Mereka semua melihat kearah suara berisik itu. Dipintu tampak yang menjadi tema pembicaraan sedang membereskan pecahan gelas dengan tangan gemetar.
Tak ada yang bicara. Mereka terbenam dalam pikiran masing-masing namun enggan untuk mengeluarkannya.
"Maaf," akhirnya gadis itu bersuara juga. Suaranya lembut, agak serak. Ia tak berani menatap siapapun yang ada didalam kamar. "Aku akan mengambil obatnya lagi, permisi," Naina cepat-cepat meninggalkan tempat itu.
"Dasar kau," Arthur melempar berkas yang ada ditangannya kearah Arkana."Bagaimana kalau dia mendengar ucapan mu. Pikir dulu sebelum bicara," omelnya.
"Seperti nya memang dia mendengar tadi kek.. makanya gugup,"komentar Samuel.
""Terus kenapa kalau dia dengar, biar saja. kalau ucapan ku tidak benar dia tidak perlu gugup begitu," tantang Arkana.
"Lihat Sam, bagaimana mungkin aku bisa menikahkan gadis kesayangan ku dengan bocah ingusan macam ini," Arthur makin marah.
"Kesayangan apa..dia itu cuma mau morotin kakek,"seru Arkana tak mau kalah.
Bersamaan dengan itu Naina muncul lagi diambang pintu.
Untuk kedua kalinya.. semua mata memandang kearah nya.
Hening.
"Maaf, sudah waktunya kakek minum obat," Naina akhirnya memecah kebisuan itu. Ia masuk kedalam kamar melewati Samuel dan Arkana yang menatanya tajam.
Dengan telaten ia meminumkan obat pada kakek.
"Kami sedang dalam pembicaraan penting, tidak bisakah kegiatan ini ditunda dulu,"protes Arkana. Ia tidak suka melihat kakeknya begitu dekat dengan orang asing.
"Setiap obat sudah ada jadwal nya masing-masing. Melewatkan jadwal berarti menambah resiko pasien akan mengalami pembekuan pembuluh darah yang mengakibatkan kelumpuhan atau bahkan kematian. Apakah anda masih ingin menundanya tuan yang terhormat?"tanpa menghentikan kegiatannya Naina menjelaskan dengan dingin.
Samuel mengusap tengkuknya yang tidak gatal.
Arkana langsung cemberut. Punya taring juga rupanya.
Arthur malah tersenyum senang.
"Kau memang selalu tau yang terbaik untuk ku sayang...."ucapnya sumringah.
"Dasar tua bangka," Arkana bergumam pelan."Jangan terlalu mendramatisir, kita masih dalam pembahasan penting kakek,"serunya.
"Kalau mau bicara silahkan saja. Aku dan Naina akan menikah. Tidak ada rahasia diantara kami," Arthur dengan enteng nya berucap.
"Tidak selagi aku masih hidup," tegas Arkana. "Aku sudah bilang aku yang akan menikahinya."
BRAK!!
Naina, dengan sengaja, meletakkan nampan obat yang sudah diminum Arthur diatas nakas dengan kuat.
"Maaf...tapi saya menolak," Naina berucap pelan namun ketegasan jelas terdengar dalam suaranya.
"Kenapa? Apa aku kurang pantas untukmu?" pertanyaan Arkana penuh dengan nada sarkasme.
"Kenapa nak? Kau tidak suka dengan cucuku?" suara Arthur selalu bernada lembut saat bicara dengan Naina tapi langsung berubah keras ketika menghadapi Arkana. Kenyataan itu yang membuat Arkana bertambah kesal.
"Apa kau sengaja memilih suami seperti kakek karena kakek akan selalu menjadi suami yang mengikuti keinginan mu?"sindir Arkana.
Naina mengangkat wajahnya dan dengan berani menatap tajam pada lelaki tampan tapi arogan itu penuh kebencian.
"Hanya untuk sekedar informasi tuan Arkana Seta yang terhormat, selama ini aku yang selalu menuruti keinginan kakek dan bukan sebaliknya. Aku menolak menikah dengan mu karena aku tidak mau lepas dari mulut buaya masuk ke mulut singa. Aku mungkin gadis yang tidak beruntung tuan Arkana, tapi aku masih punya dua kaki dan tangan yang akan selalu membantu ku untuk bangkit tanpa perlu bantuan orang lain."
Mata nya berair, pipinya merah dan panas, tangannya pun masih bergetar saat mengangkat kembali nampan obat dari atas nakas.
"Permisi, aku masih ada pekerjaan yang lain," tanpa bicara lagi ia meninggalkan tempat itu.
"Kau tau sekarang kenapa aku menyayangi Naina?" sindir Arthur merasa bangga dengan gadis pilihannya.
"Brengsek!" umpat Arkana sebelum keluar ruangan.
"Aku rasa kita berhasil," komentar Samuel dengan senyum yang sedari tadi ia sembunyikan.
"Aku belum tenang jika mereka belum menikah," ucap Arthur.
"Sabar kek, aku kenal betul cucumu yang temperamental itu."
"Mudah-mudahan dia bisa mengambil keputusan yang tepat untuk kebahagiaan nya," doa Arthur tulus
untuk cucu tersayangnya.
Ya..dari awal memang mereka berdua yang merencanakan skenario ini. Arthur berharap kedua insan yang terluka itu bisa saling melengkapi. Semoga saja mereka tidak terlalu keras kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
inayah machmud
pintar banget kakek arthur sama samuel bikin rencana. ..
2023-07-04
0
Eti Karyati Wicaksana
seruuu suka
2021-09-18
1
Siti Sitirahmawati
oohhh..ternyata...
2021-06-12
0