Pagi yang cerah diiringi sinar mentari hangat yang menyelimuti kulit. Masih ada banyak waktu sebelum penyerangan kubu musuh. Oleh sebab itu, para ajudan tengah berlatih di bagian belakang mansion. Yang berjaga di depan hanya beberapa orang saja. Mereka mungkin lupa, jika ada anak perempuan nakal yang meskipun sudah dilarang keras untuk keluar dari kamar hari ini, tapi tetap saja melanggar.
Aisha tengah belajar menaiki sepeda di halaman depan. Memang tidak keluar dari area mansion ini, tapi hanya ada dua penjaga yang siaga disana. Tentu saja perihal ini dapat menjadi ancaman pada keselamatan anak itu. Sementara Johan dan The Pandawa gengs juga turut mengkoordinir kegiatan di tempat latihan belakang mansion.
"Lalalala.. lalalala.. " Senandung Aisha terdengar merdu sembari mempelajari benda roda dua yang baru dikenalnya.
Seketika nyanyian nya berhenti sejenak saat ia merasakan ada sesuatu yang ganjil. Ia mengabaikan nya dan kembali bersenandung ria. Mungkin hanya feeling nya saja. Ia menghentikan acara bersepedanya saat manik matanya menangkap sekelebat bayangan hitam yang bersembunyi di balik semak. Bahkan dua penjaga payah itu tidak menyadari nya. Ketika seorang bocah memiliki insting setajam silet, mengapa dua pria berbadan gorila yang katanya mafia terbaik keluaran Amerika itu malah diam saja seperti patung setengah jadi?
Mungkin hanya perasaanku saja. Atau jangan jangan itu hantu yang dikisahkan kak Nakul!!
Ia kembali melajukan sepedanya berputar putar keliling halaman. Ia melihat orang itu lagi, namun Aisha tanpa sadar terbawa dalam lamunan. Sehingga ia terjatuh dari sepeda.
"Aww!! Sakit " Ringis Aisha saat lutut kanan nya mengeluarkan cairan merah.
"Nona! " Kedua penjaga itu menghampiri nya dan membantu nya bangkit. Lalu mendudukan nona kecil itu di lantai teras.
"Anda tidak apa apa? Ampuni saya nona, saya telah membiarkan anda terluka. " Mereka panik. Nona Aisha sampai jatuh dan terluka di hadapan mereka!. Sedangkan kedua pria itu tak sanggup berbuat apapun!. Apalagi dibawah pengawasan mereka.
Habislah aku hari ini!. Batin keduanya.
"Sudahlah tidak apa. Lagipula_" Ucapan nya terpotong karena suara bariton milik kakaknya.
"Ada apa ini? " Bima yang entah datang darimana menghampiri adiknya. Matanya membulat sempurna saat mendapati luka di lutut Aisha.
"Apa ini!! Apa kalian tidak becus bekerja! Apa kalian makan gaji buta! Aku menyuruh kalian menjaga adikku, begitu saja tidak bisa. Dasar payah " Teriakan kemarahan Bima menggelegar memenuhi rongga telinga kedua pria yang hanya bisa tertunduk pasrah. Sedetik kemudian, bogeman keras mendarat tepat di rahang mereka. Bahkan ada beberapa giginya yang rontok. Just information, pukulan Bima sama sakitnya dengan dipukuli seratus mafia tersohor di benua ini.
"Kakak jangan... " Pinta Aisha dengan nada gemetar. Bima mungkin lupa bahwa aksi kekerasan yang dilakukan nya disaksikan anak delapan tahun yang tidak sepantasnya melihat adegan itu.
"Maafkan kakak karena membuatmu takut Sha... tapi mereka itu bersalah, jadi harus dihukum " Tutur Bima selembut sutra sembari membelai pipi adiknya.
"Jadi kalau orang melakukan kesalahan harus dipukul ya kak? Lalu jika Aisha salah, berarti kak Bima juga akan memukul Aisha ya? " Tanya anak itu dengan tatapan polos dan lembut nya. Bahkan ia tidak mengeluh karena goresan yang terasa perih di kakinya.
"Apa yang kau katakan? Mana mungkin kakak tega memukul anak manis dan menggemaskan sepertimu "
"Tapi tadi kak Bima memukul mereka " Selidik Aisha. Bima meneguk salivanya kasar, betapa bodohnya dia karena tersulut emosi.
"Sudahlah, tidak usah diperpanjang. Kakak.. kakak tadi hanya reflek. Ya, hanya reflek " Hanya itu yang melintas cepat dalam benaknya. Padahal jawaban yang dilemparnya justru akan membuat anak penggila ilmu pengetahuan ini bertanya sampai puncak Gunung Everest.
"Kakak apa itu refleks? "
"Sudahlah kau terlalu banyak bicara. Ayo kita obati lukamu. Lihat, sudah merambah kemana mana " Menunjuk lutut adiknya yang semakin mengeluarkan darah segar karena banyak memakan waktu.
Tanpa aba aba, Bima menggendong Aisha dengan satu tangan nya. Tapi sebelum itu Aisha menahan nya.
"Tunggu kak! "
"Ada apa? "
"Lihat itu! " Menunjuk semak belukar yang tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
Bima menoleh dan mendapati sekelibat bayangan orang yang berusaha kabur saat tertangkap basah.
"Kejar dia!! " Teriak Bima. Dua pengawal tadi meskipun menderita nyeri pada rahangnya, tetap mengejar mata mata yang diduga berasal dari Esponder. Bima segera mengamankan adiknya dan membawanya masuk ke dalam mansion.
***
"Katakan siapa yang menyuruhmu!! " Satu bogeman keras mendarat lagi di wajah pria yang sudah dipenuhi memar dan berlumuran darah. Wajahnya bahkan sudah tak bisa dikenali lagi, Jack terus menghajarnya dengan membabi buta.
Bughh!!
"Katakan!! " Kini satu pukulan di pipi dilayangkan Bima.
"Masih tidak mau menjawab!! " Teriak Jack.
Pria itu masih bungkam, tidak ingin membocorkan apapun tentang siapa yang membayarnya. Walaupun sebenarnya semua orang juga sudah hafal jika ini adalah usaha licik Pither.
"Ternyata kau cukup loyal ya " Bima menyeringai iblis. Pria yang mengaku bernama Roman itu hanya tertunduk pasrah. Ancaman yang dilayangkan padanya sebelum berangkat kemari cukup untuk menggembok mulutnya rapat rapat. Jika ia membuka mulut sedikit saja, dapat dipastikan anak dan istrinya dalam malapetaka.
"Katakan! Atau kau akan mati! " Ancam Jack sembari mencengkeram rahang pria itu dan menghempaskan nya hingga terjungkal ke lantai dingin ruangan kedap suara ini.
"A_aku tidak akan mengatakan apapun. Aku t_tidak takut akan maut " Dengan segenap suara yang tersisa di pita suara nya, Roman berucap dengan bibir bergetar.
"Oh, rupanya nyali dan kesetiaan mu lumayan juga ya " Bima menyeringai, lalu mengeluarkan benda pipih dari sakunya dan menyambung dengan anak buahnya via video call.
"Matt, perlihatkan! " Matthew yang tak lain juga merupakan mafia paling setia dari organisasi ini mengarahkan ponsel itu pada seorang perempuan dan satu anak laki laki. Roman sontak membulatkan matanya lebar lebar, bagaimana mungkin mereka berhasil menemukan anak dan istrinya?.Sedangkan ia sudah bersusah payah menyembunyi kan mereka di pedalaman Afrika. Bahkan anak buah Pither saja tidak sanggup mencium jejaknya.
"Bagaimana? Bagaimana mungkin kau menemukan keluargaku? " Roman menatap Bima dan Jack bergantian. Di ruangan itu memang hanya ada tiga manusia itu.
"Diam! Jaga bicaramu. Jika kau tidak mau mengatakan hal yang sejujurnya, maka nyawa anak istrimu yang jadi taruhan nya! " Ancam Bima sungguh sungguh.
"Cepat katakan! "Gertak Jack.
"Tolong lepaskan anak dan istri saya tuan.. Mereka tidak tahu menahu tentang dunia gelap saya. Saya mohon... " Roman bersimpuh di kaki Bima. Dia dalam dilema yang pelik saat ini. Di satu sisi ia sudah bersumpah untuk setia pada Pither, dan disisi lain ia juga telah bersumpah akan melindungi anak dan istrinya. Dan seorang yang berjiwa ksatria tak akan mengingkari sumpah yang keluar dari mulutnya sendiri.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
semangat3
2022-03-29
0
Dianita Indra
lanjut
2022-03-18
0
Noer Anisa Noerma
masih mencermati
2022-02-02
0