Ciitt....
Brukk...
Mobil yang di kendarai Adit sampai di area parkir rumah sakit, hingga menabrak beberapa motor yang terparkir.
Orang-orang yang berlalu lalang di area parkir melihat kejadian itu.
Adit keluar dari mobil dan menutup pintu mobilnya dengan kasar, wajahnya yang di penuhi amarah membuat orang di sekitarnya enggan untuk menegurnya.
Rangga yang sudah berada lebih dulu di rumah sakit, melihat Adit masuk ke ruangannya dengan sangat marah, Rangga mengikutinya.
"Dit, kau kenapa?"
Adit yang berdiri di depan meja kerjanya kembali meluapkan amarahnya, Adit melempar semua barang yang ada di depannya hingga hampir mengenai Rangga yang berada di sampingnya.
"Adit, kau kenapa?" Rangga memegang tangan Adit yang hendak melempar laptopnya.
Adit meletakkan kembali laptop itu dan mengacak rambutnya dengan kasar.
"Ahh....!!!" Adit berteriak.
"Tenanglah Dit, ayo duduk dulu" Rangga menuntun Adit duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya.
"Lelaki brengsek dan wanita penghianat..!!! Adit kembali berteriak.
"Sabar Dit, ini minumlah air ini!" Rangga memberi sebotol air mineral yang di bawanya sebelum masuk tadi.
Adit mengambil dan meminum air itu dengan tergesa-gesa.
Uhukk.. uhukk..
Adit tersedak.
"Nah, kau tersedak kan, pelan-pelan Dit!"
Adit kembali meminum air itu dan meletakkannya di lantai.
"Sekarang ceritakan, ada masalah apa?" ucap Rangga.
"Kau tahu, Nadia.. dia.. dia menjadi istri lelaki brengsek itu!" jawab Adit kembali emosi.
"Apa??!!" Rangga pura-pura terkejut.
"Aku benar-benar di khianati Ngga, aku seperti lelaki bodoh yang percaya begitu saja pada cintanya"
"Sabar Dit, aku mengerti perasaanmu, tenang ya"
Tokk... tokk...
Pintu ruangan Adit di ketuk.
"Masuk!" ucap Rangga.
Pintu di buka, Risa anggota tim bedah Adit, masuk ke dalam ruangan dan kaget melihat ruangan Adit yang berantakan.
"Ada apa?" Rangga menyadarkan Risa dari lamunannya.
"Ah iya, Maaf dok, operasi dua jam lagi akan di mulai, semua persiapan sudah dilakukan"
"Baiklah, kau boleh pergi!"
Risa menunduk hormat dan keluar dari ruangan Adit.
Adit masih duduk di sofa sambil menunduk menjambak rambutnya.
"Tenangkan dirimu Dit" Rangga menepuk bahu Adit.
Adit beranjak dari sofa dan masuk ke dalam toilet yang ada di ruangannya.
Adit membasuh wajahnya mencoba menenangkan hatinya yang sedang di selimuti amarah.
Sementara Rangga masih duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Ayo..!!
Adit keluar dari toilet dan keluar dari ruangan itu, Rangga menatap heran dan mengikuti Adit.
Mereka menuju keruang operasi untuk memastikan kalau persiapan sudah cukup baik.
"Kamu yakin akan melakukan operasi ini?" kata Rangga.
"Iya.." jawab Adit sambil berganti seragam operasi.
"Kalau kau masih marah, sebaiknya jangan lakukan operasi ini Dit, biar aku saja yang melakukannya" ucap Rangga.
Adit memandang Rangga dengan tatapan yang aneh, Rangga juga memandang Adit dengan aneh.
"Hah.. Kau benar Ngga, sebaiknya aku tidak melakukan operasi ini, aku akan serahkan tanggung jawab ini kepadamu dan dokter Irwan" jawab Adit, memegang bahu Rangga.
"Baiklah, lebih baik kau tenangkan dirimu dulu, kembalilah ke ruanganmu, aku sudah meminya OB untuk merapikannya"
Adit melepas kembali seragam operasinya dan kembali menuju ruangannya. Adit duduk di kursinya dan menyandarkan kepalanya.
"Dokter Rangga, Mari" ucap dokter Irwan yang sudah siap melakukan operasi.
Rangga dan Irwan masuk ke ruang operasi hari ini akan ada pengangkatan tumor pada seorang pasien laki-laki, operasi ini sangat berisiko mengingat kondisi pasien yang sudah menginjak usia lanjut.
Sementara di kediaman Permana.
Nadia duduk di balkon kamarnya, dia menatap keluar sambil memegangi tangannya yang masih sakit akibat luka yang di buat Aditya.
"Maafkan aku Dit, maafkan aku" Nadia meneteskan air mata.
Nadia benar-benar tidak menyangka, kalau ternyata Aditya adalah putra dari suaminya, yang dia tahu kalau Adit hanya anak dari seorang pengusaha tanpa tahu namanya.
"Nona, boleh saya masuk?" terdengar suara Ira.
"Iya, masuklah" Nadia menghapus air matanya.
"Nona, minumlah obat ini, ini obat pereda rasa sakit" ucap Ira.
"Terima kasih, Ra"
Ira menunduk hormat dan hendak keluar dari kamar Nadia.
"Tunggu Ira, temanilah aku sebentar"
Ira berbalik dan berdiri di samping Nadia.
"Ira, apakah Adit, maksudku apakah tuan Muda selau bersikap seperti itu saar marah?"
"Iya Nona, tuan Muda orangnya sangat keras, siapa saja yang membuat hatinya terluka, pasti akan dia balas, entah itu perempuan ataupun laki-laki"
"Sejak kapan dia seperti itu?"
"Sejak kematian Nyonya besar"
"Baiklah, kau boleh pergi"
Ira keluar dan pergi meninggalkan Nadia.
Selama ini kau selalu menceritakan semua masalahmu kepadaku Dit, kau bahkan tidak bisa marah kepadaku walaupun aku memancingmu untuk marah, tapi sekarang kau sangat kasar kepadaku, tapi ini memang salahku Dit, ini salahku
Adit membuka matanya yang rupanya tertidur akibat kelelahan setelah meluapkan amarahnya pagi tadi, Adit keluar dari ruangannya, dia melihat Rangga dan Irwan sedang berbincang.
"Bagaimana operasinya?" ucap Adit mendekati mereka.
Rangga dan Irwan menatap Adit dan tersenyum.
"Operasi berjalan lancar Dit, kondisi pasien sudah stabil dan sudah di bawa ke ruang perawatan, tinggal menunggu dia siuman untuk memberinya obat" jawab Rangga.
"Kau kenapa Dokter Aditya, apakah kau sedang ada masalah?" tanya dokter Irwan.
"Oh, tidak. Aku hanya sedang tidak enak badan" jawab Adit.
"Baiklah kalau begitu, aku permisi dulu ya" dokter Irwan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Ngga, malam ini aku akan menginap di rumahmu" ucap Adit.
"Memang kenapa di rumahmu Dit?"
"Aku tidak ingin melihat wajah penghianat itu" Adit kembali geram.
"Oh.. iya-iya, sabar ya jangan marah lagi, cup cup.." Rangga mengejek Adit.
"Dasar payah!!" Adit meninggalkan Rangga, Rangga tersenyum melihat kepergian Adit.
"Aku tidak habis fikir Dit, kenapa bisa Nadia berbuat seperti itu kepadamu, bukankah kalian saling mencintai, bahkan untuk marah kepadanya saja kau harus berfikir masak-masak" gumam Rangga.
Adit pergi ke halaman parkir dan masuk ke dalam mobilnya, tiba-tiba seseorang berdiri di hadapannya.
"Hei, minggir, kau mau mati?!" Adit sedikit berteriak.
"Keluar kau dokter arogan!!" teriak orang itu yang ternyata seorang gadis tomboy.
Adit keluar dari dalam mobilnya dan mendekati wanita itu.
"Mau apa kau?" ucap Adit.
"Kau harus bertanggung jawab, kau tadi pagi sudah menabrak motorku!"
"Hhmmh" Adit menyeringai memalingkan wajahnya.
"Ayo, cepat ganti rugi" perempuan itu menadahkan tangan.
Adit mengeluarkan permen karet dari mulutnya dan meletakkanya di tangan perempuan itu.
"Ih.. Dasar dokter tidak waras!!" dia melempar permen itu dan mengenai baju Adit.
"Kau harus bertanggung jawab, lihat motor kami rusak, kau harus menggantinya"
"Siapa? Aku? aku menabrak motor kalian? tapi kenapa kau sendirian?" jawab Adit.
Perempuan itu melihat kebelakang, korban yang motornya di tabrak malah sudah menghilang setelah melihat pemilik mobil itu adalah Adit, sekaligus pemilik rumah sakit itu.
"Lihatkan, tidak ada siapapun, sudahlah jangan mengganggu" Adit kembali ke dalam mobilnya.
Perempuan itu masih berdiri di tengah jalan, Adit melajukan mobilnya dan hampir menabrak gadis itu.
"Dasar dokter sialan...!!! Awas kau ya?"
Gadis itu mengepal kedua tangannya.
"Heii kalian!! kenapa malah bersembunyi, bukannya membantuku meminta ganti rugi"
Beberapa orang keluar dari persembuyian dan nyengir melihat gadis itu.
"Kamu tidak berani, dia pemilik rumah sakit ini, bagaimana kalau keluarga kita yang di rawat malah di buangnya di jalan, Alexa" ucap salah seorang korban tabrakan itu. Alexa, itulah nama gadis tomboy itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
RN
mampir harian kk jangan bosan ya
saling dukung
2021-01-06
0
Sekapuk Berduri
like..
2020-12-22
0
Anjelina Gulo
keren.........
2020-12-22
1