunjukan sisi antusias saat itu.
"Hah...tumben adek kakak ini nanya begitu?, lagi jatuh cinta ini sepertinya" Seru Kak Adam sambil tertawa kecil mencoba meledek Ayana.
"Ah...udah lah, Ayana ingin mandi dulu trus siap-siap ke rumah Ralin. Mau nitip salam gak nih kak buat Ralin, cie..." Seru Ayana sambil sedikit meledek Kak Adam yang tampak salah tingkah ketika Ayana menyebut nama Ralin.
Tanpa berlama-lama, Ayana bergegas ke kamar untuk mengambil handuk dan kemudian mandi. Waktu menunjukan pukul 07.00, dan saat itu Ayana sendiri sudah siap dengan penampilannya untuk pergi hingga dia tak lupa juga sarapan.
Jarak rumah antara Ayana dan Ralin bisa dibilang cukup jauh, butuh waktu 30 menit untuk bisa sampai di rumah Ralin.
"Ayana, nanti jangan lupa kue buatan ibu di bawa ya untuk Ralin" Seru Ibu Ayana yang sedari tadi di dapur sibuk dengan berbagai masakan dan olahan kue yang sepertinya menjadi hobi menyenangkan baginya.
"Cie...sayang banget sama calon mantu, Iya gak Kak Adam?" Seru Ayana mencoba meledek Ibu dan Kak Adam yang saat itu sedang menikmati sepiring nasi goreng buatan ibu.
"Hemp...ngeledek lagi nih, awas uang jajan bulan depan kakak potong nanti" Balas Kak Adam membalas sikap Ayana yang kerap meledeknya.
"Udah..udah..., Ayana kalo berangkat jangan ngebut-ngebut bawa motornya, dan kamu Adam. Apa gak ingin ikut Ayana ke rumah Ralin" Ucap Ibu sambil tertawa kecil seolah tak mau kalah dari Ayana yang sedari tadi meledek Kak Adam.
"Duh...kenapa semua jadi ngeledekin kakak si" Seru Kak Adam sambil menepuk jidatnya. Ibu dan Ayana akhirnya tertawa kompak seolah puas dengan semua tindakan mereka barusan. "Ya udah bu, Ayana pergi kerumah Ralin dulu ya" Izin Ayana sambil mencium tangan ibunya dan kemudian berkata "Pergi ya Kak, Assalamualaikum."
***
"Assalamualaikum..." Ucap salam Ayana di depan pintu rumah Ralin yang kemudian disambut Walaikum salam oleh Ralin sembari membuka pintu rumahnya. Keduanya kemudian berpelukan dengan gembiranya karena memang hampir 2 bulan tidak bertemu. Ayana dan Ralin memang sedang sibuk dengan pekerjaan di tempat magang masing-masing.
"Lin, dapat kiriman kue nih, nyokap sengaja bikin pagi-pagi karena tau kalau gue mau ke sini" Ucap Ayana sambil memberikan kantung plastik yang berisi beberapa stoples kecil berisi kue.
"Duh...nyokap loe baik banget si, entar gue telepon dah buat ucap makasih secara langsung." Jawab Ralin sembari memeluk erat kue kesukaannya hasil buatan ibunya Ayana
"Eh sepi banget rumah loe, nyokap, bokap, sama kak Nisa pada ke mana?" Tanya Ayana sembari melihat sudut demi sudut rumah Ralin.
"Nyokap sama Bokap gue lagi ke luar kota Ay, ada acara arisan keluarga gitu. Kalo Kak Nisa ada di kamarnya kok, paling lagi sibuk sama handphone dia. Eh aku buatin minum sama ambilin cemilan yah, lo langsung ke kamar gue aja." Ajak Ralin kepada Ayana sembari berjalan perlahan menuju dapur yang letaknya gak jauh dari kamar Ralin.
Ayana kemudian bergegas ke kamar Ralin yang memang berada di lantai dua rumahnya dan berdekatan dengan kamar Kak Nisa. Tanpa disengaja, Ayana yang saat itu baru saja sampai di depan pintu kamar Ralin secara terkejut mendengar Kak Nisa tertawa terbahak sendiri. Dengan rasa penasaran Ayana mencoba mengetuk pintu kamar Kak Nisa beberapa saat kemudian.
"Kak Nisa...., seneng banget si kak pagi-pagi udah tertawa lepas begitu." Seru Ayana sembari membuka pintu kamar Kak Nisa.
"Eh...Ayana, ini kakak lagi baca pesan di grup WA alumni kampus kakak yang isinya bikin ngakak." Jawab Kak Nisa sambil masih sedikit tertawa kecil seolah tak mudah dia hentikan.
"Eh...baru sadar deh, Kak Nisa bukannya alumni Kampus Perwira Mandiri yah?. Kenal sama ini gak kak?" Tanya Ayana sambil menunjukan sebuah foto di handphone Ayana yang berisi foto Raifan yang saat itu sedang Ayana taksir berat.
"Bentar...bentar, Ini bukannya Reifan anak teknik ya?, eh...iya bener-bener Reifan." Balas Kak Nisa sembari melihat dengan pasti foto di handphone yang ditunjukan Ayana.
"Kak Nisa kenal?" Jawab Ayana dengan muka penasaran. Dalam hati Ayana berharap besar jika kak Nisa tau banyak semua hal tentang Reifan.
"Iya cukup kenal si walau gak terlalu dekat, Reifan dulu Idola Kampus lho Ay. Eh ngomong-ngomong tumben nih seorang Ayana tanya soal cowok. Biasanya kalo gak buku koleksi Kak Nisa yang ditanyain, paling minta diajarin. Cie...ada apa nih." Tanya Kak Nisa sambil meledek Ayana.
Ayana cukup terkejut dan senang dengan perkataan yang dia dengar dari Kak Nisa, dia berharap banyak dari Kak Nisa untuk bisa membantunya mendapatkan cinta seorang Reifan. Di sisi lain, ada perasaan malu yang besar dalam diri Ayana pada Kak Nisa.
Selanjutnya, apakah rasa malu Ayana mampu dia hilangkan demi keinginannya untuk mendaptkan banyak informasi tentang Reifan. Apa Kak Nisa sendiri tau rahasia besar dari masa lalu Reifan, jangan bosan untuk menunggu kelanjutannya ya!. Jangan lupa like atau votenya buar author makin semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments