Tepat satu bulan Zu pergi meninggalkan sang istri untuk berjihad. Komunikasi antara kedua orang suami istri itu masih tetep terjalin apik.Rasa rindu yang teramat masih tetap dirasa. Akan tetapi keikhlasan sudah terbentuk.
Rutinitas Shania setiap selepas sholat dhuhur masih sama. Memurojaah bacaan qur'annya yaitu surah ar-rohman.
Selesai membaca qur'an, Shania tak mempunyai kegiatan lagi. Biasanya ia akan ke perpustakaan milik suaminya. melihat beberapa kitab disana, sekiranya ia bisa membacanya maka Shania akan mengambil dan membaca setiap halaman. Karena memang kitab milik suaminya adalah kitab bertuliskan bahasa arab.
"sepertinya ini kitab yang selalu di baca kak Zu" gumam Shania pelan.
Sebelum menikah dengan Zu, Shania memanggil suami tercintanya dengan sebutan kakak. Akan tetapi setelah menikah ia mengganti panggilannya menjadi abi.
Wanita itu membolak-balikkan kitab itu.
Rindu hadir disana. Tapi tak sampai menimbulkan rintikan air mata karena waktu yang membimbingnya menjadi wanita kuat.
Shania membuka bab pertama. Ia baru faham jika itu adalah kitab fiqih. karena disana terdapat tulisan bab thoharoh.
*dua minggu berikutnya*
Pagi ini Zu tak memberi kabar sang istri, entah lupa atau kuota paketan di hpnya sedang habis. Shania berusaha berprasangka baik pada suaminya. Ia menghapus bayang-bayang buruk tentang sang suami.
"mungkin kak Zu sedang membantu orang-orang disana"
"mana mungkin kak Zu ingin menikah kembali dengan wanita disana untuk menyalurkan hasratnya"
"pasti kak Zu juga bingung disana karena tak sempat memberiku kabar."
Bayang-bayang positif terpatri dihatinya. ia tak ingin menyakiti kepercayaannya sendiri pada sang suami.
Setelah bergelut dengan perasaan, Shania pergi ke kamar kitab milik suaminya. Wanita muda itu sudah memiliki kegiatan baru saat ini, yaitu memurojaah kitab fiqih milik sang suami. Sudah sekitar dua mingguan ini, ia memperlajari kitab itu.
"bab nikah" gumamnya diselingi senyum.
Shania membuka-buka isi kitab dan membacanya sekiranya ia paham maka ia akan melanjutkan ke bab selanjutnya.
drtt... drtt....
Suara hp itu mengagetkan Shania. Fellingnya mengatakan jika itu dari suami. Entah felling atau hanya pikirannya karena hari ini memang Zu tidak memberi kabar pada sang istri.
"huft... bukan kak Zu" gumamnya kecewa. terpampang disana nama Zahro. Sahabat Shania selama menjadi santri di asrama dulu. Ia sekarang sedang melanjutkan studynya disebuah kampus dengan jurusan kedokteran. Shania dan Zahro masih sangat akrab walaupun kehidupan mereka berbeda.
"assalamualaikum Zahro."
"waalaikumsalam Shania. gimana kabarmu? aku sangat rindu. yuk kita ke mall atau apa gitu" ajak Zahro.
"emmmm..." Shania dilanda rasa bingung dan sungkan. Ia ingat sebelum Zu berangkat ke Palestina, ia berpesan pada istrinya agar tidak keluar rumah sembarang apalagi dalam hal tidak penting.
"kenapa shan? kamu gak boleh sama suami?" Zahro mampu membaca pikiran Shania
"ehh... enggak gitu sih. Tapi aku belum izin padanya. sungkan aja sih mau keluar tanpa seizin suami" tutur Shania. Zahro pun paham dan pasti tak akan memaksa.
"oke baik deh Shan. kapan-kapan aja kali yaaa kita bisa ketemu. bye"
Sebenarnya Shania juga merasakan bosan, bahkan sangat bosan. Akan tetapi ia harus bagaimana. Untuk kebutuhan finansial ia sangat tercukupi. Shania punya beberapa cabang toko kue di kota ini, tapi semua itu sudah diserahkan pada bu Surti. Bu Surti adalah guru les masak Shania waktu itu. Ia sudah sangat percaya pada wanita itu dan apabila Shania sudah dianggap mampu membuat kue enak maka semua cabang toko rotinya akan kembali padanya.
"apa aku ke toko roti aja yaa. akhir-akhir ini aku sangat jarang kesana"
Segera ia berganti pakaian kemudian mengendarai mobil ke arah pusat toko rotinya.
FLORIST CAFE N CAKE
itu nama toko roti Shania, disana dilengkapi dengan cafe kecil bernuansa taman. Jadi para pembeli bisa sekalian menikmatinya.
Zu yang merangcang nuansa cafe itu, karena Zu sangat suka dengan berbagai macam bunga dan tanaman. Karena letaknya ditengah kota, maka Zu mendesain seakan-akan terdapat taman kota disana.
"kling... kling.... kling...."
itu lah bunyi lonceng yang sudah ditempatnya diatas pintu.
Zu sangat mengedepankan rasa sopan dan kenyamanan, maka dari itu apabila lonceng sudah berbunyi berarti ada seorang pelanggan disana dan semua pelayan wajib menundukkan kepala sebagai tanda hormat.
"assalamualaikum" sapa Shania.
"waalaikumsalam non Shania" jawab bu Sutri
"waalaikumsalam" jawab pegawai lainnya.
"gimana bu Sutri apa semua baik-baik saja?"
"aman terkendali😉. "
"baguslah kalau begitu. saya senang mendengarnya. bunga-bunga dicafe sudah diperbaruikan?"
Meskipun Shania tidak pernah terjun langsung kelapangan tapi Shania sangat perhatian pada toko kue sekaligus kafe ini. Ia akan memantaunya dari jauh, untuk masalah bahan kue akan diurusi bu Sutri.
Shania berjalan ke ujung meja yang bertempat disamping kaca. Ia menikmati suasana disana, matanya menyapu bersih ke arah luar yang terdapat rintikan air hujan.
"non Shania. Saya ingin berbicara penting dengan anda"
Bu Surti tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Ia mengalihkan pandangannya dari luar ke bu Sutri yang sudah duduk dihadapannya. Diulaskannya senyum simpul.
"Silahkan bu Sutri. jangan sungkan-sungkan! anggap saja saya anak ibu" tuturnya. Ia sudah merasa seperti anak bu Sutri karena dulu tepatnya tiga tahun lalu anak bu Sutri yang sedang study di Singapura mendadak meninggal dunia. Entah apa penyebabnya Shania tak *** dan usia mereka sama.
"Usia saya sudah tak muda lagi non...."
Shania menatapnya heran. Tumben sekali bu Sutri terlihat sangat melow.
"Saya ingin mengembalikan toko roti ini pada anda. saya sudah yakin jika non Shania sudah mampu mengelolah toko roti ini."
"kenapa begitu bu? kenapa tiba-tiba?" tanyanya kaget. Shania masih merasa belum mampu mengelolah usahanya ini walaupun jika untuk membuat kue dan roti Shania sudah mampu.
"ini milik anda non. Dan saya sudah bilang sejak dulu jika non Shania sudah mampu maka toko ini akan kembali pada pemiliknya"
Shania menghela napas pasrah. Ia tak bisa memaksa bu Sutri karena memang bu Sutri sudah pernah berkata jika akan mengambilkan toko ini jika Shania sudah mampu. Tetapi ini terlalu cepat.
"baiklah bu. Tapi saya mohon bimbing saya tetus" katanya sambil menggenggam tangan bu Sutri kuat untuk menambah energi kepercayaan diri.
"saya selalu anda untuk anda non"
*malam tiba*
"huft... kenapa hari ini terasa berat" gumamnya sambil memijit pelipis kepalanya pelan.
"astagfirullah semua ini adalah kehendak Allah"
Rindu....
Yapp.. Shania teringat suaminya. Kesibukan hari ini membuatnya lupa akan kegundahan tadi pagi ketika sang suami tak memberi kabar.
Diliriknya hp yang ada disamping qur'an. Shania sedang berada di ruang perpustakaan milik Zu. Tercipta ketenangan disana.
Tidak ada pesan dari Zu.
"mungkin kak Zu sedang sibuk."
Lagi-lagi ia menumbuhkan kepercayan lagi. Untuk apa membangun sebuah rumah tangga jika tak ada yang namanya kepercayan. Cinta yang ia tumbuhkan untuk Zu bukan semata-mata hanya karena cinta akan paras, ilmu dan kekayaannya saja, tapi Shania yakin dan percaya jika sang suami bisa memberikannya kebahagiaan dunia dan akhirat.
pukul 21.00
Shania tutup tumpukan buku analisis data perkembangan toko kuenya. Ia melangkah masuk kekamar.
Sudah saatnya mata dan pikiran ini istirahat.
Diambilnya air wudhu' agar tidur dimalam hari ini berkah. Selepas itu ia melakukan rutinitas wanita pada umumya yaitu menggunakan rangkaian perawatan diri.
"Abi... Umma cinta abi karena Allah"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Lia Mekar Sari
mulai nggak ada kabar
2020-12-14
0
Caramelatte
semangat thor!
Salam dari "Belong to Esme"
2020-12-03
0
Rahma NIndy
semangat ya thor😘
2020-11-16
2