"Rencana macam apa ini? Ayo berfikir Feli," Ujar Feli sambil memakan cemilan yang di bawa ibunya beberapa saat yang lalu.
"Hei, gendut!" Panggil seseorang dan membuat Feli berdiri untuk mencari sumber suara berat itu.
"Hei disini, gendut." Algeria tersenyum polos saat Feli menemukannya lewat jendela kamar seberang.
Feli berniat menutup jendela kamarnya agar tak melihat Algeria dari jendela kamar seberang sana.
"Kau kenapa menutup jendelamu? Aku punya informasi penting, kau akan menyesal jika tidak mendengar ini. Aku tau kau sedang mengincar video game milikku," Ujar Algeria dan Feli membuka kembali jendela kamarnya.
"Kau melakukan semua ini untuk bisa menyelesaikan tantanganmu bukan? Video game dan tiga foto kak Dean yang diambil secara terang-terangan," Ujar Algeria.
"Dari mana kau tau?" Ujar Feli.
"Informasi itu aku dapatkan lewat keberuntungan," Ujar Algeria dengan santai.
"Aku bisa membantumu dan menjamin video game milikku juga membantumu untuk mendapatkan foto kak Dean," Ujar Algeria sambil memamerkan cengingirannya.
"Kenapa kau membantuku?" Ujar Feli.
"Hmmm... Kenapa, ya?" Ujar Algeria sambil berpura-pura berfikir keras.
"Kau mau tidak aku beri bantuan?" Ujar Algeria saat Feli menatapnya curiga.
"Apa yang kau inginkan?" Ujar Feli.
"Aku anggap itu iya. Bagaimana kalau ucapkan selamat malam untukku?" Ujar Algeria sambil tersenyum simpul.
"Selamat malam," Ujar Feli dingin dan dengan wajah datar.
"Ucapan apa itu? Coba pakai namaku dan tersenyum," Ujar Algeria dan sukses membuat Feli kesal.
"Selamat malam Algeria," Ujar Feli dengan senyum terpaksa dan penuh rasa tidak ikhlas.
"Kau sudah berjanji, jangan ingkar janji!" Ujar Feli dan Algeria hanya tersenyum polos.
...🥀🥀🥀...
Seperti yang Algeria janjikan pada Feli, kini keduanya sedang memantau pergerakan Dean di kantin. Algeria sudah memberikan sebuah rencana yang menurutnya akan berhasil dan tidak akan membawa Feli ke dalam masalah. Pria itu telah mendorong punggung Feli agar menghampiri Dean yang sedang makan bersama Ray.
"Apa yang kau tunggu, ayo ikut aku. Ingat saat kak Dean berbalik kau langsung ambil fotonya," Ujar Algeria sambil mendorong Feli mendekat pada meja Dean dan Ray.
"Hei serius amat ada apa nih?" Sapa Algeria dan membuat kedua pria itu berbalik.
Cekrttt...
Walau awalnya sedikit ragu karena ia sama sekali tidak memakai sesuatu untuk menyembunyikan identitasnya, Feli sedikit senang saat berhasil mendapatkan foto kedua. Dean memasang wajah datar sedangkan Ray tampak kaget melihat hal itu. Satu foto berhasil Feli dapatkan, ia berniat pergi namun Algeria malah menariknya menuju meja dua pria itu.
"Apa yang kau lakukan? Aku harus segera pergi." Bisik Feli sambil mencubit tangan Algeria.
"Kenapa kau mengambil foto?" Ujar Dean dingin dan membuat Feli membeku.
Belum sempat Feli menjawab ucapan Dean, Algeria langsung menyela pembicaraan.
"Kak Dean sudah memenangkan beberapa perlombaan basket. Dia mengambil foto kakak untuk di pasang di mading sekolah," Bohong Algeria.
"Oh," Ujar Dean dan kembali fokus dengan makannya.
"Algeria, kenapa kemarin kau tidak pergi ke tempat latihan?" Ujar Ray.
"Itu, kemarin lagi sakit." Algeria duduk di sebelah Ray sedangkan Feli tetap berdiri.
"Jangan berbohong, kau pergi bermain game bukan?" Ujar Ray dan membuat Algeria menelan ludahnya karena ketahuan.
"Duduk," Ujar Dean.
"Eh?" Feli tampak kebingungan.
Dean menarik tangan Feli agar duduk disebelahnya. Gadis itu melirik Algeria agar membuat alasan untuk bisa pergi namun pria itu malah menutup matanya dan sibuk bercanda ria dengan Ray. Feli hanya bisa diam dan tidak melakukan apapun, ia bingung harus melakukan apa.
"Permen," Ujar Dean.
"Hmm... Maksudnya?" Feli tidak begitu jelas mendengar ucapan Dean.
"Kau gadis yang memberikan aku permen dan mencoret bola basketku bukan?" Ujar Dean dan Algeria sedikit kaget melihat kalimat panjang yang keluar dari Dean untuk seorang gadis.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud unt-" Belum sempat Feli menyelesaikan ucapannya Dean langsung menyela.
"Makasih," Ujar Dean.
Dean mengulurkan tangannya untuk meminta beda tipis persegi panjang dari Feli. Walau ragu Feli tidak bisa menolak pria di sebelahnya. Algeria tak menyangka saat kata itu keluar dari seorang Dean yang dingin dan penuh kata pedas itu. Dean lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun setelah mengembalikan ponsel Feli. Sejak tadi sudah ada beberapa siswa sudah memandang meja keempat orang itu.
Beberapa orang sudah merasa kesal saat Feli dengan mudahnya bisa masuk dan duduk bersama tiga pria populer sekolah itu. Salsa yang melihat itu mengepalkan tangan tak menyangka ketiga pria itu malah menerima kehadiran Feli disana.
"Dasar gadis sialan! Kenapa dia selalu saja bisa menarik perhatian orang lain?! Apa yang kurang dariku? Apa?!" Ujar Salsa dengan wajah kesal dan marah.
"Tenanglah Salsa, ini hari terakhir tantangannya bukan? Dia belum bisa mendapatkan video game kesayangan Algeria dan masih ada satu foto kak Dean yang belum dia ambil," Ujar Fani.
"Hufftt... Tunggu saja kau Feli aku akan membuat kau bertekuk lutut diharapkanku," Ujar Salsa.
Arlan akhirnya kembali dari toilet, pria itu sedikit heran saat melihat ada punggung wanita yang duduk di mejanya. Ia mempercepat langkahnya untuk melihat siapa gadis yang berani duduk di kursinya. Ray dan Algeria menyapa Arlan yang sudah hampir mendekat. Feli merasakan punggungnya tiba-tiba dingin seakan-akan ada sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.
"Kau kenapa sangat lama di toilet?!" Ujar Algeria.
"Biasa, ada sedikit acara dalam toilet. Kak Dean kemana?" Ujar Arlan dengan tangan yang terlihat lebam seraya duduk di sebelah Feli.
"Entahlah, sepertinya dia ada urusan mendadak." Algeria kembali fokus ke ponselnya.
Feli berbalik untuk melihat siapa yang duduk di sebelahnya. Arlan juga ikut berbalik saat gadis disebelahnya menatapnya. Keduanya menatap satu sama lain lalu terdiam untuk mencerna dan sekedar mengingatkan kejadian yang terjadi di antara keduanya.
"Kau!!" Ujar Arlan dan Feli bersamaan.
"Ada apa? Kalian saling mengenal?" Ujar Algeria bingung saat Arlan terlihat mengenal Feli.
Setahu Algeria Feli sama sekali tidak mengenal atau bahkan punya hubungan dengan Arlan. Ia yakin informasi yang ia dapat tidak akan salah dan meleset sama sekali, Feli berdiri begitupun dengan Arlan.
"Kau ternyata masih berani berdiri di hadapanku," Ujar Arlan dengan nada kesal.
"Kenapa? Apa kau alien jadi aku harus menjauh dan berusaha tidak tertangkap olehmu?" Ujar Feli sama kesalnya dengan Arlan.
Feli akhirnya pergi karena tak sanggup lagi melihat wajah angkuh Arlan. Pria itu tampak kesal melihat Feli yang pergi begitu saja, Arlan lalu menendang kursi hingga membuat suara yang cukup besar dan membuat kantin tiba-tiba hening.
"Kau gadis yang disana, berhenti!" Ujar Arlan dengan suara beratnya tapi Feli masih tak menghiraukan ucapan Arlan, ia masih tetap berjalan.
"AKU BILANG BERHENTI, BRENGSEK!!" Bentak Arlan dan membuat Feli berbalik.
"Kau yang disana bawa gadis itu kemarin," Ujar Arlan dan siswa itu langsung membawa Feli secara paksa kehadapan Arlan.
Semua tatapan tertuju pada Feli dan Arlan yang sedang marah. Para siswa itu menonton dengan antusias dan penuh semangat melihat akan ada hal menarik akan terjadi. Dari kejauhan Salsa sudah tersenyum melihat Feli yang mendapatkan masalah, ia tidak begitu tau kenapa Arlan bisa sangat marah melihat Feli tapi ia lebih senang bahkan sangat senang melihat hal ini.
Feli menunduk tak berani melihat pria yang sudah seperti orang kesurupan itu. Flora dan Ratu yang baru saja melihat Feli di seret segera pergi untuk menolong sahabatnya itu. Ratu mulai meminta maaf atas nama Feli, ia tau betul orang yang berurusan dengan Arlan akan sangat menderita. Terlebih lagi Arlan yang merupakan anak donatur utama sekolah, jika sesuatu terjadi pada Feli maka guru tidak akan bisa melakukan apa-apa kecuali menutup mata akan hal ini.
"Kalian pergi dari hadapanku," Ujar Arlan pada Ratu dan Flora.
Flora dan Ratu kini kehabisan akal, mereka tidak bisa melawan Arlan yang memiliki kekuatan dan kekayaan. Arlan menarik Feli ke sebelahnya dan tersenyum simpul melihat Feli hanya bisa diam dan tak mengatakan apapun.
"Mulai hari ini, dia akan menjadi pembantuku dan tidak ada yang boleh menyentuh boneka baruku ini atau kalian akan menanggung akibatnya," Ujar Arlan dan suara beratnya.
"Dia akan di terima dalam organisasi kami dan menjadi pembantu kami di sana," Ujar Arlan dan Feli melotot padanya.
"Aku dan Ray setuju," Ujar Algeria sambil tersenyum polos sedangkan Feli kecewa dan merasa bodoh karena masuk dalam perangkap Algeria.
...TBC...
Hai semuanya 👋 Jumpa lagi. Ingat! Jangan lupa like, rate, vote dan coment ya dukung kalian sangat berharga untuk kelangsungan pembuatan cerita ini😆🙏
Salam manis,
Tirfa_ledina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ria cantik
aku di mana?
hmm..
Novel nya bagus juga.
2021-05-31
1
Ria Diana Santi
5 like hadir di awal.
Semangat up-nya Thor.
2021-04-11
0
Rosni Lim
Salam kenal
2021-01-11
1