Pagi ini, John sudah bersiap dengan jas rapi yang semakin memperindah penampilannya. Dan membuka gorden untuk membangunkan Hyuji, adalah rutinitas John dipagi hari.
Masih berusaha mengumpulkan kesadaran, Hyuji melihat sosok John yang sudah rapi. Tidak biasanya. Bahkan Hyuji terbangun kasar saat melihat penampilan John yang menyilaukan mata itu.
"Yah, mau kemana kau dengan setelan jas rapi seperti itu! "
John hanya diam, tak menimpali pertanyaan yang dilontarkan Hyuji, sembari berjalan kedepan cermin untuk menata dasi.
"Kau mau lari dariku? " tanya Hyuji sekali lagi, mengejutkan.
John mendesah nafas dengan kasar, mana mungkin dia kabur dengan baju serapi itu.
"Kau pikir aku laki-laki macam apa, yang kabur meninggalkan istrinya dengan pakaian serapi ini dipagi hari! "
"Bisa saja kau pergi dengan wanita kaya, bermodalkan wajah menawan dan penampilan mengesankan yang kau miliki! "
Entah mengapa, ucapan Hyuji sedikit menyakiti harga diri John secara tidak langsung. Berbalik demi mendapati presensi Hyuji, John berucap dengan nada sarkas. "Jadi kau benar-benar menganggapku laki-laki seperti itu? "
Mendadak nafas Hyuji tercekat saat melihat ekspresi John seperti saat pertama kali mereka menikah dulu; datar dan menakutkan. Hyuji tak menyukai raut tersebut.
"Bukan itu maksudku! Intinya, kau hendak pergi kemana dengan setelan jas seperti itu?!"
John berjalan dan duduk ditepian ranjang, memakai kaus kaki dan juga pantofel hitam satu-satunya yang ia miliki setelah pergi dari kehidupan mewah keluarga Wilson.
"Sebuah perusahaan menawariku pekerjaan! " jawabnya singkat.
"Perusahaan? "
"Uemmm, perusahaan yang aku tau lumayan besar dan menjamin kesejahteraan karyawannya!"
Hyuji menunduk, diam-diam ada perasaan tak rela jika John harus bekerja disebuah perusahaan. Akan tetapi, dirinya tidak bisa egois. Bisa saja nanti perekonomian mereka perlahan bangkit dan membaik.
"Dimana? "
"Gangnam! "
Mendadak, Hyuji merasa hatinya seperti dihantam sebuah gada. Terasa begitu sakit hingga dia sulit bernafas.
Gangnam? Bukankah, perusahaan wanita itu juga berada di wilayah gangnam?, batin Hyuji.
Hyuji bangkit tak menimpali, hendak berjalan malas menuju kamar mandi, John turut berdiri. Mengebas jas bagian bawahnya dengan telapak, kemudian berjalan keluar kamar.
Tak mau melewatkan kepergian John, Hyuji berlari mengejar karena tak melihat apapun diatas meja makan.
"Kau tidak membuat sarapan? "
John mengangguk ragu dengan raut sedikit menyesal, menggaruk ujung alisnya pelan dengan bibir terkatup. "Maaf, untuk hari ini aku tidak bisa membuat sarapan! Aku harus segera berangkat karena interview dimulai dua jam lagi! Aku janji besok akan membuat sarapan yang enak! "
Sekali lagi, Hyuji tak bisa mengatakan apapun. Dia tau seperti apa keras kepalanya seorang John Wilson.
"Baiklah, hati-hati... "
John melambai sebagai tanda perpisahan mereka pagi ini.
—
Dirundung rasa gelisah, entah untuk keberapa kalinya Hyuji menengok kearah jalanan besar yang tak jauh dari halte yang biasa digunakan John untuk sampai di rumah.
Bibir ranum yang ia miliki mengerucut kedepan karena kecewa tak mendapati presensi pria yang membuatnya merona akhir-akhir ini.
"Mau sampai jam berapa dia ada disana? Tengah malam? Atau bahkan besok pagi? "
"Chh... Jangan-jangan dia benar-benar kabur dengan wanita kaya seperti yang aku katakan pagi ini padanya?! " lanjutnya dengan airmuka yang tak terartikan.
Pikiran negatif merangsek tanpa permisi, dan ditarik kembali dalam realita saat ia harus berlari kedalam kedai karena pelanggan memanggilnya.
-
Jauh disana, sejak tiga puluh menit berlalu setelah Hyuji menanti kedatangannya, John berjalan dengan hiasan kebahagiaan pada fitur tampannya. Dia bahkan sudah bisa membayangkan Hyuji yang melompat dan memeluknya nanti.
Kedua manik rusanya begitu lega saat memandangi senyuman Indah yang tersemat pada wajah Hyuji dari kejauhan.
"Dia pasti akan senang mendengar jika aku diterima bekerja disana! " gumamnya sambil melipat lengan dengan sekantung ayam pedas kesukaan Hyuji didepan dada. "Dia memang gadis baik dan ceria seperti yang dikatakan Reyna dulu!" ucapannya kembali terjeda saat manik mereka saling tertaut. Mendadak dia melihat Hyuji yang memalingkan wajah menghindari tatapannya. "Dia juga sangat cantik! Dan sialnya, aku baru menyadari itu sekarang! "
Dua tahun lalu, saat Hyuji memintanya untuk pergi dan meninggalkannya saat ibu John berkata akan menghapus nama John dari daftar keluarga, John memutuskan untuk tetap bertahan dan memilih pergi.
"Mungkin itu adalah keputusan terbaikku, karena aku menemukan wanita setegar dirimu Hyu---"
John melangkah mendekat menuju kedai Hyuji. Didapati wanitanya hanya diam mengabaikan saat ia datang dan tersenyum hanya pada pelanggan.
Berbagai spekulasi bermunculan didalam kepalanya. Dan semua berhambur sirna saat pelanggan terakhir itu sudah pergi, hari ini kedai Hyuji memang sangat ramai.
Mencoba menghapus rasa canggung, John menyodorkan kantung plastik berisi ayam itu dihadapan Hyuji.
"Ayo makan, kau pasti lapar bukan? "
"Aku sudah makan! Perutku kenyang!" jawabnya datar sambil merapikan beberapa wadah berisi sisa kuah dari odeng dan Tteokbokki.
"A~h benarkah? Sayang sekali! Lalu bagaimana nasib ayam pedas ini? " tuturnya seduktif.
John sengaja. Biasanya Hyuji akan merampas kantung itu secara paksa dan melahap dengan cepat jika John mengucapkan hal semacam itu.Tapi tidak untuk hari ini, Hyuji terlihat sedang memendam sesuatu.
"Apa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi? Mengapa wajahmu seperti itu? "
Hingga sampai di kediaman mereka, Hyuji masih mendiamkan dirinya. Ayolah, John tidak menyukai suasana seperti ini.
"Katakan padaku apa yang membuatmu mendiamkan aku seperti ini?! "
Hyuji tetap diam dan mencuci wadah yang ia keluarkan dari tas besarnya. Tak tahan, John meraih paksa lengan kecil Hyuji hingga mereka saling berhadapan saat ini.
"Mengapa kau mengabaikanku Hyu? "
Rahang Hyuji mengeras seketika saat merasakan cengkraman kuat John pada lengannya.
"Aku lelah John, biarkan aku menyelesaikan pekerjaanku dan beristirahat! "
"Tidak, sampai kau mengatakan apa masalah yang membuatmu mengabaikan aku! "
Suasana semakin menegang kala tiba-tiba ponsel John bergetar didalam saku jasnya. Sekilas Hyuji melihat, penelepon tanpa nama.
John melepas cengkeraman dan berjalan menjauh, meninggalkan Hyuji yang sedang meringis menahan sakit akibat cengkraman tersebut. Semakin kesal saja Hyuji saat ini.
Berjalan masuk kekamar setelah mencuci tangan, Hyuji membanting pintu kamar dengan sangat keras hingga membuat John yang sedang berbicara dengan seseorang pada telepon terjingkat.
Hampir mengumpat, seseorang diseberang mengakhiri pembicaraan. Berlanjut dengan John berjalan menuju kamar sedikit murka.
"Apa yang kau lakukan eoh?!! Aku sedang bicara dengan seseorang ditelepon dan kau membanting pintu seperti itu—"
"Cukup john, aku lelah! Ingin beristirahat! " potong Hyuji dengan suara parau.
John memijat keningnya dengan bibir terkatup dan rahang mengeras. Bahkan decakan keras terdengar cukup jelas.
"Apa masalahmu? Katakan!! " bentak John frustasi.
Bukannya memberi jawaban, Hyuji naik ke tempat tidur dan membungkus dirinya dengan selimut.
"SIAL!!! "
Apa? Hyuji sontak terbangun dan menatap tajam pada suaminya. Berjalan menghampiri John yang sedang berkacak pinggang, Hyuji berkata sayu dalam derai airmata.
"Aku ingin pulang ke daegu! []
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments