Bukan kamar pengantin

Sehabis acara aku bergegas kekamarku melepas semua acsesories serta baju pengantin yang cukup membuatku gerah lalu pergi mandi.

Aku pikir malam ini lebih baik aku tidur di kamarku sendiri, aku tidak mau tidur di kamar pengantin itu. Apa lagi sekamar dengan lelaki itu, ahhhh... malas banget aku harus bertemu dengan brondong satu itu.

Aku duduk di pinggir ranjang dengan menggunakan jubah mandi sambil menggosok rambut ku yang basah dengan handuk. Karna aku memang kurang suka menggunakan hair dryer, yang menurut ku hanya akan membuat rambut kering dan rusak jika terlalu sering memakainya.

"Zella!"

Ntah sejak kapan Mama sudah masuk kedalam kamarku. Tapi, ketika aku menoleh dia sudah berjalan mendekati ku yang berada di pinggir ranjang.

"Makasih ya Nak, Kamu mau menggantikan Adikmu serta menyelamatkan Keluarga kita dari rasa malu." gumam Mama sambil membelai rambutku dengan sayang, sambil melihat sekeliling kamar yang terasa ada yang berbeda di Indra penglihatan nya.

"Kenapa kamu di kamar ini? Kenapa tidak di kamar pengantin di sebelah Nak?" Mama menatap mata ku dengan penuh tanda tanya, kenapa aku lebih memilih kembali kekamarku setelah acara Pernikahan ku.

"Hmmm, Zela gak nyaman aja mah dikamar Amel. Mama tahu sendiri kan dekorasi kamar Amel itu dominan warna Pink bikin mata Zela sakit ngelihatnya" jawabku dengan bingung berharap Mama percaya dengan alasan yang aku buat. Karna memang sejak kecil Mama tahu aku tidak menyukai warna-warna feminim tersebut yang mana sangat bertolak belakang sekali dengan adik ku Amel.

"Iya.. Mama mengerti, nanti Mama beritahu Rimba bahwa kamu ada disini."

"Ehhh... gak perlu Ma, Zela rasa malam ini Rimba tidur di kamar Amel saja dan Zela di sini" ucap ku pelan dan ragu takut Mama marah dengan ucapan ku barusan.

"Tidak boleh begitu dong Zela, itu dosa! Kalian sudah Menikah secara sah! Kamu harus tidur satu kamar dengan suami mu"

Tak terasa air mataku akhirnya mengalir membasahi pipi, karna baru ku sadari kalau diri ini sudah tak bebas lagi.

"Zela..."

Pelan tangan lembutnya mengusap pipiku yang basah dengan air mata.

"Jadilah istri yang baik ya, bagi Rimba! Dia lelaki yang baik dan Mama yakin dia pasti bisa membahagiakan kamu" nasehat Mama sambil mengusap sudut mata nya yang mulai berair dengan tisu.

"hmmm"

aku hanya bisa mengangguk terpaksa atas permintaan Mama.

Melayani lelaki yang tidak aku cintai rasa nya sangat sulit ku lakukan, apa lagi pernikahan ini bukanlah pernikahan yang aku inginkan.

Bahkan yang tersisa di hatiku kini hanya rasa sedih dan kecewa.

Tok....tok...tok...

Obrolanku terhenti saat seseorang mengetuk pintu, aku menolehkan kepala untuk melihat siapa yang datang dan ternyata itu adalah Rimba.

" Ehh.. Rimba? maaf tadi Mama cuma mau meriksa Zela aja, soal nya tadi Mama lihat dia gak ada di sebelah. Di kamar pengantin kalian" ujar Mama terlihat sungkan.

Aku tahu Mama pasti malu pada Rimba, karna dalam situasi ini pihak Keluarga Rimba lah yang paling di rugikan. Apalagi, pernikahan Amel dan Rimba sudah di persiapkan setahun lama nya.

"Tidak apa - apa Mah, saya hanya bingung kenapa istri saya tidak ada di kamar" jawab Rimba sopan tapi tetap memasang ekspresi datar.

lelaki itu memandangku sekilas lalu kemudian pura-pura melihat ke jendela.

Canggung

Mama menggelengkan kepala tak enak hati.

"Ok.. sayang Mama pamit dulu ya, Zela.. ingat pesan Mama tadi ya." sebelum pergi Mama memelukku dan meninggalkan aku bersama lelaki asing bernama Rimba di kamar ini.

Ntah sudah berapa jam, menit dan detik yang kami habiskan hanya duduk diam di pinggir ranjang. Baik Aku dan Rimba sepertinya masih enggan untuk memulai bersuara.

Kami hanya bisa duduk berhadapan dengan gerakan canggung.

Lama... Aku dan Rimba terus saja membisu dan sibuk dengan pikiran masing-masing, sampai akhirnya aku mendengar helaan napas berat dari lelaki muda di sampingku ini.

"Kenapa kamu berada di kamar ini?" tanyanya tiba-tiba

Aku mengernyitkan dahi tak mengerti,karna fikiranku yang memang sedang tidak fokus.

"Trus...aku harus di kamar mana?" jawab ku polos.

"Apa kamu lupa kita baru saja menikah Zela? Tentu saja kamar kita di kamar pengantin" dia tersenyum tipis menatap mataku dalam.

"Hmmm... aku pikir malam ini aku akan tidur di kamar ini saja, lagi pula aku cukup terganggu dengan segala dekorasi kamar itu. Terutama warna dasar kamar itu yang ishhh" ujarku pada nya dengan expresi risih dan geli saat membayangkan warna kamar Amel yg dapat membuatku mual. Aku juga tidak tahu kenapa aku sangat membenci warna itu.

Ia hanya menggelengkan kepala pelan dan tersenyum tipis mendengarkan apa yang ku ucapkan barusan, mungkin dia merasa heran melihat ada seorang wanita yang begitu tidak suka dengan warna yang menjadi identik kaum hawa tersebut.

"Lalu kenapa kamu ada di sini?" tanya ku padanya dengan sinis

"Tentu saja tidur, karna istriku tidur disini. Lagi pula ini kan, malam pertama kita" jawab nya dengan santai sukses membuatku terlonjak kaget mendengar kata-kata nya.

"Malam pertama? Gila!" pekikku tercekat

"Big no! Jangan harap!"

Aku membuang wajah kesal. Asal dia tahu saja, aku hanya akan menyerahkan keperawanan ku pada orang yang ku cinta.

Tapi sayangnya, aku justru terjebak dalam pernikahan yang tak ku harapkan apa lagi yang jadi suami ku adalah pria yang umurnya lebih muda 5 tahun dariku.

Ahhhhh... kenapa sial sekali nasibku harus menikah dengan brondong, calon yang ditinggalkan oleh adikku sendiri. Brengsekkkkk!!

Ahhh, aku mengumpat lagi.

"Ck! Siapa juga yang mau menyentuhmu! Kecuali kalau kamu... mau"

Hampir saja ku lemparkan bantal kemukanya. Tapi, dia langsung mengibas-ngibaskan tangannya meralat. Ternyata pria satu ini lucu juga tak sedingin yang ku bayangkan.

Aku penasaran kenapa Adikku tidak menyukai pria yang menurutku tampan.

"Sorry saya bercanda! Tenanglah, Saya bukan orang yang mengambil keuntungan dalam kesempitan. Kamu bisa tidur dengan tenang, saya jamin!"

Setelah perdebatan kami. Akhirnya disinilah kami berada tidur saling beradu punggung, di atas ranjang ukuran standar milikku yang menyisakan jarak sebatas guling saja.

Karna memang di kamarku tidak memiliki sofa yang bisa dia gunakan sebagai tempat tidur. Lagi pula tak mungkin kan, aku memintanya untuk tidur di lantai beralaskan tikar.

Bagaimana jika nanti dia sakit, kan bisa panjang nanti urusan nya.

"Zel..!"

panggilnya tiba-tiba di tengah kesunyian yang terjadi diantara kami.

Aku membuka bola mataku, yang baru saja mencoba untuk terpejam.

"Hmmmm" jawabku malas dan masih di posisi yang sama.

"AC kamar mu mati ya? Kenapa udara di kamar ini panas sekali?" tanya Rimba sambil mengibas-ngibaskan baju bagian depan nya untuk menghalau rasa gerah.

"Tidak, AC nya baik-baik saja dan dalam posisi On kok" aku mengernyitkan dahi ku bingung dengan perkataan pria ini barusan, bagaimana pula dia kepanasan di udara yang full dingin seperti ini.

Anehhh!!

Terpopuler

Comments

Manggu Manggu

Manggu Manggu

lanjut👍

2022-11-14

0

Lucki RM

Lucki RM

gue tebak ntar kalau rimba udah bahagia sama zella pasti adiknya muncul dan mau merebut rimba

2021-03-12

6

Nur Kholifah

Nur Kholifah

rimba mungkin mau minta haknya

2020-11-13

7

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!