Mata Ganis masih terlihat sembab meskipun sudah 7 hari berlalu kepergian Ibunya menghadap Ilahi, kini dia sendiri di rumah kontrakan sederhana itu. Tangannya dengan lamban mengeluarkan baju-bajunya yang ada di lemari kayu yang usang di pojok kamarnya, dan memindahkan ke dalam tas yang sudah dia siapkan. Anaya, sang cewek yang dia anggap malaikat itu tengah menawarinya untuk di bawa ke kota dan ditawari pekerjaan. Berat bagi Ganis meninggalkan tempat kelahirannya, akan tetapi tawaran ini mungkin akan membawa nasibnya jauh lebih baik lagi.
Ganis merasa tidak enak hati menolak keinginan tulus Anaya untuk bekerja bersamanya, dia sudah terlalu baik. Rengganis Fitria, ya... itu nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Gadis berparas cantik itu telah selesai mengepak bajunya ke dalam tas, lalu dia menutup lemari kembali, matanya menyapu sekeliling ruang kamarnya yang sempit, dia akan meninggalkan tempat ini, mungkin untuk selamanya. Kenangan-kenangan indah bersamanya Ibunya tak lekas hilang begitu saja. Sejenak dia mengambil nafas panjang, lalu melepaskan, melepas beban yang dia rasa sekarang.
"Bagaimana? kamu sudah siap?" tanya Anaya sesaat melihat Ganis keluar kamarnya sambil menenteng tas yang berisi baju-bajunya. Ganis mengangguk. Anaya kembali tersenyum.
"Pak...Pak Sabar!" Ucapnya setengah berteriak memanggil seseorang yang nampaknya adalah sopirnya.
"Iya Nona," jawab seseorang dengan rambut yang hampir memutih itu sambil membungkuk.
"Bawa tasnya Ganis, dan kita bersiap kembali"
"Baik Nona" Pak Sabar menuruti perintah Anaya, lelaki itu mengambil alih tas yang dibawa oleh Ganis, lalu membawanya menuju mobil yang terparkir di depan kontrakan Ganis.
"Yuk!" ajak Anaya. Ganis mengikuti langkah Anaya menuju mobil hitam tersebut.
***
"Kamu jangan merasa nggak enak, nanti kalau kamu mau kamu bisa tinggal sama aku" ucap Anaya. Ganis masih saja terheran dengan apa yang dilakukan oleh gadis di sebelahnya, siapa sebenarnya dia? mengapa dia baik sekali?
"Atau kamu ingin tinggal di rumahnya satunya juga nggak apa-apa, di sana sudah ada pembantu, satpam, nanti kalau perlu aku carikan sopir" Anaya menambahkan kembali.
"Tidak...tidak Nona...saya sudah terlalu banyak merepotkan Nona" tolak Ganis, dia benar-benar merasa telah merepotkan Anaya.
Anaya melepaskan kacamata hitamnya dan menyimpannya ke dalam tas mahalnya, "Enggak Ganis, terserah kamu pilih"
"Saya tinggal sama Nona saja, biar aku di kamar belakang"
Anaya menarik nafas perlahan, merasa heran dengan kepolosan gadis yang ada di sebelahnya itu.
"Kamu bisa kerja ketika suasana hatimu sudah membaik, kalau belum kamu bisa tetap berada di rumah, santai saja"
"Baik Nona...tapi saya merasa saya sudah baik-baik saja, saya siap bekerja besok untuk Nona, tolong ajari saya Nona, hal-hal apa saja yang bisa saya lakukan untuk Nona" Ganis mencoba mengeluarkan senyuman di bibirnya.
"Jangan terlalu formal, kamu sudah aku anggap adik sendiri, aku kamu saja"
"Tidak enak Nona"
"Nggak apa-apa Ganis..."
"Baik" Ganis mengangguk.
Anaya, gadis dengan umur 25 tahun yang sangat cantik, tinggi, wanita sukses dan mandiri, dia benar-benar malaikat bagi Ganis. Bagaimana tidak, gadis itu datang tiba-tiba ketika Ganis tidak punya siapa-siapa, ketika Ganis tengah berjuang untuk kesembuhan Ibunya, Anaya memberikan bantuan dan sekarang mengajaknya tinggal bersama dan memberinya pekerjaan.
Tidak ada kata lain yang bisa dia ucapkan kecuali terima kasih untuk Anaya, dia berjanji akan melakukan apapun yang diminta Anaya sebagai balas budi.
Mereka telah sampai, mobil berwarna hitam yang dikemudikan oleh Pak Sabar telah memasuki halaman yang sangat luas, mobil itu berhenti tepat di garasi yang juga sangat luas. Pak Sabar membukakan pintu untuk Anaya, sedangkan Ganis turun sendiri. Pak Sabar membuka bagasi dan mengeluarkan tas yang berisi baju-baju dari Ganis. Tak berapa lama, Ada wanita yang dengan sigap mengambil tas yang baru saja diturunkan oleh Pak Sabar, wanita itu bersiap membawanya ke dalam.
"Bawa ke kamar lantai 2 ya Mbok" Perintah Anaya.
"Baik Nona" wanita itu segera masuk ke dalam melaksanakan perintah Anaya.
Anaya berjalan perlahan masuk rumahnya, Ganis mengekor di belakang, sambil sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri, memperhatikan rumah Anaya yang super besar dan mewah.
"Kamu pasti capek, kamu istirahat saja dulu, nanti kita ketemu makan malam" perintah Anaya.
"Baik Nona"
"Kamu langsung saja munuju kamar kamu di lantai 2, naik tangga, nah di situ nanti ada pintu yang ada tulisannya sweet room, itu kamar kamu"
"Iya Nona, terima kasih"
Anaya segera berlalu, belum jauh dari tempatnya dia mengobrol tadi. Ponselnya berdering.
"Hallo sayang....iya ini aku baru sampai" Anaya menjawab telpon sambil berjalan menuju kamarnya.
"Asisten baru? oh sudah, ini baru saja sampai. Ah kamu terlalu banyak memujiku" Anaya melemparkan tasnya ke atas ranjang mewahnya, lalu dia duduk di pinggir ranjang sambil menyibakkan rambutnya.
"Iya, aku istirahat dulu ya, capek. Bye....Love you too sayang..."
Anaya menutup pembicaraan dan meletakkan ponselnya di sembarang tempat dan bersiap mandi.
***
Hari ini pertama kalinya Ganis bekerja untuk Anaya, dia menjadi asisten pribadi Anaya yang merangkap menjadi sekertaris pribadi yang akan menemani kemana saja Anaya pergi. Asisten sebelumnya mengndurkan diri karena mengikuti keluarga pindah ke luar kota.
"Baik Ganis, kerjaan kamu adalah mengecek jadwalku, tenang saja, jadwal sudah disusun oleh Radian, Anaya menunjuk cowok yang sedang duduk di hadapan komputer, cowok berkacamata itu nampak tidak mengetahui jika sedang menjadi pembahasan. Ganis melihat cowok tersebut lalu kembali mendengarkan arahan Anaya.
"Aku tida suka makan makanan yang ada di kantor ini, jadi nanti kamu bisa menyusun menu makananku dan memesankannya untukku, kalau aku ada kegiatan luar kantor, kamu wajib ikut dengan semua berkas yang aku butuhkan"
"Baik Nona"
"Ruang kerja kamu ada di ruangan yang sama denganku, santai saja"
Anaya membuka pintu ruang kerjanya yang sangat luas, Ganis mengikuti Anaya dan memperhatikan betapa mewahnya ruang kerja Anaya. Anaya menunjuk sebuah kursi dan meja yang tida jauh dari tempatnya.
"Itu tempat kamu, tapi kalau kamu bosan, kamu bisa keluar ruangan ini, banyak ruang yang bisa kamu tempati"
"Cekleeeek"
Pintu ruangan terbuka, Anaya tersenyum menyambut siapa yang datang, tak lupa dia mengecup kedua pipi laki-laki itu, Ganis menunduk memundurkan langkahnya.
"Ini saya, asisten baruku" Anaya menatap Ganis, lalu kembali lagi menatap laki-laki itu. Laki-laki tampan dengan setelan jas warna hitam itu tak bergeming, tak sedikitpun dia menoleh ke arah Ganis, baginya, hanya Anaya yang ingin dia lihat, bukan siapa-siapa.
Ganis menundukkan badannya lalu permisi keluar ruangan untuk menghirup udara bebas, nafasnya sudah merasa sesak dengan melihat laki-laki yang mungkin saja pacar Anaya yang menurutnya sombong itu.
Happy Reading....^^
Baru awal, Siapa sih sebenarnya Anaya? kok baik banget sama Ganis si gadis polos? ikuti terus...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Erik Kurnianto
Anaya🤔
mesti ada lombok d balik bakwan
2022-12-03
0
yana ayana
nyimak
2022-08-14
0
Rina
wes tak tunggu wae. . .
2021-10-20
0