Tangan Saga dengan cekatan mengoleskan selai kacang kesukaannya di lembaran roti yang dia pegang, seperti halnya hari-hari biasanya, dia selalu menyempatkan diriuntuk sarapan sebelum pergi ke kantor. Seorang wanita datang mendekatinya dan mengelus pundaknya, Saga menoleh. Wanita lemah lembut yang sangat dia sayangi.
“Pagi Ma!” Saga menyapa, wanita itu tak lain adalah Mamanya, Nyonya Rima. Nyonya Rima menarik kursi yang ada di ujung meja makan, agak jauh dari tempat di mana Saga duduk menikmati rotinya.
“Papa mana Ma?”
Nyonya Rima menatap Saga sambil menghela nafas.
“Papamu sedang tidak enak badan, baru saja Mama membawakannya sarapan untuk Papa”
Mata Saga membulat, setelah tadi malam melakukan obrolan dengannya, tiba-tiba Tuan
Candra tidak enak badan.
“Papa sakit Ma?”
“Kan kamu tahu sendiri kalau kesehatan Papamu sedang menurun akhir-akhir ini, Saga…jangan menunda apa yang menjadi keinginan Papamu, perkenalkan kekasihmu ke Papa dan Mama”
Saga meletakkan pisau di atas piring lalu meraih segelas susu dan meneguknya, tangannya dengan cekatan mengambil tisu dan membersihkan area bibirnya. Sejenak dia terdiam mendengar kembali kalimat itu, dari tadi malam Tuan Candra juga membicarakan hal ini.
“Kamu sudah 27 tahun Saga, Mama rasa kamu sudah cukup untuk menikah, seandainya keadaan Papa tidak seperti ini, Mama juga tidak akan pernah memaksa kamu untuk menikah dengan segera”
“Saga mengerti Ma, biarkan Saga memikirkannya lagi Ma”
“Kamu sudah punya kekasih kan?” tanya Nyonya Rima dengan senyum menyungging, dilihatnya putra satu-satunya yang Nampak gagah, tampan dan dia sangat yakin dia menjadi idaman kaum hawa. Saga hanya tersenyum simpul, selama ini dia tidak pernah menceritakan siapa perempuan yang sedang dekat dengannya.
“Mama percaya, kamu mengerti dengan keadaan ini” harap Nyonya Rima. Saga menghela nafas, menatap Mamanya lekat, mencoba mengerti keadaan ini. Nyonya Rima bangkit dari kursinya dan mendekati putranya, membenahi dasi warna senada dengan setalan jas warna hitam yang dipakai putranya untuk pergi ke kantor hari ini.
“Kamu memang putra Mama yang paling tampan” Nyonya Rima menepuk pipi Saga gemas. Saga tersenyum mendapat perlakuan dari Mamanya, Mama yang selalu perhatian dan hangat kepadanya, tidak peduli dia sekarang sudah dewasa. Nyonya Rima tetap seperti malaikat yang selalu penuh perhatian padanya.
“Papa baik-baik saja kan Ma?”
“Pergilah, Papa kamu baik-baik saja, nanti kamu terlambat sampai kantor, belum juga macetnya”
***
Sepanjang perjalanan ke kantor, Saga kembali terngiang dengan permintaan kedua orang tuanya untuk segera menikah. Tidak ada impian dia sebelumnya menikah di usia 27 tahun, tidak ada yang kurang dari dirinya, seorang laki-laki mapan, hanya saja dia belum ingin terikat meskipun dia sebenarnya sudah sangat jatuh cinta dengan kekasihnya saat ini.
Baru kali ini Saga merasakan hubungan yang bertahan lama dengan seorang gadis, sebelumnya dia hanya main-main saja dengan beberapa perempuan yang dekat dengannya. Dengan Anaya, dia merasa tertambat, seolah ada magnet yang dia rasakan ketika bersama dengan Anaya, gadis cantik yang mandiri, membuatnya terkesima dan mengaguminya.
Saga membelokkan arah mobilnya menuju kantor Anaya, tak perlu waktu lama mobil yang dia kendarai sudah sampai di area parkir kantor Anaya.
Saat Saga memasuki area kantor, hampir semua karyawan membungkukkan badannya memberi hormat padanya, siapa yang tidak tahu Saga? Semua tahu siapa dia, pewaris tunggal Arjuna Group, di mana bisnisnya menggurita di mana-mana. Saga melepaskan kacamata hitamnya dan menuju ruang Anaya dengan menggunakan lift VIP. Hanya beberapa detik dia sudah sampai di depan ruangan Anaya.
Tangannya memegang gagang pintu ruang kerja Anaya, tanpa mengeluarkan sepatah katapun, pandangannya menyapu seisi ruangan yang sangat luas itu, tidak ada orang yang dicari. Dia melangkahkan kakinya, terlihat sorang perempuan yang duduk dengan keadaan membelakangi. Hanya rambutnya yang kelihatan di balik kursi yang agak tinggi. Senyum mengembang di bibir Saga, perlahan dia mengendap agar suara sepatunya tidak terdengar oleh Anaya, kemudian dia mengusap perlahan kepala gadis itu.
“Pagi sayang” sapanya.
Gadis itu tergagap, lalu memutar kursi yang dia duduki. Wajahnya kaget, lalu dia berdiri dan membungkuk memberikan hormat. Tak kalah kaget dengan gadis itu, Saga terhenyak dengan apa yang dia lihat.
“Maaf Pak, Nona Anaya sedang ada pertemuan dengan klien mendadak di bawah” ujar gadis itu yang tidak lain adalah Ganis. Saga menatap Ganis dengan tajam, Ganis meneguk ludahnya, tatapan mata Saga kembali menyayat hatinya, laki-laki yang sebenarnya tampan itu Nampak kejam dan dingin.
“Mimpi apa aku semalam ketemu Pak Saga, mana kepalaku dielus pula”ujar Ganis dalam hati.
Saga mengusap hidungnya, dia salah tingkah, melakukan hal konyol yang seharusnya tidak dia lakukan, bisa-bisanya dia mengusap kepala gadis itu, tangannya terasa kotor menyentuh orang sembarangan.
“Maaf pak, saya permisi dulu” Ganis mengundurkan dirinya, belum sempat dia keluar ruangan, Anaya sudah membuka pintu ruangannya, melihat keadaan hening, Anaya tersenyum.
“Ada apa ini?” tanya Anaya sambil memberikan buku agendanya ke Ganis, Ganis dengan sigap menerimanya. Dia tidak jadi keluar ruangan, kini dia berada di belakang Anaya.
Saga yang sudah bisa menguasai rasa malunya, sudah kembali normal dengan gaya cool-nya. Anaya mendekati Saga lalu memegang pipi Saga. Ganis menunduk, pemandangan pagi yang seharusnya tidak dia lihat.
“Kamu pagi sekali kesini?”
“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu”
“Kenapa tidak telfon saja, aku tahu kamu laki-laki yang sibuk” balas Anaya.
“Ganis, bisa tinggalkan kita sebentar?” pinta Anaya.
“Baik Nona” tanpa menunggu lama, Ganis meletakkan buku agenda Anaya kemudian bergegas keluar ruangan, hatinya tenang, setidaknya tidak melihat pacar Nona Anaya yang kejam itu.
Anaya duduk di kursinya, sementara Saga mendekat, duduk di depan Anaya, di atas meja. Mereka berhadapan sekarang.
“Ada apa Sayang? Pagi-pagi sudah berduaan dengan Ganis, dia cantik kan?” goda Anaya sambil tersenyum, Saga tidak merespon, dia menghembuskan nafas, ingatannya kembali ke adegan salah elus rambut. Buru-buru dia menggelengkan kepalanya menepis ingatan itu.
“Aku ingin memperkenalkan kamu ke kedua orang tuaku” ucap Saga.
Anaya yang sedari tadi tersenyum, mendadak surut senyumnya. Dia kaget dengan permintaan Saga, permintaan yang sebenarnya wajar namun terasa berat olehnya. Sejenak dia terdiam, memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan.
“Kesehatan Papa akhir-akhir ini terus menurun, dia ingin bertemu dengan kamu, dan…”
“Ok, kapan?” jawab Anaya seketika, dia mneguatkan hatinya untuk menjawab “iya”. Sudah beberapa kali Saga meminta hal ini, namun dengan alasan belum siap, Anaya selalu menolak permintaan Saga tersebut.
“Besok malam gimana?” tanya Saga.
“Baik” ujar Anaya lagi. “Ada lagi yang ingin kamu sampaikan sayang? Aku ada rapat di luar setelah ini”
“Cukup, hanya ini, selebihkan kita akan membahasnya nanti setelah pertemuan dengan kedua orang tuaku” ujar Saga.
Ada kemajuan, bahwa Anaya sudah mau bertemu dengan kedua orang tuanya, setelah sebelumnya dia tidak pernah berhasil mengajak Anaya bertemu kedua orang tuanya. Senyum mengembang di bibirnya. Tangan
Saga memegang handle pintu dan membukanya, dia keluar ruangan Anaya. Radian dan Ganis menatap Saga bersamaan. Ganis dan Radian memberikan hormat dengan membungkukkan badannya sampai Saga memasuki lift.
Tidak apa baginya, tidak ada hal yang lebih penting selain membahagiakan kedua orang tuanya. Saga tersenyum, setidaknya sebentar lagi dia akan menikah, meskipun sebenarnya dia belum ingin menikah.
Sebenarnya ingin update sering-sering, tapi nanti aja kalau sudah ada yang kecanduan
dengan cerita ini maka aku akan update rutin. Hihihi
Ini baru awal ya, masih kenalan dulu sama tokoh-tokohnya…yuk jangan lupa kasih
komentar ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Erik Kurnianto
ijeh curiga aku thor karo Anaya
2022-12-03
0
Sundari sundari
semangat kak
2021-09-22
0
Hendi
lanjut thor😘😘😘😘😘
2021-07-12
0