Raka Sang Pengganggu

Hari ini ada acara keluarga dirumah kerabat dekat mama Ratih. Zara meminta izin kepada Raka untuk cuti satu hari, karena mama dan papanya meminta Zara datang ke acara itu untuk menghormati keluarga dari mamanya.

Zara sudah berdandan cantik memakai dress warna hijau toska setinggi lutut tanpa lengan dengan sepatu highhills warna hitam. Rambutnya dibuat kepang dan memakai bando dengan riasan bunga warna putih. Kini Zara terlihat cantik dan anggun dengan balutan make up tipis di wajahnya yang membuatnya terkesan natural.

"Mbak ayo cepetan kita berangkat, jangan kelamaan, Bang Aska dah nungguin kita dimobil loh," Andira sudah berdiri didepan pintu kamar Zara sambil berteriak-teriak dan menggedor-gedorkan pintu.

"Sebentar dek, mbak ambil tas dulu," Zara beranjak dari duduknya dan menyambar tas yang berada ditempat tidurnya. Zara menatap cermin, sedikit merapikan penampilannya dan segera membuka pintu kamar menghampiri Nadira.

"Mbak lama banget sih? Keburu acaranya kelar, mbak baru bukain pintu!" ucap Andira sambil mengerucutkan bibir, Zara hanya cengengesan menanggapinya.

"Maaf Dira, mbak tadi bingung mau pake baju yang mana jadi kelamaan deh," ucap Zara.

"Lagian cuman ke acara keluarga aja kenapa harus dandan-dandan berlebihan kek gitu sih!" kesal Andira.

"Hehe siapa tau ada anak-anak om kita yang ganteng kan lumayan dek," ucap Zara santai.

"Tuh otak isinya cuman cowo ganteng, tapi sampe sekarang belom dapet jodoh juga lo mbak," ejek Andira.

"Kurang ajar lo dek!" ucap Zara kesal.

"Udah stop kalian jangan berantem!! Bang Aska dah nungguin kalian lama dimobil, eh taunya lagi pada ribut disini. Ayo cepet kita pergi keburu acaranya selesai!" ucap Aska melerai kedua adiknya, ia sampai geleng-geleng kepala melihat kedua adiknya yang suka ribut dan susah diatur.

"Lo sih dek yang mancing-mancing emosi mbak!" ucap Zara.

"Loh kok gue sih mbak, lo yang lama banget siap-siapnya bikin gue kesel nungguinnya!" ucap Andira tak terima.

"Udah stop kalian berdua sama-sama salah, jadi ngga udah saling nyalah-nyalahin kalo kalian ribut terus ngga mau berhenti, bang Aska hukum kalian berdua nanti!" ucap Aska tegas. Kadang Aska memang harus bersikap sedikit tegas menghadapi kedua adik perempuannya agar mau menurut.

"Iya bang Aska kita berdua minta maaf," ucap Zara dan Andira kompak membuat Aska tersenyum melihat tingkah kedua adiknya itu.

"Ya udah sekarang kalian berdua masuk ke mobil sekarang!" perintah Aska.

Saat Zara hendak memasuki mobil tiba-tiba ponselnya berdering. Ia segera merogoh tasnya mencari-cari ponselnya itu. Setelah menemukan ponselnya itu Zara melihat ID panggilan itu dan dengan malas ia menekan tombol hijau. Telepon tersambung, Zara meletakan ponselnya di daun telinganya.

"Hallo," dari sebrang sana terdengar suara laki-laki yang sudah sering kali Zara dengar. Suaranya begitu menggelegar hingga Zara harus menjauhkannya dari daun telinganya.

"Ada keperluan apa bapak CEO yang terhormat menelepon saya?" tanya Zara.

"Kamu cepetan ke kantor sekarang juga, ada masalah gawat dikantor. Saya butuh bantuan kamu segera!" ucap penelepon itu yang tak lain adalah Raka yang terdengar kepanikan.

"Tapi pak..." sebelum Zara menyelesaikan kalimatnya telponnya sudah dimatikan oleh Raka. Wajahnya langsung ditekuk seperti gulungan karpet mushola.

Dasar boss gila..kebiasaan kalo gue belom selesai ngomong teleponnya dah dimatiin duluan.

Dasar boss gada akhlak..

Rasanya gue pengin jambak tuh rambut pak CEO.

Gerutu Zara kesal dalam hati.

Wajah Zara semakin panik, bagaimana bisa ia sudah izin kemarin untuk tidak bekerja, tapi kini malah dapat panggilan darurat dari bossnya.

"Mbak ayo cepetan masuk mobil keburu acaranya selesai!" perintah Andira kepada Zara.

"Maaf bang Aska, Dira mbak ngga bisa barengan ke acara keluarga kita," ucap Zara dengan sendu.

"Kok bisa mbak, emang ada masalah apa sih?" tanya Andira.

"Gue dapet panggilan darurat dari pak CEO," jawab Zara.

"Bukannya kamu udah izin cuti satu hari Zar sama si Raka kemarin?" tanya Aska penasaran.

"Iya bang Aska, katanya ada urusan penting dan gawat, jadi Zara disuruh ke kantor sama Pak CEO," jawab Zara.

"Astaga, dasar calon kaka ipar Raka, kalo taunya mau kek gitu mending dari tadi kita gausah nungguin mbak Zara, mendingan kita langsung ke acara aja bang," ucap Andira kecewa.

"Maaf y Bang, Dira. Mbak ngga bisa ikut bareng kalian. Nanti mbak nyusul kesana sendiri aja ya," ucap Zara.

"Ya udah gapapa nanti abang sampein maaf kamu ke mama dan papa juga ke keluarga. Sekarang bang Aska sama Andira pergi dulu ya kamu hati-hati dijalan," ucap Aska lalu menyalakan mesin mobil dan langsung melaju meninggalkan Zara.

"Bye bye mbak ku sayang, titip salam buat calon kakak iparku Raka ya!" teriak Andira dari dalam mobil sambil tersenyum jahil. Zara hanya menatap malas tak menanggapi Andira.

"Ini gue langsung ke kantor atau ganti baju formal dulu yah? Tapi kunci rumah kan ada sama bang Aska gimana gue bisa masuk ke rumah coba. Lagian kalo gue minta bang Aska bali lagi kan ngga mungkin," gerutu Zara kesal.

"Bodo amatlah gue kekantor pake ginian, yang penting sopan, itu yang paling utama," ucap Zara percaya diri.

Zara berjalan menuju ke ujung jalan mencari taksi. Untung saja tepat saat Zara sampai diujung jalan, ada Taksi yang lewat. Dengan segera Zara menghentikan taksi itu.

"Taksi!" Zara melambaikan tangannya hingga taksinya berhenti. Zara pun segera masuk ke dalam taksi.

Tak henti-hentinya ponsel Zara berdering membuat ia kesal dan mengangkat telepon dari seseorang yang tak lain adalah Ceonya.

"Iya pak CEO, saya akan segera ke kantor sekarang juga. 30 menit lagi saya sampai disana!" ucap Zara kesal langsung mematikan sambungan telepon dan mengganti mode ponselnya menjadi mode senyap.

Zara Membutuhkan waktu 25 menit untuk sampai dikantor. Ia segera turun dari taksi dan memberikan ongkos bayaran taksi.

Zara menghela napas kasar. Ia memasuki lobi kantor dengan wajah kesal.

Para karyawan kantor melihat ke arah Zara yang terlihat cantik dan anggun dengan pakaian yang ia kenakan ke kantor. Zara hanya diam tak mempedulikan tatapan orang-orang yang melihatnya. Zara segera masuk Lift memencet tombol 5 lantai dimana ruang CEO berada. Setelah pintu lift terbuka Zara segera keluar dari lift dan langsung menuju ruangan CEO.

Setelah sampai didepan pintu ruangan CEO, Zara langsung mengetuk pintu dengan keras atau bisa dibilang menggedor-gedorkannya.

"Untung aja lo Boss gue, kalo bukan udah gue dobrak nih pintu," gerutu Zara kehilangan kesabaran.

Tak butuh waktu lama akhirnya pintu terbuka, disana sudah menampilkan seorang pria dengan wajah frustasinya, tapi tetap saja tampan. Siapa lagi kalo bukan sang CEO Raka Aditya.

Kenapa pak boss CEO keliatan tampan ya walaupun tampangnya frustasi dan acak-acakan gitu..

Uhhh menyebalkan!

Batin Zara saat menatap wajah Raka.

Zara segera mengatur napasnya yang serasa habis karena terburu-buru ke kantor agar kembali normal seperti sedia kala.

"Ada apa pak CEO?" tanya Zara. Zara yang masih berada di depan pintu segera ditarik tangannya oleh Raka untuk masuk ke dalam ruangan.

"Lihat ini!" Raka menunjukkan berkas-berkas yang berserakan dilantai ruangan.

"Bentar pak saya harus minum, saya haus banget!" ucap Zara sambil mengatur napasnya. Raka pun segera mengambilkan sebotol air mineral kepada Zara. Dengan cepat Zara meraihnya dan meminumnya dengan cepat hingga botol itu kosong tak bersisa air setetes pun.

"Kamu ini habis lari maraton atau berangkat ngantor?" tanya Raka keheranan melihat Zara menengguk habis minumannya dalam sekejap.

"Ini semua gara-gara pak CEO. Saya harus buru-buru ke kantor karena panggilan pak CEO yang tak henti diponsel saya!" Ucap Zara dengan mata menatap tajam ke arah CEO-nya itu. Lalu tatapannya beralih ke berkas-berkas yang berserakan dilantai.

"Ini apa pak? Kenapa banyak berkas-berkas berserakan dilantai?" tanya Zara penasaran. Ia menebak-nebak pasti itu karna sikap frustasi yang dilakukan pak Ceonya itu.

"Saya tadi mencari dokumen pemasaran produk baru yang akan perusahaan kita luncurkan, tapi saya lupa menaruhnya dimana. Saya sudah mencari kemana-mana tapi tidak ketemu juga, jadi karna frustasi saya buang berkas-berkas itu di lantai," Jelas Raka.

Benerkan tebakan gue!

Batin Zara.

"Maaf pak bukannya dokumen itu sudah bapak serahkan kepada Direktur pelaksana kemarin? Apa bapak CEO yang terhormat sudah lupa?" ucap Zara.

Raka mengingat-ingat, dan benar saja dia sudah lupa bahwa kemarin dia sendiri yang menyerahkan dokumen itu pada Direktur pelaksana.

"Oh iya saya lupa! Saya banyak pekerjaan jadi lupa akan hal itu," ucap Raka santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Jadi cuman gara-gara ini, gue harus buru-buru ke kantor ninggalin acara keluarga gue?!

pengin gue jambak rambut nih CEO.

Batin Zara mengerutuki kelakuan bosnya ini.

"Itu bukan kelupaan tapi emang lo nya aja yang udah pikun pak!" lirih Zara yang masih bisa didengar oleh Raka.

"kamu bicara apa tadi hah?" tanya Raka.

"Saya ngga bicara apa-apa pak," jawab Zara.

"Kamu kira tadi saya tidak mendengar kamu mengatakan saya ini pikun?" ucap Raka kesal.

"Maafkan saya pak, saya tidak akan mengulanginya lagi," jawab Zara pasrah karna tak mau berdebat lama dengan pak CEO-nya.

Faktanya emang lo itu dah pikun pak CEO, jangan lari dari kenyataan deh.

Gerutu Zara dalam hati.

"Baik, sekarang kamu rapikan ruangan saya. Bereskan berkas-berkas yang berserakan tadi, letakkan ditempatnya semula!" Perintah Raka.

"Baik pak karna saya ini orangnya baik hati dan tidak sombong, dan yang sudah mengambil izin cuti tapi tetep disuruh ngantor saya ikhlas diperintah untuk membereskan ruangan ini," ucap Zara menyunggingkan senyum yang dibuat-buat dan terkesan menyindir.

"Kamu sedang menyindir saya?" tanya Raka melirik tajam ke arah Zara.

Syukur deh kalo lo ngerasa lagi gue sindir...

Batin Zara.

"Bukan begitu pak! Mana mungkin saya berani menyindir pak CEO," ucap Zara mencari alasan. Zara segera memunguti berkas-berkas dilantai dan menaruhnya dimeja. Raka hanya menatap Zara malas menanggapi.

"Oh ya sekalian buatkan saya kopi!" perintah Raka.

"Tapi pak..." Zara memberi jeda ucapannya menahan kesal yang menggebu -gebu.

"Saya hari ini ada acara bersama keluarga saya, sehabis membereskan ini saya harus segera pergi pak. Kalau bapak menginginkan kopi, bapak kan bisa menyuruh OB, kenapa harus menyuruh saya sih!" Zara benar -benar dibuat kesal oleh Raka.

"Saya ini Bos kamu, kamu harus menuruti apa yang saya perintahkan!" ucap Raka santai.

"Bodo amatlah pak, pak CEO sudah mengganggu acara saya hari ini bersama dengan keluarga saya. Saya akan mengadukan ini kepada mami Ratna nanti. Sekarang saya akan pergi. Permisi," ucap Zara kesal.

"Dasar pengadu!" ucap Raka.

Zara keluar dari ruangan CEO dengan membanting pintu membuat para karyawan yang melihatnya menatap heran. Zara segera pergi keluar dari kantor dan segera mencari taksi.

"Halo dek," sapa Zara menelepon adiknya Andira.

"Iya mbak ada apa?" tanya Andira dalam telepon.

"Apa acaranya belum selesai? Mbak mau nyusulin kalian kesana sekarang," ucap Zara balik bertanya.

"Aduh... mbak kelamaan sih! Ini acaranya baru aja selesai. Ini aku, mama, papa sama bang Aska udah dimobil mau pulang kerumah. Mbak langsung pulang aja kerumah!" jawab Andira.

"Ya udah deh mbak langsung balik ke rumah aja," ucap Zara dengan nada kecewa menutup panggilan teleponnya.

Aaaaa ini semua gara-gara tuh CEO sialan, sang pengganggu.

Nyebelin banget sih!

Gerutu Zara meluapkan kekesalannya.

Bersambung...

Jangan lupa vote,like and komennya...

Follow Ig-ku : @nona.rul

Makasih.

Terpopuler

Comments

Dahminar Minar

Dahminar Minar

lucu n seru ceritanya thor

2021-01-26

2

Rafiah Taufik

Rafiah Taufik

🤣🤣🤣🤣 ngakak aku thor

2020-12-10

2

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

Like + rate bintang ⭐⭐⭐⭐⭐😇

2020-12-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!