Norak

Rhea muak. Ia muak dengan semuanya. Baru semalam ia di kabarkan akan menikah dengan sang berandal sekolah, dan hari ini juga pernikahan nya itu akan di langsungkan.

"Tan, jangan tebel-tebel dong!" Protes Rhea begitu Ibunda dari Nayla merias wajahnya. Ini keinginan nya juga agar Sinta yang make-over wajahnya dan bukan orang lain.

"Gak tebel kok sayang, ini pertama kalinya loh Tante merias pengantin setipis ini." Sinta merapihkan riasan di wajah Rhea. "Nah selesai!" Ucapnya heboh, lalu mengambil gaun putih cantik pilihan Prisil. "Sekarang Tante bantuin kamu pake gaunnya, jangan protes ya, suami kamu bahkan udah selesai ijab kabul."

Rhea menghela jengah. "Gak resepsi kan? Gak usah lah Tan make gituan. Jatuhnya ribet nanti," protes Rhea halus.

Sinta tak menggubris dan dengan antusias membantu Rhea memakai gaun cantik tersebut. Ia juga menaruh sebuah mahkota kecil di rambut Rhea yang tergerai indah. Setelah terpasang kan, wanita paruh baya itu bertepuk tangan heboh. "Andai Tante punya anak laki yang seumuran kamu, udah Tante jodohin." Rhea melotot mendengarnya. "Atau kamu mau sama Abang Nayla yang duda hot itu? Enak loh, dapet duda ganteng dapet pula anak semanis Laras."

"Kak Nayla Kakak ipar aku, Tan. Gimana bisa aku nikah sama saudaranya?"

Baru Sinta ingin menjawab, pintu kamar itu terbuka, menampilkan Nicko yang berdiri diambang pintu bersama Kenav sedang menatap Rhea.

"Udah ditungguin, lama amat lo."

Rhea menghela sebelum ia beranjak dan turun kebawah dengan dituntun oleh Sinta.

...🐤🐣🐥...

Cincin bermata'kan berlian kecil itu tersemat di jari manisnya. Rhea merutuki nasibnya yang menikah diusia muda tanpa bisa menolak. Dengan amat sangat terpaksa, ia mencium punggung tangan Gara yang tak menampilkan ekspresi apapun.

Tepuk tangan tamu undangan begitu meriah sambil sesekali menggoda kedua pengantin baru itu. Walaupun acara ini privasi dan yang datang hanya kerabat dekat saja, namun orang-orang yang ada dirumah besar itu nampak sangat antusias memeriahkan acara tersebut.

"Don't let anyone know about this! Gue gak mau orang yang gue sayang terluka karena ini," bisik Gara.

"Nyenyenye," cibir Rhea pelan.

Rhea memandang Riko dan Prisil yang berjalan mendekat. Pria paruh baya itu menyentuh bahu Gara hingga Gara mendongak menatapnya. "Mulai sekarang Ayah mau kamu kerja di perusahaan keluarga. Dari nol ok?!" Ucap Riko membuat Gara memutar mata. "Udah ada tanggung jawab, gak usah bandel lagi."

Riko menepuk pundak Gara sekali sebelum kemudian ia berlalu menemui saudara-saudara nya yang datang.

"Anak Bunda," wanita yang kini menyandang gelar mertua Rhea itu memeluk Rhea erat. "Mulai sekarang kamu tinggal dirumah Bunda, ya."

Rhea hanya mengangguk sembari tersenyum canggung. Ia memandang ketiga saudaranya yang terlihat tak ada niat untuk memeluknya. Rhea pun inisiatif bergerak pelan kedepan dan memeluk ketiganya secara bergantian.

"Kalian jahat," bisik Rhea lirih sembari membiarkan air mata-nya turun membasahi kemeja Abang-nya. Ia membenamkan wajahnya di dada Nicko. Hingga make-up nya hancur berantakan akibat ulahnya sendiri. "Aku pergi dari sini artinya Nicko sama Kenav bakal sering terlambat sekolah. Inget, aku ketua OSIS, Nicko. Bisa ngasih hukuman lebih berat buat kamu." Ancam Rhea tak main-main.

"Dih sadis banget lo jadi adek." Gerutu Nicko. Rhea pun melepaskan pelukan nya secara perlahan.

"Kak, cepet-cepet kasih gue ponakan."

Rhea meraup wajah Kenav sambil berdecak. "Aku emang udah nikah, tapi keperawanan aku bakal aku jaga sampai nanti."

Nicko melirik Gara sebentar lalu kembali memandang adiknya. "Halah, baru sehari se-kamar sama Gara aja lo dah kagak perawan pasti. Kita tunggu aja kabar baiknya," alis Nicko naik turun sambil merangkul bahu Abang dan adiknya.

Rhea sadar di keluarganya, hanya dirinya yang pendek. Sementara ketiga saudara laki-lakinya memiliki postur tubuh yang bisa dikatakan ideal dan tinggi. Apalagi bertambah Gara yang kini menjabat sebagai suaminya.

Rhea jadi merasa kurcaci, kawan!

Rhea dan Gara hanya melangsungkan akad nikah tanpa resepsi karena permintaan dari kedua mempelai. Alasan Rhea jelas karena tak ingin Bara dan sahabatnya mengetahui ini semua. Kalau Gara, dia hanya tak mau berkaitan dengan sesuatu yang ribet.

Alfan mendekat dan menyentuh bahu Rhea. "Kamu sekarang istirahat dikamar dulu bareng Gara. Gak boleh pisah ranjang apalagi pisah kamar. Sana!"

Keduanya digiring masuk kedalam kamar pengantin yang sudah dihias se-apik mungkin, namun nampak menjijikkan dimata Rhea. Rhea bergerak mendekati ranjang dan menyibak selimut hingga semua mawar itu jatuh ke lantai.

"Yang hias siapa sih?" Decak Rhea sembari menata kembali bantal dan selimut seperti semula. "Norak."

Gara sudah berlalu kekamar mandi. Rhea pun duduk dimeja rias untuk menghapus make-up nya yang terasa penuh diwajahnya. Kemudian ia masuk kedalam walk in closed. Rhea melepas gaunnya lalu meraih piyama doraemon kesayangannya. Rhea malas jika harus mandi, apalagi kini hampir menjelang pukul 22:00 WIB. Air dingin jelas tak baik untuk kesehatan tubuh.

Rhea merebahkan tubuh diatas ranjang lalu buru-buru menarik selimut untuk menutup tubuhnya. Setelah lelah seharian menyiapkan mental untuk menikah dengan berandal Nusa Bangsa, Rhea butuh istirahat yang cukup sebelum besok tenaga dan emosinya akan diuji oleh suaminya sendiri.

Setelah memutar salah satu musik favoritnya, ponsel pintarnya ia letakan diatas nakas. Rhea mulai pulas ketika lagu 'Katakan Saja' mengalun indah di telinganya.

Menghabiskan beberapa menit saja untuk membersihkan diri sebelum Gara mengenakan pakaian santai dan berbaring disamping Rhea. Gara menatap Rhea yang tertidur menyamping memunggungi-nya.

"Ungodly wife!" Cetus Gara sinis.

/Istri durhaka.

Paginya Rhea sudah berdiri tegap di depan gerbang sekolahnya. Lima belas menit lagi gerbang akan ditutup dan SMA Nusa Bangsa nampak sudah ramai. Rhea membuka ponselnya dan mencari-cari kontak Gara disana. Setelahnya ia menepuk jidat sembari memandang Fira yang berdiri di sampingnya.

"Punya nomer Gara?"

Dahi Fira mengkerut lalu mengangguk antusias. "Punya dong. Tapi tumben lo nanya hal yang bersangkutan dengan A'a Gara. Ada apa nih?" Tanya Fira heran.

Rhea memalingkan muka untuk menghindari wajah Fira yang kentara sekali penasaran padanya. "Pak Kendrick nyuruh aku menghubungi Gara dijam ini juga."

"Yaudah biar gue aja, sekalian modus kali aja bisa ngajak nge-date." Ujar Fira menyengir lebar. Rhea berlalu meninggalkan gerbang berniat memasuki ruangan OSIS. Langkahnya terhenti begitu melihat Bara yang duduk didepan ruang OSIS sambil tersenyum cerah memandang ponselnya.

Rhea berdeham pelan menginterupsi kegiatan Bara. Bara mendongak dan langsung menarik Rhea untuk duduk di sampingnya.

"Mabok yok," Rhea spontan memukul kepala Bara sadis. Bara mengadu kesakitan. "Kenapa dipukul sih?"

"Aku mau kita putus."

Bara melongo, "Gak mau, harus aku yang mutusin kamu baru kita putus."

"Yaudah putusin aku," sahut Rhea menantang.

"Not! Kita putus setelah aku ngerasa bosen sama kamu."

Rhea mendeliki Bara yang kini tersenyum tengil. "Becanda doang elah. Napa sih mau putus? Dari SMP loh kita pacaran, gak rela aku diputusin pas lagi cinta-cintanya."

"Cuman mau fokus belajar aja, kita putus ya Bar? Cewek kamu bejibun persis kek Cakra." Ucap Rhea setelah beberapa menit terdiam. Ia menyambung lagi. "Kita putus oke?!"

"Aku gak ganggu waktu belajar kamu loh, Rhe. Jadi buat apa coba? Adanya aku kan bisa nyemangatin kamu." Ujar Bara setengah memelas. Walau benar cadangannya banyak, bukan berarti ia bisa melepaskan Rhea dengan mudah. Gadis itu merupakan orang pertama yang berhasil membuat dirinya merasa bahagia dengan kehadiran sosok perempuan.

Dan, urusan hati, mungkin benar dia memang mencintai Rhea.

Rhea tak menjawab melainkan masuk kedalam ruangan OSIS yang tentunya diikuti oleh Bara di belakangnya. Di dalam ruangan tersebut, ada beberapa anggota OSIS yang sedang duduk dan menatap keduanya bingung.

...🐥🐣🐤...

Di kediaman Orlando, Gara terbangun sambil menguap lalu memandang jam di ponsel pintarnya. Sudah pukul 7 pagi dan dia sama sekali tak berniat untuk datang ke sekolah. Pemuda itu beranjak dari ranjang dan mulai membersihkan diri sebelum kemudian ia memakai jaket denim dengan celana OSIS berwarna abu-abu tersebut. Ia mengambil ponselnya yang berbunyi lalu mendengkus.

Adnan

Send a picture

[Berulah nih, markas kita ancur bos]

Tandai typo

Terpopuler

Comments

Dhina ♑

Dhina ♑

makin rajin

2020-11-19

1

lika cntek

lika cntek

cie merah

2020-11-10

5

Ken cute

Ken cute

lanjut Thor?

2020-11-09

7

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!