Pagi ini matahari bersinar begitu cerah, setelah kemarin hujan turun dengan begitu derasnya. Semalam Izzah tak bisa tidur dengan nyenyak. Mimpi buruk menghiasi tidurnya. Bayangan akan kejadian memilukan itu selalu terlintas. 'Entah sampai kapan akan terus begini', gumamnya.
Tiba-tiba Izzah baru teringat pada Ibu Nuri, bos tempatnya bekerja dikampung. Izzah lupa mengabari bahwa dia pindah untuk bekerja dikota. Izzah lalu mengambil ponselnya yang terletak diatas nakas dan berjalan menuju taman yang ada di samping rumah.
Suasananya begitu nyaman, taman yang tertata rapi begitu asri dengan beraneka macam bunga. Namun mawar putih terlihat begitu mempesona diantara bunga-bunga yang lain. Saat Izzah mencoba menelpon Bu Nuri sebuah tangan merampas ponselnya dengan kasar.
"Kau mau menghubungi siapa?"
Izzah terperanjak kaget. "Tu..tuan Rayhan, bagaimana anda bisa,..?"
"Masuk ke rumah ini?" potong Rayhan. "Inikan rumahku jadi aku bebas kapan saja mau masuk. Aku punya kunci cadangan. Kenapa? Apa kau keberatan?" sambung Rayhan.
"Ti...tidak tuan. Apa tuan mau Izzah buatkan kopi?" Tawar Izzah dengan hati-hati.
"Aku tidak datang kemari untuk minum kopi. Aku datang untuk..." ucap Rayhan seraya tangannya mencoba memegang pipi Izzah.
Izzah refleks mencoba bangkit dari posisi duduknya. Perasaannya sudah tidak enak. Tapi Rayhan mendorongnya kasar agar duduk kembali di kursi panjang tempat duduk Izzah tadi.
"Kau mau kemana? Sudah kubilang padamu, kau harus melayaniku kapanpun aku mau. Kau sudah ku beli. Jadi kau ini milikku." ucap Rayhan dengan nada suara yang tinggi.
"Tapi tuan ini dosa. Ini dilarang agama tuan." ucap Izzah ketakutan.
Tapi Rayhan tak perduli dengan ucapan Izzah. Dia malah semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Izzah. Saat Rayhan hendak menciumnya, dengan cepat Izzah memalingkan wajahnya sambil berucap "Astaghfirulllah, astaghfirullah, astaghfirullah. Ampuni aku yaa Allah".
Rayhan merasa dongkol, akhirnya mundur dan duduk bersandar. "Kau membuatku sudah tak berselera lagi." Lalu dia berlalu meninggalkan Izzah begitu saja.
"Alhamdulillah yaa Allah." ucap Izzah penuh syukur.
Kembali Izzah mengambil ponsel yang tadi sempat dirampas Rayhan di atas meja.
Izzah memutuskan untuk mengirim pesan saja. *Assalamualaikum Bu, maaf Izzah baru bisa ngasih kabar. Pasti Ibu bingung, kenapa Izzah gak masuk kerja kemarin. Mohon maafkan Izzah Bu, Izzah terpaksa berhenti bekerja ditempat Ibu. Karena Izzah harus ke kota. Orang tua Izzah mengirim Izzah kemari untuk membantu kerabat kami. Sekali lagi Izzah mohon maaf Bu, karena tidak bisa berpamitan dulu. Terima kasih selama ini Ibu sudah menerima Izzah bekerja ditempat Ibu.*
Seharian di rumah tak ada yang bisa Izzah kerjakan, hanya makan, minum, sholat dan tidur. Ingin sekali rasanya dia mengobrol dengan Bi Asih, tapi Izzah takut akan mengganggunya.
Izzah mondar-mandir berjalan di taman, kadang-kadang sesekali ia melihat ke arah rumah belakang. Tanpa disadari sepasang mata tengah mengawasinya.
"Bu... coba atuh kesana, liatin Neng Izzah siapa tau butuh sesuatu. Dari tadi bapak lihat dia teh mondar-mandir terus seperti setrikaan. Hihihi..." celetuk Mang Diman.
"Isshh si abah ada-ada saja, masa Neng Izzah dikatain setrikaan." jawab Bi Asih sambil tersenyum.
"Habis dari tadi bolak balik terus, liat aja atuh lantai itu jadi bersih karena disapu sama roknya Neng Izzah." lanjut Mang Diman.
"Aahh si abah, biarin aja Neng Izzah sendiri dulu, mungkin Neng Izzah lagi ada masalah, nanti kalau butuh sesuatu pasti manggil kita. Kemarin sudah ibu bilangin, kalau butuh sesuatu tinggal panggil kita saja." ucap Bi Asih panjang lebar.
"Ya sudah kalau gitu, lebih baik kita lanjut kerja saja."
Bi Asih dan Mang Diman melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Sementara Izzah masih saja sibuk mondar-mandir memikirkan nasibnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 337 Episodes
Comments
Fitri An
semoga cerita nya tambah menarik 😁😁😁
2021-03-13
0
Lia
Semoga Dibuka kan hidayah
2021-02-09
0
Ririn Satkwantono
keenakan bc jd gk pingin koment..hihi
2021-02-06
3