Sore yang tidak biasa dikediaman Agam Hermawan. Di dapur minimalis rumah itu seseorang sedang sibuk sekali mengupas sayuran wortel, kentang dan lainnya.
Jarang melakukan aktifitas di dapur seperti ini membuat Maira sedikit keteteran meski yang ia masak hanyalah sayur sop dan ayam goreng.
Sembari menunggu ayam yang ia ungkep meresap bumbunya, ia mengurus sayuran yang telah ia kupas dan bersihkan tadi.
Maira mencucinya lalu meniriskannya sebelum memotongnya, sambil sesekali memeriksa daging ayamnya.
Hhh ... ternyata masak cukup susah juga. Tapi kalau aku bisa melakukannya setiap hari pasti menyenangkan. Mas Agam bisa membantuku kalau saja kami tidak sama-sama sibuk.
Maira tersenyum sendiri. Ia lalu mematikan kompor yang ia gunakan untuk membuat ayam ungkep tadi.
Sambil sesekali menengok kearah jam dinding, Maira melanjutkan pekerjaannya memotong sayur setelah sebelumnya ia menyiapkan panci berisi air dan meletakkannya diatas kompor.
Dengan hati-hati ia melakukannya. Tepat saat ia selesai, air yang ia siapkan pun telah mendidih.
Maira memasukkan sayuran ke dalamnya, tapi karena kurang hati-hati akhirnya ia terkena percikan air panas dari panci tadi. Ia menggosok dan mengguyur bagian yang terasa sakit dengan air yang mengalir.
"Sayang," panggil seseorang yang suaranya sudah sangat familiar di telinganya.
Maira menoleh karena terkejut, ini masih pukul 17.30 WIB tapi suaminya sudah tiba.
"Mas Agam, udah pulang?" tanyanya seraya mengelap tangannya yang masih basah. Ia lalu segera mendekati suaminya dan mencium tangannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Agam seraya tersenyum melihat istrinya memakai apron dan berkutat di dapur. Sejujurnya ia tahu istrinya pasti sedang berusaha memasak dan ia sangat bahagia melihat pemandangan ini, tapi sedikit berbasa-basi dan pura-pura tidak tahu tidak apa-apa kan?
"Aku ... aku sedang mencoba buat memasak, Mas. Tapi belum selesai, baru masak sayur. Ku kira Mas Agam pulangnya habis isya kayak biasanya."
"Kenapa justru malah nunduk gitu? Mas justru senang sekali bisa melihat istri Mas sibuk di dapur seperti ini. Terimakasih, ya. Kamu sudah berusaha sangat baik sebagai istri. Maafkan Mas yang belum bisa bahagiain kamu." Agam meraih tubuh istrinya dan membenamkannya ke dalam dada bidangnya.
"Ngomong apa sih, Mas. Maira udah bahagia, kok. Asal selalu ada Mas Agam disamping Maira seperti ini," balas Maira seraya merapatkan pelukannya. Rasanya nyaman sekali berada di dalam dekapan orang yang dicintai seperti ini.
"Kok ngomong gitu? Emang Mas mau kemana, coba? Mas kan selama ini juga selalu ada disini. Justru Mas yang selalu takut kalau kamu berpaling dari Mas. Bos di kantormu sangat tampan dan masih muda, kalau seumpama Mas harus bersaing dengannya, Mas nggak akan sanggup," goda Agam.
"Apaan sih, Mas. Bahas itu lagi, Maira nggak suka!" protesnya, lalu melepaskan pelukannya sambil cemberut.
"Iya ... iya. Maafin Mas, ya! Ya udah, kalau gitu Mas mau keatas dulu. Mau mandi terus siap-siap makan malam spesial sama istri Mas tercinta ini." Agam mengakhiri obrolannya dengan sebuah kecupan hangat di kening istrinya lalu berjalan menjauh dari area dapur.
Sementara Maira melanjutkan aktifitas memasaknya. Sayuran yang ia rebus tadi sudah empuk, Maira lalu memasukkan bumbu instan ke dalamnya dan menambahkan garam kemudian mengoreksi rasanya.
Setelah dirasa rasanya sudah pas, ia lalu memindahkannya ke tempat lain dan menggunakan kompornya untuk menggoreng ayam yang sudah ia tiriskan tadi.
Sesaat setelah memastikan minyaknya sudah cukup panas, Maira memasukkan satu persatu ayamnya dengan hati-hati untuk meminimalisir percikan minyaknya.
Ayam goreng adalah makanan kesukaan suaminya, apalagi jika disajikan dalam keadaan hangat. Suaminya bisa menghabiskan banyak nasi yang ia masak.
Dan saat ini aroma ayam goreng yang baru setengah matang itu menyeruak memenuhi ruangan. Bahkan Maira sendiri saja sampai menelan ludah karena mencium aromanya.
Sambil menunggu ayamnya matang, Maira sibuk menyiapkan piring dan sendok ke atas meja makan. Ia juga memindahkan sayur yang sudah ia masak tadi ke dalam pinggan kaca dan meletakkannya diatas meja. Tak lupa juga nasinya.
Agam yang melihat kesibukan istrinya pun tersenyum bahagia. Ia sengaja memperhatikan segala yang dilakukan istrinya dari balik tembok karena tidak ingin mengganggunya.
Tapi aroma ayam goreng yang baru saja diangkat dari penggorengan begitu mengganggunya hingga membuatnya tak bisa menahan dirinya lagi.
"Aroma apa ini? Kenapa bisa selezat ini?" puji Agam yang seketika membuat Maira menjadi tersenyum.
Lelaki itu sengaja melakukannya untuk menghargai usaha istrinya yang sudah bersusah payah membuatkan hidangan makan malam. Meski wanita yang dicintainya juga sibuk bekerja seharian ini.
"Ayam goreng, Mas," jawabnya santai.
"Oh ya? Mana? Pasti rasanya selezat aromanya." Agam antusias dan segera duduk di kursinya.
"Masih panas, Mas. Tunggu sebentar, ya! Maira pindahkan dulu."
Maira pun memindahkan ayam goreng yang baru saja ia angkat kedalam piring oval dan menyajikannya dihadapan suaminya.
"Hemm ... harum sekali sayang. Ya udah kita makan sekarang, yuk." Agam menyambar piringnya dan segera mengambil nasi. Ia juga mengambil piring istrinya dan mengisinya dengan nasi, sayur dan ayam goreng.
"Mas, apa-apaan sih? Maira kan bisa mengambil sendiri. Harusnya Maira yang melayani Mas Agam."
"Kamu kan sudah capek memasak, jadi tidak masalah jika Mas yang mengambilkan makanan untukmu, kan?"
Maira tersenyum menanggapinya, ia dan suaminya lalu menyantap hidangannya selagi hangat. Untuk sesaat suasana menjadi hening sekali, hanya suara sendok dan piring yang sesekali tak sengaja beradu.
Disela-sela menikmati makan malamnya, Maira nampak memperhatikan suaminya. Ia juga seperti sedang menimbang sesuatu, tentang ide temannya untuk mencari pembantu.
"Mas," panggilnya seraya menghentikan aktifitas makannya.
"Hemm?" Agam yang masih menikmati makanannya pun juga ikut menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah istrinya.
"Maira pengen ngomong sesuatu," ujarnya sedikit ragu.
"Ngomong tentang apa?" Agam meletakkan sendoknya dan mengusap pipi istrinya.
"Emm ... Maira berpikir, mungkin rumah kita akan lebih terurus kalau kita punya pembantu, Mas." Agak ragu tapi akhirnya ia bisa mengatakannya juga.
Tak disangka ternyata suaminya justru tersenyum lebar menanggapinya.
"Tadi Mas juga lihat taman depan rumah kita nggak terurus. Bagaimana kalau selain pembantu, kita juga cari tukang kebun buat ngerawat halaman depan dan belakang rumah kita?" usul Agam.
"Jadi Mas Agam setuju?" Mata Maira nampak berbinar.
"Tentu saja, Sayang. Agar rumah kita juga ada yang menjaga saat kita sama-sama sedang bekerja," jawab Agam dengan yakin.
"Makasih ya, Mas. Mas Agam selalu ngertiin Maira. Oh ya ... tadi Maira udah ada rekomendasi dari sopir taxi langganan Maira. Pak Didin bilang dia punya temen yang anaknya kebetulan lagi nyari kerjaan. Mudah-mudahan bisa jodoh dirumah ini." Maira terlihat antusias saat mengatakannya.
"Kalau begitu, minta pak Didin buat nyariin tukang kebun buat rumah kita sekalian. Nanti kita kasih komisi buat dia."
Maira mengangguk bersemangat mendengarnya. Setidaknya rumah ini tidak akan sesunyi ini lagi kedepannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Minantyorini Djadjuri
suami maunya tukang kebun lho
2021-11-08
0
Yuniafida
dimulai
2021-10-14
0
audy
pembantu sm tukang kebon kaya rumah gedongan kan pembantu bs urus taman jg thor ktnya mo irit hihi
2021-08-17
1