Mereka sampai di sebuah rumah, tepatnya villa. Suasananya begitu asri. Tepat didepan pintu berdiri pria dan wanita yang usianya sekitar setengah abad.
"Mang Diman, Bi Asih ini Izzah, dia akan tinggal disini. Tolong urus segala kebutuhannya. Aku pulang dulu." ucap Rayhan.
"Baik Tuan..." jawab Mang Diman dan Bu Asih bersamaan.
"Mari neng masuk..." ucap Bi Asih.
Izzah melangkah masuk, sementara dibelakangnya samar-samar dia mendengar suara Bi Asih.
"Nggak nyangka yaa Pak Tuan Rayhan akan punya wanita simpanan, padahal Tuankan bisa saja menikah. Terus Neng Izzah juga kok mau-maunya yaa jadi wanita begituan padahal kan Neng Izzah teh kelihatan alim, astaghfirullah cantik-cantik kok mau yaa begitu..." ucap Bi Asih setengah berbisik.
"Huussshh Ibu ini kalau ngomong nggak dijaga, bisa saja Neng Izzah teh temennya Tuan Rayhan. Nggak usah su'udzon gitu Bu..." jawab Mang Diman.
"Iihh... si bapak mah gak tau aja kalau..."
"Sudah-sudah bu, gak usah ngejulidin orang. Kita teh disini buat kerja bukan buat ngomongin orang." ucap Mang Diman memotong omongan Bi Asih.
Izzah melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah bernuansa klasik ini. Sungguh rumah yang sangat indah dan nyaman. Tampak semua perabotan ditata dengan begitu rapi. Sejenak Izzah termenung memandang setiap sudut rumah ini.
Tepukan tangan Bi Asih dipundaknya membuyarkan lamunan Izzah.
"Neng Izzah kamarnya sebelah sini, didalamnya sudah ada kamar mandi neng. Nanti neng Izzah bisa keliling sendiri liat rumah ini. Kalau neng Izzah butuh sesuatu saya dan Mang Diman ada di rumah belakang." ucap Bi Asih panjang lebar sambil menujuk ke arah belakang rumah.
"Terima kasih ya Bi Asih." ucap Izzah.
"Kalau begitu saya permisi dulu, neng Izzah istirahat saja dulu." ucap Bi Asih.
"Baik Bi, sekali lagi terima kasih banyak."
"Tidak usah sungkan neng, ini memang sudah tugas saya. Mari neng saya permisi ke belakang dulu." Ucap Bi Asih seraya berlalu meninggalkanku yang mematung didepan pintu kamar yang ditunjukkan Bi Asih tadi.
Izzah membuka pintu kamar, tas pakaian yang dibawa dari kampung ia buang diatas tempat tidur. Izzah berlari menuju kamar mandi. Meyalakan shower dengan keras, butiran air yang begitu deras membasahi kerudungnya hingga seluruh pakaiannya basah kuyup.
Izzah menangis sejadi-jadinya membayangkan kejadian yang baru saja menimpanya. Ingin sekali Izzah berteriak, tapi ia takut nantinya akan terdengar oleh Mang Diman dan Bi Asih.
"Yaa Allah, kenapa semua ini terjadi padaku. Apa salahku yaa Allah. Kenapa harus begini, kenapa harus aku? Kenapa Engkau memberikanku cobaan yang begitu berat yaa Allah?" jerit Izzah dikamar mandi.
Batinnya begitu tersiksa. 'Apa aku harus bunuh diri?' gumamnya dalam hati..
Tiba-tiba pikiran untuk bunuh diri terlintas dipikiran Izzah. Segera dia keluar menuju dapur mencari sebilah pisau, berniat untuk menusuknya langsung tepat di jantungnya.
Setelah mendapatkan pisau, Izzah berdiri tepat didepan lemari pendingin yang membuat bayangannya yang sedang memegang pisau tampak jelas. Sejenak Izzah terdiam tanpa sadar pisau itu sudah jatuh kelantai.
"Astaghfirullah'haladzim...ampuni aku yaa Allah, maafkan aku yaa Allah. Engkau tidak akan memberikan cobaan kepada hambaMu diluar batas kemampuan mereka. Yaa Allah ampuni aku." Tangis Izzah pecah seketika, 'Kenapa aku sebodoh ini? Kenapa aku bisa berpikiran untuk bunuh diri. Sementara aku tahu perbuatan itu amat sangat berdosa. Ampuni aku yaa Allah.' ucap Izzah dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 337 Episodes
Comments
Cila Mici
kasian izzah teh 😭
2021-06-04
0
Sondangcesilia Siregar
😥😥😥😥😥😥😥😥
2021-04-10
0
Alex Agler Zeroud
kok sama cerita nya dengan film ombak rindu
2021-03-09
0