Arkana berhasil menyusul Naina dilorong panti. Ia langsung menarik lengan gadis itu dan membalikkan tubuhnya hingga mereka berhadapan.
Naina meringis sakit padahal Arkana tidak terlalu kuat memegangnya. Ia sempat melihat pergelangan tangan gadis itu yang berwarna biru kehitaman.
"Lepaskan aku," Naina reflek menarik tangannya saat menyadari Arkana menatap lebam hadiah dari ayahnya tadi malam.
"Kau terluka," ucap Arkana.
"Bukan urusan mu," ketus Naina.
"Aku mencoba membantu mu."
"Ah.. simpati," ejek Naina." Tidak, terimakasih tuan. Hal yang terakhir aku butuhkan adalah terlibat dengan orang seperti anda."
"Apa maksudmu orang seperti aku?"
"Anda kaya, berkuasa, merasa dunia ada dibawah kendali anda."
"Jangan sok suci. Kau menolak terlibat dengan ku tapi dengan senang hati menerima lamaran kakekku. Haruskah ku sebut munafik?"
"Aku tidak seperti yang kau pikirkan."
"Jangan terlalu sentimen," ketus Arkana saat melihat mata Naina yang mulai berair."Aku tidak suka drama. Menikah saja dengan ku. Aku akan membereskan semua masalah mu. Setelah itu kita bercerai. Tidak perlu melibatkan Arthur."
"Pernikahan bukan permainan tuan Arkana."
"Dan kau bersungguh-sungguh saat memutuskan akan menikahi Arthur? Jangan bercanda nona."
"Aku berjanji merawatnya sampai akhir. Kakek tulus kepadaku. Tidak seperti mu."
"Aku percaya kakek tulus kepada mu. Yang aku ragukan ketulusan mu pada kakek. Kau yang bilang sendiri bahwa kau gadis yang kurang beruntung."
Naina memejamkan mata nya dan menarik nafas panjang. Didadanya terasa seperti ditindih beban berat.
"Tenang saja tuan...aku tidak akan menikah dengan kakek mu apalagi denganmu."
"Kau berani menolakku? Kau tau berapa banyak wanita yang ingin berada diposisi mu?"
"Kalau begitu menikah saja dengan salah satu dari mereka."
"Dan membiarkan kau menikah dengan kakek ku? Jangan harap."
"Harus ku ulang berapa kali agar kau percaya aku tidak akan menikah dengan salah satu dari kalian."
"Aku tidak percaya wanita."
Arkana melangkah maju mendorong Naina ketembok. Untung saja Naina masih membawa nampan sehingga jarak diantara mereka berhenti beberapa senti.
"Mau apa kau?"Naina terlihat panik.
"Demi kepentingan kita bersama aku harap kau menikah dengan ku. Dengan begitu aku bisa mengawasi mu agar tidak menggangu kakek ku lagi," ucapan tajam Arkana membuat Naina gemetar. Apalagi lelaki itu terus mendekatkan wajah mereka hingga Naina dapat mencium aroma harum Cendana dari tubuh Arkana
"Jangan mendekat." Naina mendorong Arkana dengan panik. Bukannya menjauh lelaki itu malah tersenyum.
"Kau gemetaran," tangan Arkana membelai wajahnya yang ketakutan."Kalau aku tidak salah kau masih perawan bukan? Apa kakek korban pertama mu?"
PLAK!!
Naina menampar Arkana membuat wajah lelaki itu merah dan panas.
"Kau...." dengan gerakan begitu cepat Arkana menarik tengkuk Naina dan mendaratkan ciuman keras dibibir gadis itu.
Naina meronta, berusaha mendorong dengan satu tangan.
Arkana tak perduli. Ia menghisap dengan keras sebelum melepaskannya secepat ia menyentuhnya.
Seketika ia mundur khawatir Naina akan membalasnya karena dilihatnya gadis itu menatapnya dengan pandangan membunuh.
"Kau lumayan juga. Aku tidak sabar menunggu malam pertama kita,"goda Arkana.
"Tidak akan ada malam pertama,"geram Naina sambil menghapus ciuman Arkana dari bibirnya.
Arkana malah tertawa melihat tingkah gadis itu.
"Kita lihat saja sekuat apa kau mampu bertahan. Selamat siang nona. Kita akan bertemu lagi.. segera.."
Arkana meninggalkan Naina yang masih berusaha menghapus jejak bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Amelia Syharlla
🤣🤣🤣🤣
2023-02-19
0
Diana Marwah
Trnyata dh Rencananya, Si Kakek Author,,
2021-05-15
0