Pada awal awal bab ini akan menceritakan masa kecil Aisha. Baru setelah itu saat ia dewasa dan berjumpa Arthur.
Seorang anak perempuan kecil sedang menangis di dalam kamarnya. Jika dilihat, sepertinya dia baru berumur 8 tahun. Ia membungkus tubuhnya dengan selimut, menekuk lututnya dan menangis sejadi jadinya didalam sana.
Tangan nya gemetar, keringat dingin membasahi wajahnya seiring dengan tangisannya yang semakin pilu. Ya, anak perempuan itu adalah Aisha.
Sekeliling kamar itu tampak gelap gulita, kilatan petir menyambar terasa membengkakkan telinga gadis kecil itu. Ia benar benar sudah tidak tahan lagi. Hawa dingin terasa menusuk kulit sampai ke tulang.
"Kakak!! Kakak!!! " Jerit anak perempuan itu.
Tak lama kemudian, lima orang laki laki mendatangi kamar itu dengan tergesa gesa. Mereka semua membawa banyak senter dan lilin di kanan kiri mereka. Menaruhnya di sekeliling ruangan itu sehingga kamar itu menjadi terang benderang.
Yudhistira segera menghampiri adik kesayangan nya dan mendekapnya erat, menyalurkan ketenangan. Diantara yang lain, ialah yang paling dekat dengan Aisha.
"Tenang... tenanglah Aisha.. sekarang tidak gelap lagi.. kakak sudah disini. " Mengusap punggung adiknya, merasa sangat khawatir dengan apa yang terjadi padanya.
"Kakak.. aku takut... " Ia menangis tersedu sedu di pelukan kakaknya. Trauma sejak satu tahun yang lalu nampaknya masih belum hilang dari ingatannya. Meskipun sudah beribu ribu dokter dan psikolog yang didatangkan untuk menangani trauma Aisha, tetap saja tidak berhasil. Ingatan satu tahun yang lalu seketika langsung bangkit saat keadaan gelap gulita, apalagi ditambah petir yang menyambar dan hawa dingin yang menusuk kulit. Mengingatkan Aisha pada tragedi mencekam satu tahun yang lalu.
Para kakak kakaknya yang lain juga turut prihatin karena trauma yang diderita Aisha.
Dalam hati mereka, ingin sekali balas dendam pada orang yang menyebabkan adik kesayangan nya seperti ini. Suatu saat nanti, pasti akan ada saatnya dimana mereka akan menemukan pelaku itu.
Tenanglah Aisha.. Suatu saat nanti kami berjanji akan membalas bedebah yang membuatmu seperti ini!!
Keempat anak laki laki lain membatin hal yang sama.
***
Keenam laki laki sedang mendiskusikan sesuatu yang sangat penting pada sebuah ruangan.
"Bagaimana strategi kita untuk melawan Esponder? " Yudhistira mengawali pembicaraan. Kelima orang lain nampak masih berusaha berpikir keras, menyusun strategi yang ampuh guna menghadapi lawan nya.
"Lihat ini kak! " Nakul menunjukan sebuah peta yang diambilnya dari bawah lemari.
"Ini adalah markas Esponder, menurut informasi yang didapat mata mata kita, mereka membagi penjagaan di dua tempat. Satu di sekeliling markas, dan yang lainnya ada di pinggiran bukit ini " Nakul mempresentasi kan strategi yang dirancang nya dengan matang di depan semua saudara dan ayahnya. Mereka semua kagum akan kecerdikan anak ini. Meskipun baru berusia 17 tahun, Nakul telah menunjukan bakatnya sedari kecil.
"Apa maksud mereka menyusun sistem keamanan seperti itu? " Suara Bima yang keras membuyarkan suasana dingin dan kelewat serius.
"Mereka mengecoh kita Bima, mereka sengaja menaruh hanya 30% anak buahnya untuk berjaga di sekeliling markas. Saat kita menyerang dengan pasukan yang besar, tentu kita akan dengan mudahnya menang. Tapi saat kita lengah, mereka akan menumpas kita dengan mudahnya dengan mengirim kode pada 70 % anak buahnya yang bersembunyi di pinggiran bukit " Jelas Yudhi dengan aura kepemimpinan nya. Tentu saja ia dengan mudahnya memahami strategi licik ini, Yudhi adalah salah satu mafia terbaik di organisasi ini.
" Lalu bagaimana taktik kita kak? " tanya Arjuna seraya menatap kertas yang tak lain adalah peta markas dari musuh bebuyutan mereka. Musuh yang membunuh ibu mereka, dan juga musuh yang membuat Aisha trauma sampai sekarang. Manusia bedebah yang dipenuhi dendam kesumat pada keluarga ini. Arjuna selalu mengepalkan tangan nya saat mengingat nama orang itu.
"Katakan Nakul! " Yudhi menatap putra keempat dari keluarga ini. Nakul mengangguk dan mulai menjelaskan semuanya.
"Kita harus menyerang 70% anggota mereka yang bersembunyi disini. " Menunjuk sebuah rumah tua di pinggiran bukit pada peta.
"Karena jika kita langsung menyerang markas besar mereka yang hanya berisi 30% anggota, itu sama saja kita masuk dalam kandang macan. Sama saja kita masuk perangkap mereka. Setelah kita menumpas 70% anak buahnya, maka kita bisa dengan mudah membombardir sisanya " Terang Nakul.
"Strategi yang bagus anakku.. " Johan yang tak lain adalah ayah dari kelima laki laki ini tersenyum seraya bertepuk tangan. Nakul hanya menanggapi dengan senyuman.
" Jadi kapan kita akan menyerang? " tanya Dewa.
"Satu bulan lagi. " jawab mereka serempak.
"Bagaimana jika_" Ucapan Yudhi terpotong karena ada suara sesuatu yang jatuh diluar ruangan. Mereka terkejut, jangan sampai ada orang lain yang tau strategi ini sebelum tiba waktunya.
Keenam laki laki mulai siap siaga. Mengeluarkan pistol dari saku mereka. Johan menekan tombol di meja sehingga pintu terbuka lebar. Mereka bernapas lega saat ternyata yang berdiri diambang pintu adalah seorang anak kecil yang manis dan menggemaskan, siapa lagi jika bukan Aisha.
Keenam laki laki itu langsung menyembunyikan pistol yang mereka tenteng, jangan sampai adiknya tahu, sekarang belumlah saat yang tepat bagi Aisha untuk mengetahui fakta siapa keluarga mereka yang sebenarnya.
"Kakak! Ayah! " Sapa Aisha kecil seraya tersenyum cerah, secerah cahaya matahari yang menerangi dunia pagi ini.
Langkah kedua kaki mungil itu langsung mendekat pada ayahnya.
Johan dengan senang hati membawa putri kecilnya dalam gendongan nya.
"Aisha, sedang apa kau disini sayang? " Tanya Johan seraya mencium kening anak itu.
"Ayah, aku sedang mencari Pushy. Apa ayah dan kakak kakak ku melihatnya? " Tanya Aisha dengan polosnya. Kedua mata kecil itu mengedarkan pandangan nya menyapu ruangan temaram dan kedap suara ini. Bahkan tidak ada jendela disini, hanya ada ventilasi udara saja.
"Pushy? Siapa itu Pushy? " Yudhi merebut adik kesayangan nya dari gendongan ayahnya. Mengelus lembut penuh sayang pada pipi gembul nan putih anak itu.
"Pushy? Kakak tidak tahu siapa Pushy? " Yudhistira menggeleng tanda tidak tahu.
Memangnya dia kurang kerjaan sampai akan menghafal nama peliharaan Aisha?.
"Ihh kakak... Pushy itu kucing kesayanganku. Seharusnya kakak tahu! Aku marah padamu kak! " Aisha mengerucutkan bibirnya kesal. Tapi dia malah terlihat semakin imut saja saat seperti itu. Membuat Yudhi gemas dan mencubit hidungnya.
"Baiklah.. kakak akan membantu mencari kucingmu oke. " Ucap Yudhi.
"Kakak harus dihukum dulu.. kata kak Bima, kalau kita salah maka harus dihukum kak..Benar kan kak? " Ia menatap Bima yang sedang meminum air putih diatas meja.
"Kau benar Aisha. Kak Yudhi pasti akan dihukum " Bima tertawa kencang, kakak tertuanya itu tidak pernah bisa berkutik jika terkena hukuman dari adik mungilnya.
"Iya Sha.. kami yang akan menghukum kakak tertua " Sahut Nakul yang membuat semua orang terbahak bahak termasuk Johan. Yudhi membulatkan matanya kearah Nakul, bisa bisanya dia mencuri kesempatan untuk menjahilinya.
"Iya, katakan saja apa hukumannya. Nanti kami yang akan melaksanakan nya " Celetuk Dewa. Aisha tampak berpikir sejenak seraya mengetuk ngetukan telunjuknya pada dagunya.
"Emm... kalau begitu kak Yudhi harus dicubit " Keputusan final putri terkecil keluarga ini mengejutkan Yudhi.
"Dengan senang hati Aisha!! " Teriak keempat laki laki itu serempak. Aisha lalu turun dari gendongan kakaknya. Langsung saja Yudhi diserbu keempat adiknya.
"Aww!! Aduh jangan keras keras!! " Keluh Yudhi, pasalnya diantara adik adiknya, Nakul lah yang paling sakit jika mencubit.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Mampir thor..🙋🙋
2022-09-04
0
Selvinovianti
lanjuutt
2022-05-08
0
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
😂😂😂lucu juga
2022-04-05
0