Sebuah kain hitam

Pukul 21:40

Hari mulai gelap gulita, para peserta kemping mendapatkan waktu untuk istirahat dan mempersiapkan diri untuk besok. Sedangkan di tenda Ayra sibuk menyusun rencana untuk menjebak Elena di tengah hutan.

"Ayra" panggil Alin tiba tiba yang membuat Ayra menoleh ke arahnya.

"Kenapa?"

"Lu beneran yakin sama rencana ni? Lu siap apa akibatnya kalo berhasil?" tanya Adel dengan tatapan khawatir untuk Alin.

"Ya udah sih, gue yakin banget kali ini. Lu sendiri belum apa apa kok takut banget" sahut Ayra dengan wajah yang yakin akan berhasilnya tindakan tersebut.

"Rencana kita jadi kan" gerutu Alin dengan wajah yang sangat kesal.

"Jadi, ini kesempatan kita buat celakain si cupu itu" sahut Ayra dengan memasang wajah sadisnya itu.

"Okeh, sekarang" ucap Alin beranjak pergi dari tenda.

"Alin" panggil Adel tiba tiba yang membuat Alin berhenti dan menoleh ke arah Adel.

"Apa lagi?" jawab Alin datar.

"Semangat cayangkuu" kata Adel dengan ekspresi yang dibuat buat, wajah Adel terlihat imut.

"Udah cepet sana" gumam Ayra yang merasa risih dengan tingkah laku Adel.

Alin berjalan cepat menuju ke tenda Elena, ia tak sabar ingin menyesatkan Elena di tengah Hutan.

Sesampainya di tenda Elena, Alin langsung memanggil Elena dengan suara cemprengnya itu.

"Elenaaa!"

"Elenaa" panggil Alin lagi.

"Elenaa" Alin sudah memanggil Elena 3 kali tetapi Elena belum menampakan batang hidungnya.

Tak lama kemudian Elena keluar dari tendanya.

Elena terlihat kelihatan kesal akibat terbangun dari tidurnya tengah malam akibat panggilan dari Alin tersebut.

"Kenapa Lin?" tanya Elena penasaran.

"Emmm, gue mau minta tolong anterin gue cari buku gue yang jatoh di sana" tunjuk Alin ke arah hutan dengan jari telunjuknya.

"Kalo besok aja gimana?" protes Elena dengan nada pelan, ia merasa takut karena di hutan sangat gelap.

"Gak bisa. Harus sekarang buku itu penting banget bagi gue" desak Alin dengan memasang wajah yang memelas.

"Yaudah, ayo gue anterin. Eh bentar gue ambil peta dulu" kata Elena beranjak pergi tetapi tangannya langsung ditahan.

Elena kini sudah akan pergi untuk mengambil peta dari dalam tendanya sendiri sebelum tangannya tiba tiba ditahan oleh tangan Alin sehingga membuat Elena menjadi keheranan.

"Gak usah, gue udah bawa" tolak Alin langsung menarik tangan Elena.

"Owh yaudah"

Elena berhenti sejenak.

"Lin bentar ya. Gue lupa bawa HP buat senter" ujar Elena yang beranjak pergi ke tendanya tetapi tangannya ditahan lagi oleh Alin.

"Gak perlu, liat deh ada bulan purnama udah cukup terang" jelas Alin menunjuk bulan purnama dengan jari telunjuknya itu.

Elena melihat ke arah yang ditunjukan oleh Alin.

"Iyah juga sih, yaudah deh" ucap Elena pasrah.

Elena hanya berniat untuk menolong Alin, dan tak berpikir bahwa Alin akan mencelakainya, lalu mereka melanjutkan perjalanannya untuk mencari buku milik Alin.

"Eh kayaknya buku gue jatoh di sana. Lo pergi kesana terus gue cari disekitaran sini. Buku gue itu warnanya maroon" usul Alin dengan menatap Elena sekilas.

"Gue?" tanya Elena menatap mata Alin tak percaya.

"Iyalah siapa lagi kalo bukan lo" jawab Alin dingin.

"Tapi gue takut Lin. Itu gelap" tolak Elena dengan wajah sedikit takut.

"Apasih penakut banget. Emang dari sini keliatannya itu gelap tapi kalo udah sampe, di sana bakal terang karna ada cahaya bulan purnama El" jelas Alin menatap mata Elena.

"Yaudah gue ke sana, tapi jangan di tinggal" kata Elena menahan rasa takutnya itu.

"Engga" gumam Alin mendorong tubuh Elena dengan kasar.

Lalu Elena mulai berjalan dengan terpaksa, ia harus melawan rasa takut ini.

"Cepet Elena" gerutu Alin.

Alin mulai berakting mencari bukunya yang hilang.

Elena terus berjalan sambil melihat kebawah, ia berusaha semaksimal mungkin agar menemukan buku yang berwarna maroon itu, tanpa ia sadari ternyata sudah berjalan cukup jauh.

Alin melirik ke arah Elena dan ternyata Elena sudah tidak ada.

Elena yang kini sedang mencari buku maroon tersebut akibat perintah dari Alin, tidak menyadari jika dia sudah berada cukup jauh sehingga membuat Alin sedikit panik mencari keberadaan Elena akibat Elena sudah kehilangan diri di dalam hutan tersebut, berarti rencananya berjalan dengan mulus.

"Elenaaa!!" teriak Alin dengan suara keras, tetapi tidak ada jawaban dari Elena.

"Gue harus cepet cepet lari" Alin mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Elena tetapi ia tidak menemukan sosok Elena.

Tak berpikir panjang Alin langsung berlari secepat mungkin yang ia bisa.

Pov Elena

Elena sudah mulai lelah mencari buku yang hilang milik Alin. Ia belum menemukannya, Elena menoleh ke arah Alin dan ternyata hanya pohon-pohon besar dilihatnya.

"Alin??" panggil Elena yang masih tidak percaya, ia tersesat di hutan ini sendirian.

Elena mulai merasakan ketakutan akibat sudah tersesat sendirian di hutan tersebut sehingga Elena sangat berharap jika Alin datang untuk menyelamatkannya.

"Alinn!!!" jerit Elena dengan suara keras.

Tak ada satupun orang yang menjawab.

Sudah beberapa kali Elena memanggil Alin tetapi tidak ada jawaban.

"Alinn!! Di mana sih Alin?" teriak Elena dengan kerasnya berharap jika Alin mendengar panggilannya sehingga membuat Alin lebih cepat untuk mencari keberadaan Elena.

"Aliiinnnnnnn....." keluh Elena menahan tangisannya itu.

"Lo tega banget sama gue" rintih Elena yang sudah meneteskan air matanya.

Elena kini sudah mulai untuk merasakan semua rasa frustasi akibat sudah tersesat sendirian di tengah hutan akibat Alin, Elena kini mulai duduk di bawah pohon besar tersebut sehingga terlihat sangat kelelahan akibat telah berjalan sebelumnya untuk mencari buku milik Alin sebelumnya.

Elena terus menangis sampai nafasnya tersengal sengal, ia baru menyadarinya bahwa teman busuknya itu hanya ingin membuatnya tersesat di hutan sendirian.

"Gue salah apa sih sama lo?? Apa gue pernah jahat sama lo? Pernah?? Engga kan, bahkan gue berniat bantuin Lo cari buku itu, tapi apa balesan Lo ke gue?? Lo jahat Lin, gue benci!!"

"Gue benci manusia di dunia ini, gue benci, sekalian aja disini gue dimakan binatang buas biar sekalian mati aja, dari pada hidup!!"

Elena merasa nyeri di dadanya, Elena terus menangis sampai ter sendu-sendu.

Elena kini mulai untuk kembali tenggelam dalam duka akibat tersesat di dalam hutan tersebut akibat Alin. Elena kini mulai berharap jika Alin datang untuk membongkar semua tindakannya tersebut sehingga membuatnya berharap keberadaan Alin datang segera.

Tak lama kemudian kepala Elena mulai terasa sangat pening akibat sudah sangat kelelahan akibat tersesat sendirian di tengah hutan tersebut sehingga membuatnya menjadi sangat ingin tidur akibat kecapekan akibat lari sebelumnya.

Kemping-1

Semua siswa sudah bangun dari tidurnya bahkan ada juga yang tidak tidur semalaman.

"Perhatian untuk seluruh siswa berkumpul di tempat yang sudah disediakan" ujar pak Umar dengan suara keras. Kemudian para siswa berhamburan keluar dari tendanya masing masing lalu berkumpul di depan tenda panitia.

"Ay gimana kalo kita ketauan?" bisik Alin dengan ekspresi takut.

"Udah gak usah takut, biasa aja gak usah panik" jawab Ayra dengan melirik Alin sekilas.

"Cicha" panggil Ayra dengan suara sedikit keras, lalu Cicha menoleh ke arah Ayra.

"Sini deh"

Kemudian Cicha menghampiri Ayra.

"Kenapa Ay?" tanya Cicha penasaran.

"Lu gak usah cari Elena. Dia udah mati" bisik Ayra sedangkan Cicha terlonjak kaget.

Cicha tersentak kaget akibat ucapan Ayra sehingga membuatnya berbicara dengan tergagap akibat terkejut dengan ucapan Ayra tersebut.

"Ap-" kata kata Cicha terpotong karena mulutnya ditutupi oleh tangan Ayra.

Cicha kini sangat terkejut atas perkataan Ayra sehingga membuatnya sangat ingin tahu jika Elena sudah benar benar mati di dalam hutan tersebut.

"Diem atau gue buat nasib lu kayak Elena" Ayra menatap Cicha tajam sedangkan Cicha hanya menganggukkan kepalanya.

"Silakan kalian ambil sarapannya tapi jangan berebutan. Bapak minta bantuan ketua kelas masing masing" pesan Pak Umar kepada para murid.

Kemudian ketua kelas mengikuti perintah pak Umar

"Gimana dong, Elena kan udah mati" ucap Adel panik.

"Gampang biar gue yang wakili" sahut Ayra sambil berjalan menuju ke depan untuk mengambil sarapan.

Ayra sudah sampai di depan tenda sehingga membuat semua siswa hanya menatapnya saja. Ayra kini sudah mulai berharap jika Pak Umar tidak akan bertanya mengenai keberadaan Elena tersebut.

"Elena mana? Kok kamu yang wakili?" tanya Pak Umar tiba tiba dengan wajah yang penasaran.

"Emm itu Pak lagi di kamar mandi" jawab Aymra sedikit gugup.

"Owh yaudah" ujar Pak Umar sembari memberikan kantong kresek yang berisi sarapan.

Pak Umar memberikan kantong kresek itu untuk Ayra sehingga membuat Ayra sangat lega akibat berhasil membuat alasan yang cukup masuk akal untuk menyangkal jika Elena sedang di dalam kamar mandi.

Uhh hampir aja ketauan, Batin Ayra

Pov Elena

Elena tak menyadari bahwa dirinya tertidur dengan duduk sekaligus memeluk kedua kakinya.

Mata Elena perlahan terbuka...

"Kok gue ada di sini sih?" tanya Elena kepada dirinya sembari mengingat kejadian semalam.

Elena menyadari jika dirinya kini sudah berada di dalam hutan sehingga membuatnya sangat bingung akibat sudah tersesat di atas sana akibat Alin beberapa waktu sebelumnya.

"Jahat banget ya, padahal dia temen gue sendiri"

Kruyuk kruyuk

Elena menyentuh perutnya yang mulai lapar.

"Pasti di hutan ini ada sesuatu yang bisa dimakan"

Elena bangkit lalu mulai mencari buah buahan yang bisa dimakan, Elena mengedarkan pandanganya, beberapa lama setelah mencari akhirnya berhasil menemukan buah mangga yang terlihat sangat matang sehingga membuatnya sangat senang akibat sudah menemukannya.

Kebetulan sekali Elena memiliki kemampuan panjat pohon.

Elena menatap pohon mangga itu, di bawah pohon mangga sepertinya ada tumpukan kayu yang ditutupi kain hitam.

Elena tak peduli, ia fokus untuk memanjat pohon mangga itu, dan ternyata ada sebuah paku yang lumayan besar tertancap di pohon mangga.

Ntah siapa yang menancapkan paku itu, Elena langsung memanjat pohon mangga, tak disadari lutut Elena terkena paku sampai berdarah.

Elena meringis.

Padahal ia memakai celana yang cukup tebal tetapi paku itu merusak celana Elena.

Darah Elena keluar dengan sangat lancar sampai darah itu bercucuran kebawah dan jatuh di kain hitam tadi.

Elena mulai merasakan perasaan kesal akibat lututnya terkena paku sehingga membuatnya sangat ingin mencari sesuatu untuk membuat luka tersebut tidak terus berdarah.

Ia akhirnya membuat beberapa kain untuk lukanya dengan merobek bagian celana sendiri sebelumnya sehingga membuatnya ingin untuk segera memulai untuk makan mangga tersebut.

Buah mangga yang matang itu ada di samping Elena lalu ia langsung memetik buah mangga tersebut.

Elena kini sudah turun dari pohon tersebut sehingga membuatnya sangat senang setelah berhasil turun dari atas sehingga membuatnya sangat ingin makan mangganya tersebut.

Brughh

Elena membersihkan celananya yang kotor terkena pasir tadi, ia mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk yang nyaman.

Kemudian ia memutuskan untuk duduk di bawah pohon tepat di depan pohon yang tadi ia panjat.

Elena merasa aneh dengan kain hitam yang ada dihadapannya itu.

"Gak usah kepo"

Kemudian Elena mengupas mangga itu dengan giginya setelah itu ia makan buah mangganya dengan lahap.

Elena menatap kain hitam lalu mendekati secara perlahan. Ia baru menyadari ternyata darah yang keluar dari lututnya sangat banyak dan bercucuran di kain hitam didepannya.

Ia mengusapkan tangannya yang kotor di kain hitam tersebut.

Tiba tiba makhluk hidup yang ada di bawah kain hitam itu bergerak gerak, Elena sedikit menjauh.

"Eh busett" Elena panik, takutnya gorila yang lagi tidur.

Tiba tiba ada manusia yang bangkit dari balik kain hitam itu.

Elena terlonjak kaget,

"Siapa lo?" tanya Elena sangat panik, dihadapannya ada manusia yang sangat tampan tetapi di mulut manusia itu ada darah.

Pakaian pria itu seperti pangeran dari kerajaan yang sangat mewah.

"Lo vampir?!" tanya Elena lagi sambil memegang ranting kayu untuk senjata.

Manusia itu menatap mata Elena

"Terimakasih banyak" kata pria itu dengan tersenyum manis.

Tidak ada hujan tidak ada angin, seorang Arthur Adyastha seorang vampir kulkas 70 pintu itu tersenyum pada gadis yang baru saja ia temui, itu kejadian yang sangat langka.

"Lo siapa sih? Jangan jangan lo vampir?" Elena setengah takut setengah lagi penasaran.

"Penghisap darah manusia atau bisa juga disebut vampir" jelas Arthur sambil mengusap darah segar di mulutnya.

Elena langsung bangkit kemudian berlari secepat mungkin yang ia bisa.

"Anjir, bisa bisanya gue ketemu Ama vampir" Elena masih berlari ia ketakutan setengah mati.

"Mamaaaaaaa......"

Brughhhh

Elena jatuh karena dada bidang yang kekar itu menghentikan langkahnya, seketika jantung Elena berdegup kencang, tak berpikir panjang ia langsung menyentuh kaki Arthur yang panjang itu sambil menangis sesenggukan.

"T-tolong ja-jangan i-isep da-darah g-guee" tak henti hentinya Elena menangis.

Hiks

Hiks

Hiks

Arthur segera untuk berbalik sehingga membuatnya beberapa lama menyadari jika Elena kini sedang berlutut di depannya sambil menangis.

"Eh"

"Apa-apaan? Sini" Arthur segera untuk menghela nafasnya sejenak sebelum ia segera untuk berjongkok sehingga membuatnya berada di posisi sejajar dengan kepala Elena.

"Engga" jawab Arthur dingin, ia menatap mata Elena.

Kenapa manusia ini imut banget sih?! Batin Arthur

"Lewat dari mana lo masuk ke hutan ini?" tanya Arthur dengan wajah penasaran, bisa bisanya manusia ada di tengah hutan.

Elena beberapa lama mulai untuk kembali mengingat hal tersebut sehingga membuatnya mulai teringat kepada Alin sebelumnya tersebut.

"S-sebenernya..." Elena terlihat malu untuk mengakuinya akibat hal tersebut.

Terpopuler

Comments

zien

zien

aku hadir disini ❤❤🌹🌹

2021-03-29

1

🅰🅽🅰 Ig: meqou.te

🅰🅽🅰 Ig: meqou.te

jahat bener tuh di alin.

2021-01-28

1

Gina

Gina

Bagus thor sumpahh🖒

2020-12-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!