Nadia membuka matanya, dia menatap sekeliling dan terlihat tiga orang pelayan sedang berdiri di samping tempat tidurnya.
Nadia melihat tubuhnya hanya dibalut selimut tebal tanpa pakaian, Nadia mulai menangis, dia lupa apa yang terjadi kemarin malam.
"Nona, jangan menangis, kami sudah menyiapkan air hangat untukmu membersihkan diri, dan juga beberapa pakaian yang sudah kami siapkan untuk kau pakai" kata salah satu pelayan.
"Apa yang terjadi kepadaku" Nadia masih tertunduk.
"Nona, kau dan tuan Brata akan segera menikah"
"Apa?!" Nadia mengangkat wajahnya.
Saat itu Brata masuk ke dalam ke kamar Nadia dan meminta semua pelayan untuk pergi, kini hanya tinggal Nadia dan Brata.
"Ibu mu telah menjebak kita" ucap Brata yang berdiri membelakangi Nadia.
"Apa maksud mu tuan?" Nadia bertanya.
"Dia telah memanfaatkanmu untuk menguras hartaku, dan kau sangat tahu kalau aku benci kekalahan, aku tidak akan memberikan sepeserpun kepada ibumu, jadi kita harus menikah untuk menyelamatkan nama baikku"
"Kau egois sekali tuan, apa kau sadar dengan ucapanmu?"
"Tentu aku sadar, aku sudah bilang kepada seluruh dunia, kalau kita saling mencintai, dan kita akan segera menikah, walaupun aku tahu kau lebih pantas menjadi putriku"
"Lalu kenapa kau mau menikahiku? kenapa kau tidak membuangku saja di jalanan?"
"Semua sudah tahu saat semalam kita berada seranjang, tidak mungkin aku membuangmu"
Nadia terdiam mendengar perkataan Brata, dia masih tidak percaya kalau dia akan menikah dengan orang yang lebih pantas menjadi ayahnya.
Pelayan mulai mempersiapkan semua kebutuhan Nadia, Nadia sudah mengenakan gaun pernikahan berwarna putih dan tampak terlihat cantik.
Nadia mengambil ponselnya yang berada di meja rias, dia menggeser layar ponselnya dan terlihat wallpaper ponselnya, seorang pria tampan berusia 22 tahun, dia Aditya permana, kekasih Nadia, yang saat ini sedang berada di luar negeri, dia sangat merindukan kekasihnya itu.
Saat Adit, panggil saja begitu, berpamitan kepada Nadia beberapa hari yang lalu yang lalu, Adit terlihat sangat berantakan, dia berkata kalau dia baru saja bertengkar dengan ayahnya.
**flashback on**
"Nadia, aku harus pergi untuk beberapa waktu, aku tidak ingin jika terus berada disini dan bertemu dengan pria brengsek itu"
"Jangan bicara begitu Dit, walau bagaimana pun dia tetap ayahmu"
"Ayah mana yang lebih mementingkan wanita simpanannya daripada istri dan anaknya, aku sangat membencinya"
"Lalu, bagaimana denganku?"
"Kau bersabarlah menungguku, aku akan segera kembali dan menjemputmu untuk tinggal bersamaku"
**flashback off**
Nadia meneteskan air mata dan membuat riasan wajahnya rusak.
"Nona, kau jangan menangis lagi, riasanmu bisa rusak"
Nadia menatap cermin di hadapannya, dia tidak menyangka kalau pernikahannya akan terjadi secepat ini, bahkan bukan dengan pria yang dia cintai.
Semua tamu undangan sudah hadir, Brata sedang berbincang dengan para tamu undangan, Tidak lama Nadia datang menuruni anak tangga, dia terlihat anggun dan mempesona.
Seluruh tamu memberi selamat kepada mereka, hingga satu persatu para tamu sudah kembali pulang. Brata memerintahkan sopirnya untuk mengantar Nadia pulang ke rumahnya dengan di ikuti beberapa orang pengawal dengan mobil lain.
Dalam perjalanan, sesekali Nadia mengisak, Dia tidak bisa menahan air matanya, dia benar-benar tidak menyangka akan menikah dalam keadaan seperti ini.
"Benarkah ibu Tara tega melakukan ini kepadaku? Benarkah dia menjebakku dan tuan Brata?" Nadia tidak habis fikir dengan semua ucapan Brata.
Tiga puluh menit kemudian, Nadia sudah sampai di rumah Brata, dia di sambut banyak pelayan, mereka sudah menunggunya di depan pintu. Nadia masuk dan matanya melirik mengelilingi seluruh ruangan.
"Mari Nona, saya antar anda ke kamar" ucap Rani, salah satu pelayan di rumah Brata.
Nadia mengikuti langkah Rani yang berada di depannya, hingga mereka sampai di sebuah kamar yang cukup besar, Rani meletakkan koper Nadia di dekat lemari, dia hendak membuka koper itu tapi Nadia menghentikannya.
"Biar aku saja, kau pergilah" ucap Nadia.
Rani menundukkan kepala dan keluar dari kamar Nadia, Nadia mengikuti Rani dan menutup pintu itu.
Nadia membuka kopernya, dan mengambil piyama tidurnya, dia berganti pakaian dan berbaring di atas tempat tidur.
Tanpa terasa, Nadia sudah terlelap dalam tidurnya, hingga dia tidak sadar kalau Brata sudah berada di kamar itu.
Brata membersihkan diri dan berganti pakaian, Brata mengambil bantal dan selimut dan tidur di sofa yang ada di kamar itu.
Pukul 07.00 pagi, Nadia terbangun dari tidurnya, dia mendengar suara seseorang sedang mandi di kamar mandinya.
"Apakah itu tuan Brata? kapan dia kembali?" gumam Nadia.
Brata keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai pakaian kerja lengkap, dia melihat Nadia yang masih berada di atas ranjang.
"Bersihkan dirimu dan turunlah untuk sarapan, aku akan segera berangkat" Brata mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Nadia.
Nadia turun dari tempat tidur, dia melihat ponselnya menyala akibat terkena tekanan saat dia bangun, Nadia melihat layar ponselnya, ada missed call dari Aditya sebanyak 30 kali.
Nadia menekan nomor Aditya.
Tutt... tutt...
"Hallo Nadia, bagaimana kabarmu?" ucap Adit.
"Aku baik,"
"Kau kenapa? apa kau sakit? suaramu lemah sekali?"
"Tidak, aku hanya bangun tidur, kapan kau akan kembali?"
"Mungkin aku masih lama berada disini, kau bersabarlah, aku pasti akan datang"
"Hm.."
Mereka mengakhiri panggilan, Nadia segera mandi dan turun ke lantai bawah untuk sarapan, Brata sudah pergi ke kantor 30 menit yang lalu, jadi kali ini Nadia hanya sarapan seorang diri.
Nadia kembali mengambil ponselnya yang berada di atas meja, dia menatap wajah tampan Aditya, dan sesekali mengelus layar ponselnya.
"Nona, apa ada akan ke kampus hari ini?" tanya Rani mendekati Nadia.
"Apa? kampus? memang boleh?" Nadia terkejut.
"Tentu saja Nona, tuan Brata memintaku menyiapkan semua kebutuhan kuliahmu"
Nadia cukup senang, hatinya tidak galau lagi, karena dia masih bisa kuliah walaupun sudah menikah, Nadia masuk ke dalam kamarnya dan berganti pakaian. Nadia mengambil tasnya yang sudah di siapkan Rani.
Nadia keluar rumah, tapi dia bingung harus dengan apa berangkat ke kampus, karena motornya berada di rumahnya
"Nona, biar saya antar, tuan Brata meminta saya untuk mengantar Nona" ucap sopir yang bernama Ridwan.
Nadia masuk ke dalam mobil, Ridwan langsung menjalankan mobilnya hingga sampai di depan kampus.
"Pak, kita berhenti disini saja, aku bisa berjalan dari sini" Nadia meminta turun jauh dari kampusnya.
"Tapi ini masih cukup jauh Nona, biar saya antar sampai di depan gerbang" ucap Ridwan.
"Tidak apa-apa, aku sudah bisa berjalan kesana" Nadia tersenyum dan keluar dari mobil.
Ridwan terus mengawasinya hingga Nadia benar-benar masuk ke dalam kampus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Anjelina Gulo
semngt ya dik...
2020-12-22
1
Ibunya Esbelfik
masih nyimak.semangay thor😉💪💪💪
2020-12-09
1
Caramelatte
semangat thorrr jangan kasi kendorrr
2020-12-07
1