Mereka berkumpul di samping rumah, sudah ditata sedemikian rupa menjadi tempat pertemuan yang karib dan sangat nyaman. Anaya duduk di sebelah Saga yang malam ini nampak semakin tampan dengan kemeja putih yang digulung sampai lengannya, tatanan rambutnya juga tidak seformal biasanya. Ganis duduk agak menjauh dari
pasangan yang berbahagia itu.
Nyonya dan Tuan Candra duduk berdampingan, sesekali tertawa mengenang masa muda mereka. Sesekali Ganis
tertawa mendengarkan cerita mereka, pertemuan kali ini sungguh hangat.
Tiba-tiba Saga berlutut di depan Anaya, tangan kanannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dan membukanya, berisi sebuah cincin yang indah. Nyonya Rima menggamit lengan suaminya sambil memandang suaminya sejenak, lalu melemparkan pandangannya lagi ke arah Saga dan Anaya.
“Maaf sayang, aku bukan laki-laki romantis, tapi inilah aku, will you marry me?” tanya Saga sambil berlutut. Anaya membelalakkan matanya, tidak menyangka jika momen ini akan menjadi momen Saga melamarnya.
Beberapa detik Anaya terdiam, masih tidak percaya dengan apa yang ada di depannya, kotak cincin itu tepat berada di depannya. Saga masih menunggu jawaban dari Anaya.
Anaya mengangguk, Ganis ikut berbahagia dengan apa yang dilihatnya, begitu juga dengan Nyonya Rima dan Tuan Candra, mereka saling melempar senyuman.
Saga mengambil cincin tersebut dari kotaknya dan memakaikannya ke jari manis Anaya, cincin itu sangat pas di jari
Anaya.
“Anaya, Tante sangat senang dengan momen ini, meskipun ini adalah momen di mana tante baru bertemu sekali dengan kamu, tante yakin kamu adalah gadis yang baik buat anak tante”
Ucapan Nyonya Rima serasa menampar Anaya dengan keras, tapi dia berusaha tetap tersenyum manis.
“Om percaya, kamu adalah gadis yang luar biasa buat Saga” imbuh Tuan Candra, seolah menambah tamparan yang Anaya rasakan semakin keras. Dia hanya tersenyum mendapatkan sanjungan dan kepercayaan tersebut, Saga merangkul Pundak Anaya, dia lega, akhirnya Anaya menerima lamarannya, dan sebentar lagi bisa mewujudkan impian kedua orang tuanya untuk menikah.
“Maafkan Om sekeluarga jika tidak membuat acara yang mewah untuk saat ini, tapi jika kamu ingin, kita bisa merencanakan. Bagaimana?” tawar Tuan Candra. Anaya menoleh ke arah Saga sambil tersenyum kecil, Saga mengangguk memberikan tanda untuk Anaya mengutarakan keinginannya terkait tawaran Tuan Candra.
“Oh, tidak Om, ini lebih dari cukup, saya lebih suka yang seperti ini”
Tuan candra tersenyum lalu memandang istrinya, dia sangat senang dengan calon mantunya yang begitu rendah hati, dia semakin terpikat dengan Anaya.
“Tidak salah Saga membawa kamu kesini Anaya, kamu gadis yang baik” imbuh Nyonya Rima memuji.
“Tante…terima kasih” ujar Anaya atas pujian yang dia terima.
“Oh ya, Om ingin pernikahan ini dipercepat saja, Om takut tidak bisa melihat semua ini” ujar Tuan Candra serius, Nyonya Rima mengelus Pundak Tuan Candra dengan lembut.
“Papa…jangan bicara seperti itu”
“Bagaimana kalau 2 minggu lagi kalian menikah?” ujar tuan Candra, seolah belum berhenti dari rasa terkejutnya karena lamaran mendadak, kini Anaya dihadapkan dengan keputusan Tuan Candra yang menginginkan dia segera menikah dengan Saga dalam tempo 2 minggu lagi. Saga menoleh ke arah Anaya yang terdiam, Anaya berusaha menguasai rasa terkejutnya.
“Baik Om, saya siap”
Beberapa detik Saga menoleh ke arah Anaya yang menjawab dengan mantap permintaan Tuan Candra, seolah dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Anaya tersenyum menatap Tuan Candra dan Nyonya Rima bergantian, kemudian dia menoleh ke arah Saga.
“Ya… memang ini serba mendadak, seperti yang Om bilang tadi, Om takut jika Om tidak bisa melihat anak satu-satunya Om menikah. Terima kasih atas kebaikan hati kamu mencintai anak Om satu-satunya, semoga kalian bisa saling menjaga dan menguatkan” Tuan Candra tersenyum lega, Nyonya Rima turut berbahagia.
“Iya Om” Anaya menjawab singkat, tangan kanannya mengambil gelas yang berisi air putih lalu meminumnya beberapa teguk untuk menenangkan hatinya.
“Terima kasih sayang” Saga meraih tangan Anaya dan mengusapnya lembut.
Selepas berbincang, Nyonya Rima dan Tuan Candra pamit untuk istirahat, sementara Anaya, Saga, dan Ganis masih berada di tempat yang sama. Dengan diterangi lampu yang sedikit temaram, tempat tersebut mendukung suasanya menjadi lebih syahdu. Anaya nampak murung sambil sesekali memutar cincin yang baru saja disematkan oleh Saga sebagai tanda pertunangan itu.
“Kenapa? Ada yang kurang menyenangkan?” tanya Saga sambil duduk di samping Anaya. Ditatapnya gadis itu dengan lekat, dia sangat menyayangi gadisnya.
“Aku ke toilet sebentar ya” pamit Anaya.
“Saya antar Nona” Ganis punya alasan untuk meninggalkan tempat itu.
“Kamu tetap di sini Ganis, percayalah, aku tidak akan hilang di rumah pacarku sendiri” ujar Anaya sambil berlalu, Ganis hanya diam dan kembali duduk di kursi yang tidak jauh dari Saga duduk. Tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali menuruti apa yang diucapkan oleh Anaya.
Hening, tidak ada percakapan yang muncul di antara keduanya.
“Siapa kamu sebenarnya?” tanya Saga tiba-tiba, memecah keheningan.
“Hah?” Ganis terkejut. Pertanyaan tiba-tiba Saga membuyarkan lamunannya.
“Kamu budek ya?” ujar Saga selanjutnya, wajah Ganis langsung kecut mendengar ejekan Saga. “Siapa kamu yang tiba-tiba muncul di kehidupan Anaya? Dan sepertinya kamu bukan assisten biasa.
“Maksud Tuan?” Ganis tidak paham arah pertanyaan Saga.
“Kamu benar bodoh atau hanya pura-pura bodoh?” Saga menyelidik, sejak awal bertemu dengan Ganis, dia merasa ada yang aneh dengan kemunculan gadis itu di dalam lingkar kehidupan dia dan Anaya.
“Ma…” belum sempat Ganis menjawab pertanyaan Saga, Anaya datang menghampiri mereka berdua. Anaya
Kembali duduk di samping Saga, Ganis meminta izin untuk ke toilet meninggalkan Anaya dan Saga, lebih tepatnya dia ingin membiarkan dua pasangan sejoli itu menikmati momen penting malam ini meskipun sederhana.
Ganis melirik jam tangannya, sudah menunjukkan hampir tengah malam, Anaya duduk di sampingnya sambil melihat ke arah luar mobil, mereka dalam perjalanan pulang dari rumah Saga.
“Nona baik-baik saja?” tanya Ganis memecah keheningan yang terjadi sejak mereka meninggalkan rumah Saga.
“Hah? Aku nggak apa-apa, nggak usah khawatir. Tapi bukankah ini terlalu cepat? Bahkan aku belum siap untuk menikah” urai Anaya sambil menatap Ganis, sorot matanya nampak Lelah, wajahnya seolah menyembunyikan hal sama sekali tidak bisa ditebak oleh Ganis.
“Apa Nona tidak mencintainya?” pertanyaan Ganis menghenyakkan Anaya, sadar akan pertanyaan yang tidak seharusnya dia lontarkan. Ganis buru-buru meminta maaf.
“MaafNona jika aku lancang, maaf”
“Nggak apa-apa, kamu nggak akan ngerti apa yang sedang terjadi dengan hidupku Ganis, tapi kamu akan segera mengerti”
Ganis tidak menimpali perkataan Anaya, dia tidak ingin dianggap lancang dengan menanyakan hal tersebut lebih dalam, dalam hati dia bertanya-tanya apa sebenarnya maksud dari perkataan Anaya tersebut.
“Besok hari minggu, tolong jangan kemana-mana, aku besok ada acara, kamu harus ikut” ujar Anaya sambil membuka pintu mobil, mereka sudah sampai di garasi rumah Anaya.
“Baik Nona” Ganis tergopoh membuntuti Anaya sambil membawa tas Anaya, dia mengekor di belakangnya.
Kali ini Anaya sedang mencari cara agar pernikahan dengan Saga tidak terjadi, Ganislah kuncinya....so tunggu ya episode mendatang. enjoy...^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Erik Kurnianto
bnyak dugaan2 lucu kie lho thor
ng koment
2022-12-03
0
Rina
kok aku nmbh pnasrn ya
2021-10-20
0
runi nisa
kayaknya naya punya penyakit yg bikin dia bakal mati kali ya🤔🤔🤔
2021-06-12
0