PI 3# Tempat Berteduh

Setengah berlari, Nadira membelokkan kaki melewati gang sempit, di area pemukiman padat penduduk di pinggiran Kota Jakarta. Senyum menggelayut di bibir sembari menyegerakan langkah melewati segerombolan anak-anak yang sedang asik bermain engklek, permainan tradisional melompat dengan satu kaki.

"Permisi," ucap Nadira tak enak hati sudah mengganggu dan mengehentikan permainan anak-anak itu.

"Iya, silahkan Kak," suara riuh anak-anak saling bersahutan mempersilahkan Nadira lewat.

Nadira menolehkan kembali kepalanya menyaksikan anak-anak yang sudah melanjutkan permainan mereka setelah ia berlalu dari sana. Gadis itu sempat tertegun menyaksikan anak-anak tertawa bahagia karena hal yang sederhana.

Pikirannya melayang pada masa kecilnya sendiri. Masa kecil yang harus ia lewati dengan berbagai tekanan untuk menjadi seorang anak sempurna dimata orang tuanya. Hal itu tak lain, hanya agar ia bisa dipamerkan pada rekan bisnis Ayahnya.

Nadira masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana ia berusaha menekan perasaannya, menerima segala perlakuan yang dipaksakan Sang Ibu agar bisa membuat Ayahnya bangga, hanya untuk mendapat perhatian dan kasih sayang lelaki yang dulu sempat ia puja sebagai Ayah terbaik di Dunia.

Namun, lamabat laun ia menyadari kasih sayang Ayahnya tidak pernah tulus diberikan untuknya. Ia hanya akan mendapat cinta jika berhasil menunjukkan suatu pencapaian. Dan sebaliknya, Ayahnya akan murka jika ia membuat suatu kesalahan atau tak menuruti aturan yang telah ditetapkan.

"Nad, kamu mau kemana?" suara lembut wanita paruh baya menelusup melalui gendang telinga, menarik Nadira dari lamunan panjangnya.

Nadira tersadar akan keberadaannya. Ia sudah melewati rumah petak tempat ia bernaung bersama Ibunya beberapa bulan belakangan.

"Eh kelewatan, Ma," cengir Nadira sembari memutar langkah menuju rumahnya.

"Kamu lagi mikirin apa? Kok sampe ling lung begitu?" tanya Shinta sembari terus mengekori anaknya masuk ke dalam rumah.

"Ga mikirin apa-apa kok, Ma," jawab Nadira asal seraya melepas tas yang dikenakannya dan menggantungnya.

Gadis itu lantas membuka lemari yang isinya tak seberapa, seraya menyambar asal sebuah baju di sana.

"Mama itu udah dari tadi perhatiin kamu. Kamu itu melamun. Sampai-sampai ga sadar kamu jalan ngelewatin Mama gitu aja. Padahal Mama dari tadi nungguin kamu di depan rumah," ucap Shinta seraya meninggikan suara lantaran sang anak sudah melengos ke kamar mandi.

Shinta menggelelngkan kepala, saat tak ada sahutan dari dalam kamar mandi.

"Apa dia ga diterima kerja ya?" gumam Shinta menebak apa yang mengganggu pikiran anaknya.

Sudah beberapa waktu belakangan putrinya itu terlihat gusar. Sudah lebih dari tujuh bulan gadis itu berusaha mencari pekerjaan. Namun, tak satupun kesempatan yang datang padanya selama ini. Membuat gadis itu mulai merasa frutrasi.

Tak berapa lama, derit pintu kamar mandi berbunyi diikuti sosok sang putri keluar dari sana sudah tampak segar.

"Kamu mau makan sekarang?" tawar Shinta.

"Nanti lah, Ma. Belum laper." Nadira menghempaskan tubuhnya di atas kasur busa yang terletak di sana.

Ia menyelonjorkan kaki yang mulai terasa pegal karena banyak berjalan. Gadis itu berusaha berhemat saat Ibunya memberi ongkos untuk memenuhi panggilan wawancara kerja tadi pagi. Meskipun ibunya sudah menyarankan agar putrinya menggunakan jasa ojek online, tapi Nadira lebih memilih berjalan kaki cukup jauh hingga ke sebuah jalan besar yang dilewati angkutan umum. Hanya demi menghemat jumlah uang yang hanya sedikit.

"Kamu pasti jalan kaki lagi yah?" ucap Ibunya yang turut merebahkan diri di samping Nadira.

Wanita yang masih nampak cantik di usia tuanya itu lantas meraih betis anaknya dan memberikan pijatan lembut disana.

"Maafkan Mama yah, Nad. Mama sudah membawa kamu pada kehidupan susah seperti ini. Mama memang tidak pernah bisa memberikan kebahagiaan untuk kamu. Bahkan memberikan kehidupan yang layakpun, Mama tidak mampu. Mama ... "

"Ma ... " potong Nadira cepat saat Mamanya mulai merutuki dirinya kembali. "Nadira bahagia sekarang, Ma. Mama tidak salah, Nadira yang memilih hidup seperti ini. Nadira lebih bahagia tinggal disini bersama Mama dari pada tinggal di istana tapi tak pernah merdeka."

"Tapi setidaknya, saat Mama membawamu keluar dari rumah, seharusnya Mama bisa memberikan yang lebih baik. Tapi Mama justru membawamu tinggal ditempat kumuh seperti ini," ucap Shinta dengan mata berkaca-kaca.

Bagaimana tidak hancur perasaannya setiap kali melihat kesusahan anaknya harus beradaptasi dengan tempat tinggal mereka yang baru. Tempat yang jauh dari kata layak untuk mendapatkan kenyamanan sebuah rumah. Bahkan kamar tidur anaknya dulu jauh lebih besar dari satu petak rumah yang saat ini mereka tinggali.

Satu petak rumah berisi satu ruangan yang dijadikan ruangan multifungsi, sebagai kamar, ruang tamu, ruang bersantai, bahkan ruang makan menjadi satu. Semua aktivitas sehari-hari mereka lakukan di dalam satu ruangan itu. Agak ke belakang, terdapat satu dapur kecil yang bahkan jika memasak rasanya wanita paruh baya itu tak leluasa untuk bergerak, serta satu kamar mandi yang sama kecilnya.

"Sudahlah, Ma. Mama jangan terus merasa bersalah. Aku bahagia dengan hidupku sekarang bagaimanapun keadaannya. Lagipula ini masih jauh lebih baik dari pada kita harus terkatung-katung di jalanan. Kita masih punya tempat untuk berteduh."

Shinta menyunggingkan senyum pada putrinya yang semakin hari nampak lebih dewasa menyikap persoalan. Keadaan mengikis kesombongan dalam diri seorang Sherly Nandira.

"Lagipula sekarang seharusnya kita berbahagia bukan bersedih. Aku akan mulai bekerja besok," ucap Nadira tak dapat menyembunyikan kebahagiaan yang terpancar di wajah.

"Benarkah? Mama ikut seneng. Selamat yah, Nad. Akhirnya usaha kamu tidak sia-sia. Kamu akhirnya dapat pekerjaan juga," ucap Shinta dengan binar mata tak kalah bahagia mendengar kabar yang dibawakan putrinya.

"Mulai bulan depan, kita sudah bisa menabung untuk membayar semua hutang kita pada Om Firman."

Shinta mengangguk pasti. Meskipun Firman berkali-kali mengatakan untuk tidak memikirkan semua bantuan yang telah dia berikan, bukan berarti ia dan putrinya mengabaikan segala kebaikan lelaki itu. Bagaimanapun mereka tetap harus membalas budi atas pertolongan yang diberikan oleh sahabat masa kecilnya itu.

Terpopuler

Comments

Nuri Nur

Nuri Nur

masih nyimak

2022-06-23

0

Adhe Dhebo

Adhe Dhebo

lnjut

2021-08-02

0

Echa

Echa

ayo semangat nadira raihlah kebahagiaanmu

2021-08-02

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog # Perfect Imperfection
2 PI # Interview Kerja
3 PI 2# Tak Ada Arti
4 PI 3# Tempat Berteduh
5 PI 4# Penyesalan
6 PI 5# Cinta Sejati
7 PI 6# Seandainya
8 PI 7# Mulai Kerja
9 PI 8# Ikut Rapat
10 PI 9# Karma
11 PI 10# Tertunduk Malu
12 PI 11# Sesak
13 PI 12# Belum Siap
14 PI 13# Bicara
15 PI 14# Maaf
16 PI 15# Kehilangan Fokus
17 PI 16#
18 PEMBERITAHUAN
19 PI 17# Heran
20 PI 18# Suami Istri Kompak
21 PI 19#
22 PI 20#
23 PI 21# Tanggung Jawab
24 PI 22# Mengantar Nadira
25 PI 23# Gang Sempit
26 PI 24# Menahan Amarah
27 PI 25# Orang Gila
28 PI 26# Salah Kaprah
29 PI 27# Baku Hantam
30 PI 28# Takdir Berliku
31 PI 29# Tidak Peka
32 PI 30# Runyam
33 PI 31# Bukan Cenayang
34 PI 32# Semakin Menarik
35 PI 33#Menaruh Kagum
36 PI 34# Cemburu??
37 PI 35# Aneh
38 PI 36# Selingkuhan
39 PI 37# Gejolak
40 PI 38# Sulit untuk Lupa
41 PI 39# Ketegangan
42 PI 40# Pembangkang
43 PI 41# Tekad
44 PI 42# Licik
45 PI 43# Berbagi Kamar
46 PI 44# Degup Jantung
47 PEMBERITAHUAN
48 PI 45# Sesak
49 PI 46# Imbalan
50 PI 47# Pedih
51 PI 48#
52 PI 49#
53 PI 50#
54 PI 51#
55 PI 52#
56 PI 53#
57 PI 54#
58 PI 55#
59 PI 56#
60 PI 57#
61 PI 58#
62 PI 59#
63 PI 60#
64 PI 61#
65 PI 62#
66 PI 63#
67 PI 64#
68 PI 65#
69 PI 66#
70 PI 67#
71 PI 68#
72 PI 69#
73 PI 70#
74 PI 71#
75 PI 72#
76 PI 73#
77 PI 74#
78 PI 75#
79 PI 76#
80 PI 77#
81 PI 78#
82 PI 79#
83 PI 80#
84 PI 81#
85 PI 82#
86 PI 83#
87 PI 84#
88 PI 85#
89 PI 86#
90 PI 87#
91 PI 88#
92 PI 89#
93 PI 90#
94 PI 91#
95 PI 92#
96 PI 93#
97 PI 94#
98 PI 95#
99 PI 96#
100 PI 97#
101 PI 98#
102 PI 99#
103 PI 100#
104 PI 101#
105 PI 102#
106 PI 103#
107 PI 104#
108 PI 105#
109 PI 106#
110 PI 107#
111 PI 108#
112 PI 109#
113 PI 110#
114 PI 111#
115 PI 112#
116 PI 113#
117 PI 114#
118 PI 115#
119 PI 116#
120 PI 117#
121 PI 118#
122 PI 119#
123 PI 120#
124 PI 121#
125 PI 122#
126 PI 123#
127 PI 124#
128 PI 125#
129 PI 126#
130 Cuma Promo Yah Guys... Bukan up
131 Masih numpang yah guys..
132 PI 127#
133 PI 128#
Episodes

Updated 133 Episodes

1
Prolog # Perfect Imperfection
2
PI # Interview Kerja
3
PI 2# Tak Ada Arti
4
PI 3# Tempat Berteduh
5
PI 4# Penyesalan
6
PI 5# Cinta Sejati
7
PI 6# Seandainya
8
PI 7# Mulai Kerja
9
PI 8# Ikut Rapat
10
PI 9# Karma
11
PI 10# Tertunduk Malu
12
PI 11# Sesak
13
PI 12# Belum Siap
14
PI 13# Bicara
15
PI 14# Maaf
16
PI 15# Kehilangan Fokus
17
PI 16#
18
PEMBERITAHUAN
19
PI 17# Heran
20
PI 18# Suami Istri Kompak
21
PI 19#
22
PI 20#
23
PI 21# Tanggung Jawab
24
PI 22# Mengantar Nadira
25
PI 23# Gang Sempit
26
PI 24# Menahan Amarah
27
PI 25# Orang Gila
28
PI 26# Salah Kaprah
29
PI 27# Baku Hantam
30
PI 28# Takdir Berliku
31
PI 29# Tidak Peka
32
PI 30# Runyam
33
PI 31# Bukan Cenayang
34
PI 32# Semakin Menarik
35
PI 33#Menaruh Kagum
36
PI 34# Cemburu??
37
PI 35# Aneh
38
PI 36# Selingkuhan
39
PI 37# Gejolak
40
PI 38# Sulit untuk Lupa
41
PI 39# Ketegangan
42
PI 40# Pembangkang
43
PI 41# Tekad
44
PI 42# Licik
45
PI 43# Berbagi Kamar
46
PI 44# Degup Jantung
47
PEMBERITAHUAN
48
PI 45# Sesak
49
PI 46# Imbalan
50
PI 47# Pedih
51
PI 48#
52
PI 49#
53
PI 50#
54
PI 51#
55
PI 52#
56
PI 53#
57
PI 54#
58
PI 55#
59
PI 56#
60
PI 57#
61
PI 58#
62
PI 59#
63
PI 60#
64
PI 61#
65
PI 62#
66
PI 63#
67
PI 64#
68
PI 65#
69
PI 66#
70
PI 67#
71
PI 68#
72
PI 69#
73
PI 70#
74
PI 71#
75
PI 72#
76
PI 73#
77
PI 74#
78
PI 75#
79
PI 76#
80
PI 77#
81
PI 78#
82
PI 79#
83
PI 80#
84
PI 81#
85
PI 82#
86
PI 83#
87
PI 84#
88
PI 85#
89
PI 86#
90
PI 87#
91
PI 88#
92
PI 89#
93
PI 90#
94
PI 91#
95
PI 92#
96
PI 93#
97
PI 94#
98
PI 95#
99
PI 96#
100
PI 97#
101
PI 98#
102
PI 99#
103
PI 100#
104
PI 101#
105
PI 102#
106
PI 103#
107
PI 104#
108
PI 105#
109
PI 106#
110
PI 107#
111
PI 108#
112
PI 109#
113
PI 110#
114
PI 111#
115
PI 112#
116
PI 113#
117
PI 114#
118
PI 115#
119
PI 116#
120
PI 117#
121
PI 118#
122
PI 119#
123
PI 120#
124
PI 121#
125
PI 122#
126
PI 123#
127
PI 124#
128
PI 125#
129
PI 126#
130
Cuma Promo Yah Guys... Bukan up
131
Masih numpang yah guys..
132
PI 127#
133
PI 128#

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!