PI 2# Tak Ada Arti

Setelah berbincang cukup lama dengan Aldi di ruangannya, Nadira kini bisa bernafas lega. Kegugupan yang sedari tadi menguasai raga, kini berangsur-angsur memudar.

Sekali lagi ia mengedarkan pandangannya pada dinding-dinding kantor yang akan ditempatinya mulai esok hari. Ada perasaan tak dapat ia mengerti menggerogoti hati, ketika matanya menangkap setiap sudut ruangan dalam lobi. Ia menghampiri seorang gadis muda yang duduk di balik meja penerima tamu. Ia merasa harus melepaskan ketegangan yang mungkin masih bersisa dalam hati hingga membuatnya merasa tak nyaman.

"Permisi Mbak," sapa Nadira pada gadis muda yang masih asik berkutat dengan layar komputernya.

"Iya ... ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya gadis tersebut.

"Saya boleh permisi ke toilet?" tanya Nadira.

"Oh iya ... Toiletnya ada di sebelah sana. Mbak tinggal melewati lorong itu, terus di ujung belok kiri."

Nadira mengikuti arah pandang yang ditunjuk oleh gadis itu. "Makasih yah, Mbak," ucap Nadira seraya mengulas senyum tulus.

Baru saja hendak melangkah menuju toilet, Jantung Nadira berdetak kencang. Irama jantungnya tiba-tiba memainkan simfoni dengan tempo nada yang cepat. Degupan jantung seolah bisa dapat tertangkap jelas oleh telinganya. Bergemuruh menghentakkan dada dengan sangat kencang.

"Mas Alex ... " lirih Nadira seraya menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Mulutnya menganga tanpa bisa terkatup sempurna saat matanya menangkap sosok yang sudah lama tak dijumpai. Sosok tampan nan gagah yang terus memenuhi mimpi-mimpinya, entah sampai kapan.

Hatinya serasa di remas keras, ketika perempuan cantik yang nampak berkelas tertawa renyah disebelah Alex. Ia tak menyangka bahwa pemandangan seperti itu mampu membuat hatinya terluka bak ditusuk sembilu.

Dengan cepat Nadira membalikkan tubuhnya menghadap gadis yang sudah kembali disibukkan dengan deretan angka di layar komputer, saat Alex mengangkat kepala menoleh ke arahnya. Ia tak mau sampai laki-laki yang masih berstatus sebagai suaminya yang sah, mengetahui keberadaannya.

"Maaf, Mba. Boleh saya tanya lagi?" suara Nadira terdengar agak bergetar. Wajahnya yang sudah mulai cerah kini kembali memucat.

"Iya, Mbak. Ada apa?" tanya gadis itu lembut.

"Di dekat sini apa ada kantin atau semacamnya? Sepertinya magh saya kambuh," ucap Nadira asal, sekedar mencari alasan agar bisa menghindari bersitatap dengan lelaki yang sudah memasuki relung hati.

"Di deket-deket sini ga ada kantin sih, Mbak. Tapi kalau Mbak keluar nanti ambil kanan, di pojokan jalan ada tukang bakso. Mungkin bisa membantu mengganjal perut Mbak," jawab si Gadis seraya tersenyum Ramah.

Nadira masih menundukkan pandangan seraya menutup sebagian wajah dengan telapak tangan. Ia menyamarkannya dengan memijat dahi seperti seorang yang terlihat pusing menahan kesakitan.

"Untuk sementara, Mbak bisa makan ini dulu," tawar gadis itu seraya menyerahkan sebungkus roti manakala ia melihat Nadira pucat pasi.

"Eh, ga papa kok, Mbak. Nanti saya makan di luar saja," tolak Nadira halus.

"Ga apa-apa, Mbak, ambil aja. Saya biasa bawa roti, jaga-jaga kalau lagi malas keluar cari makan siang. Tapi hari ini ada teman yang mau mentraktir. Jadi roti ini juga ga akan ke makan," tawar Gadis itu lagi.

"Makasih, Mbak," jawab Nadira terharu akan kebaikan hati perempuan yang bahkan belum ia kenal sama sekali.

Ia jadi teringat akan dirinya yang dahulu. Begitu apatis pada lingkungan sekitar. Padahal akan sangat indah jika saling perduli antar sesama. Jangankan untuk perduli, ia bahkan tak segan membuli. Membuat Nadira tertunduk malu menyesali diri.

"Dimakan aja, Mbak. Mbak nya keliatan pucat banget."

"Eh iya," jawab Nadira seraya membuka bungkus roti dan langsung mengeluarkan isinya.

Jantungnya sudah bekerja dua kali lipat sejak tadi pagi, tentu saja hal itu membutuhkan tenaga ekstra. Tak ada salahnya menerima tawaran dari seseorang yang akan menjadi rekan kerja mulai esok hari. Nadira memakan roti itu seraya mencuri pandang pada Alex yang baru saja melewati meja penerima tamu.

Lelaki itu, berlalu begitu saja tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya. Alex sepertinya sama sekali tak menyadari keberadaanya. Atau memang ia tak pernah sepenting itu dalam kehidupan Alex? Hingga tak sedikitpun menyadari keberadaan dirinya? Pikir Nadira berkecamuk.

Mata Nadira mulai berkaca-kaca menatap Alex dengan perempuan itu dari kejauhan. Lelaki yang pernah mengisi harinya dengan keindahan rasa, seolah tak pernah kehilangan akan dirinya. Tak ada guratan kesedihan yang sama seperti selama ini yang berusaha Nadira sembunyikan. Lelaki itu bahkan terlihat semakin mempesona dan tampak bahagia menjalani hari-harinya.

Dihempaskannya pikiran yang mulai melantur dari dalam kepala, agar menjauh pergi dan tak lagi menghampiri. Ia menyegerakan memakan sisa roti dalam genggaman tangan. Kemudian meneguk air mineral yang disuguhkan oleh gadis baik hati di hadapannya.

"Mbak, sekali lagi terima kasih banyak." Nadira melempar senyum tulus pada gadis yang juga membalas senyumnya.

"Nadira," ucap Nadira seraya mengulurkan tangannya pada gadis yang langsung menyambut uluran tangannya.

"Rani," sambut gadis itu ramah.

"Mulai besok saya akan bekerja disini, Mbak. Jadi saya harap kita bisa berteman," ucap Nadira kemudian.

"Oh ya? Kalau begitu tidak usah sungkan. Ga usah panggil Mbak. Panggil nama saja, oke," senyum manis kembali disuguhkannya untuk Nadira.

"Kalau begitu saya permisi. Sampai ketemu besok pagi," ucap Nadira seraya berlalu dari hadapan Rani.

Gadis itu langsung ambil gerakan kaki seribu secepat kilat. Ia tak lagi perduli dengan keinginan untuk beranjak ke toilet. Dipikirannya hanyalah bagaimana caranya agar bisa cepat pergi dari sana.

Namun, pikiran tak dapat membohongi hati yang masih memikirkan sang suami. Bagaimana seorang Alex Dinata bisa berada disebuah kantor kecil seperti De' Advertising? lagi-lagi isi kepala Nadira berlarian saling berkejaran mencari jawaban atas pertanyaannya yang merasuki pikiran.

"Sepertinya tidak mungkin kalau BeTrust menjalin kerjasama dengan perusahaan sekecil ini. Apa mungkin Mas Alex ada hubungan khusus dengan perempuan tadi? Tapi siapa perempuan tadi?" gumam Nadira seraya melongok ke kiri dan kanan, memastikan tak ada lagi Alex disekitar gedung itu.

"Ya tuhan, kumohon jauhkan lah lelaki itu dari hidupku, agar aku bisa menjalani hari-hariku dengan lebih mudah," hela Nadira pasrah.

Akhir-akhir ini Nadira merasa seringkali melibatkan tuhan dalam harapnya. Apakah ia harus bersyukur atas kemalangan yang menimpa? Hingga ia menjadi perempuan yang mulai mencari keberadaan Sang Pencipta? Ah, lagi-lagi Nadira menepis pikirannya. Ia harus pulang segera. Bersiap menghadapi esok yang mungkin akan terasa lebih berat.

Terpopuler

Comments

beti

beti

sepertinya menarik critanya,, aku mampir dulu thor..

2021-10-10

0

Mami keyffa

Mami keyffa

aku lanjut trus....bagus kayaknya

2021-09-15

0

Sukesi Suwandi

Sukesi Suwandi

ini cerita alex yg sepupunya suami alea itu ya, sama sherly yg dimanfaatin bpk tirinya buat balas dendam ke keluarga dinata...

2021-09-12

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog # Perfect Imperfection
2 PI # Interview Kerja
3 PI 2# Tak Ada Arti
4 PI 3# Tempat Berteduh
5 PI 4# Penyesalan
6 PI 5# Cinta Sejati
7 PI 6# Seandainya
8 PI 7# Mulai Kerja
9 PI 8# Ikut Rapat
10 PI 9# Karma
11 PI 10# Tertunduk Malu
12 PI 11# Sesak
13 PI 12# Belum Siap
14 PI 13# Bicara
15 PI 14# Maaf
16 PI 15# Kehilangan Fokus
17 PI 16#
18 PEMBERITAHUAN
19 PI 17# Heran
20 PI 18# Suami Istri Kompak
21 PI 19#
22 PI 20#
23 PI 21# Tanggung Jawab
24 PI 22# Mengantar Nadira
25 PI 23# Gang Sempit
26 PI 24# Menahan Amarah
27 PI 25# Orang Gila
28 PI 26# Salah Kaprah
29 PI 27# Baku Hantam
30 PI 28# Takdir Berliku
31 PI 29# Tidak Peka
32 PI 30# Runyam
33 PI 31# Bukan Cenayang
34 PI 32# Semakin Menarik
35 PI 33#Menaruh Kagum
36 PI 34# Cemburu??
37 PI 35# Aneh
38 PI 36# Selingkuhan
39 PI 37# Gejolak
40 PI 38# Sulit untuk Lupa
41 PI 39# Ketegangan
42 PI 40# Pembangkang
43 PI 41# Tekad
44 PI 42# Licik
45 PI 43# Berbagi Kamar
46 PI 44# Degup Jantung
47 PEMBERITAHUAN
48 PI 45# Sesak
49 PI 46# Imbalan
50 PI 47# Pedih
51 PI 48#
52 PI 49#
53 PI 50#
54 PI 51#
55 PI 52#
56 PI 53#
57 PI 54#
58 PI 55#
59 PI 56#
60 PI 57#
61 PI 58#
62 PI 59#
63 PI 60#
64 PI 61#
65 PI 62#
66 PI 63#
67 PI 64#
68 PI 65#
69 PI 66#
70 PI 67#
71 PI 68#
72 PI 69#
73 PI 70#
74 PI 71#
75 PI 72#
76 PI 73#
77 PI 74#
78 PI 75#
79 PI 76#
80 PI 77#
81 PI 78#
82 PI 79#
83 PI 80#
84 PI 81#
85 PI 82#
86 PI 83#
87 PI 84#
88 PI 85#
89 PI 86#
90 PI 87#
91 PI 88#
92 PI 89#
93 PI 90#
94 PI 91#
95 PI 92#
96 PI 93#
97 PI 94#
98 PI 95#
99 PI 96#
100 PI 97#
101 PI 98#
102 PI 99#
103 PI 100#
104 PI 101#
105 PI 102#
106 PI 103#
107 PI 104#
108 PI 105#
109 PI 106#
110 PI 107#
111 PI 108#
112 PI 109#
113 PI 110#
114 PI 111#
115 PI 112#
116 PI 113#
117 PI 114#
118 PI 115#
119 PI 116#
120 PI 117#
121 PI 118#
122 PI 119#
123 PI 120#
124 PI 121#
125 PI 122#
126 PI 123#
127 PI 124#
128 PI 125#
129 PI 126#
130 Cuma Promo Yah Guys... Bukan up
131 Masih numpang yah guys..
132 PI 127#
133 PI 128#
Episodes

Updated 133 Episodes

1
Prolog # Perfect Imperfection
2
PI # Interview Kerja
3
PI 2# Tak Ada Arti
4
PI 3# Tempat Berteduh
5
PI 4# Penyesalan
6
PI 5# Cinta Sejati
7
PI 6# Seandainya
8
PI 7# Mulai Kerja
9
PI 8# Ikut Rapat
10
PI 9# Karma
11
PI 10# Tertunduk Malu
12
PI 11# Sesak
13
PI 12# Belum Siap
14
PI 13# Bicara
15
PI 14# Maaf
16
PI 15# Kehilangan Fokus
17
PI 16#
18
PEMBERITAHUAN
19
PI 17# Heran
20
PI 18# Suami Istri Kompak
21
PI 19#
22
PI 20#
23
PI 21# Tanggung Jawab
24
PI 22# Mengantar Nadira
25
PI 23# Gang Sempit
26
PI 24# Menahan Amarah
27
PI 25# Orang Gila
28
PI 26# Salah Kaprah
29
PI 27# Baku Hantam
30
PI 28# Takdir Berliku
31
PI 29# Tidak Peka
32
PI 30# Runyam
33
PI 31# Bukan Cenayang
34
PI 32# Semakin Menarik
35
PI 33#Menaruh Kagum
36
PI 34# Cemburu??
37
PI 35# Aneh
38
PI 36# Selingkuhan
39
PI 37# Gejolak
40
PI 38# Sulit untuk Lupa
41
PI 39# Ketegangan
42
PI 40# Pembangkang
43
PI 41# Tekad
44
PI 42# Licik
45
PI 43# Berbagi Kamar
46
PI 44# Degup Jantung
47
PEMBERITAHUAN
48
PI 45# Sesak
49
PI 46# Imbalan
50
PI 47# Pedih
51
PI 48#
52
PI 49#
53
PI 50#
54
PI 51#
55
PI 52#
56
PI 53#
57
PI 54#
58
PI 55#
59
PI 56#
60
PI 57#
61
PI 58#
62
PI 59#
63
PI 60#
64
PI 61#
65
PI 62#
66
PI 63#
67
PI 64#
68
PI 65#
69
PI 66#
70
PI 67#
71
PI 68#
72
PI 69#
73
PI 70#
74
PI 71#
75
PI 72#
76
PI 73#
77
PI 74#
78
PI 75#
79
PI 76#
80
PI 77#
81
PI 78#
82
PI 79#
83
PI 80#
84
PI 81#
85
PI 82#
86
PI 83#
87
PI 84#
88
PI 85#
89
PI 86#
90
PI 87#
91
PI 88#
92
PI 89#
93
PI 90#
94
PI 91#
95
PI 92#
96
PI 93#
97
PI 94#
98
PI 95#
99
PI 96#
100
PI 97#
101
PI 98#
102
PI 99#
103
PI 100#
104
PI 101#
105
PI 102#
106
PI 103#
107
PI 104#
108
PI 105#
109
PI 106#
110
PI 107#
111
PI 108#
112
PI 109#
113
PI 110#
114
PI 111#
115
PI 112#
116
PI 113#
117
PI 114#
118
PI 115#
119
PI 116#
120
PI 117#
121
PI 118#
122
PI 119#
123
PI 120#
124
PI 121#
125
PI 122#
126
PI 123#
127
PI 124#
128
PI 125#
129
PI 126#
130
Cuma Promo Yah Guys... Bukan up
131
Masih numpang yah guys..
132
PI 127#
133
PI 128#

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!