Anisa tengah menunggu ojol didepan kampus. Sebenarnya kak Ical menawarkan jemputan, tapi Anisa menolaknya. Tak jarang mahasiswa yang lalu lalang memperhatikannya.
“Aduuh, mana sih pak ojolnya? Aku risih diperhatiin orang terus. Mukaku beneran aneh ya? Sampai segitunya mereka lihatin”. Batin Anisa. Selang beberapa saat,
“Mbak Anisa Ica ya?”. Tanya pak ojol.
“Iya pak, saya”. Jawab Anisa.
“Mari mbak, silahkan naik. Ini helmnya”. Ucap pak ojol.
Anisapun naik keatas motor dan meninggalkan universitas. Tanpa disadari, dari tadi ada yang memperhatikan gerak-gerik Anisa dari lantai 8 gedung rektorat. Siapa lagi kalau bukan Farhan.
“Mas Faridz? Hihihi... Panggilan baruku. Kenapa dia tidak memanggilku seperti yang lainnya? Haiisshh... astagfirullah... kenapa aku ini.”. Monolog Farhan.
“Kamu kenapa nak?”. Tanya sang ayah mengejutkan Fahri.
“Astagfirullah, Ayah.. mengejutkan saja.”. Jawab Farhan.
“Kamu ini, tidak biasanya bengong-bengok kayak sapi ompong”. Canda sang ayah.
“Ayah ini... Masak Farhan disamakan sapi”. Jawab Fahri dengan kerucut bibirnya.
“hahaha, sudah-sudah. Sini, ayah mau menjelaskan hal-hal yang kamu tanyakan waktu lalu”.
Merepun larut dalam perbincangan serius.
Kediaman Keluarga Anisa
“Assalamu’alaikuumm...”. Sapa Anisa ketika memasuki rumah.
“Wa’alaikumussalam, sudah pulang kamu nak?”. Jawab Umi.
“He’em.” Sahut Anisa. Mereka berdua berjalan keruang keluarga. Dan duduk bersama.
“Bagaimana interviewnya?”. Tanya Umi penasaran.
“Emmm”. Anisa lama tak menjawab.
“Kalau belum rezekinya tidak apa-apa neng, kamu coba lagi terus. Tetap semangat... ya?”. Umi menasehati.
“Alhamdulillah bu, diterima!”. Jawab Anisa.
“Alhamdulillah ya Allah... kamu tuh ya, hoby banget ngerjain Umi”. Umi menyentil hidung Anisa.
“Auuhh.. sakit mi...”. keluh Anisa.
“Salah siapa ngerjain Umi”. Jawab Umi.
“Iya, iya.. maaf”. Sesal Anisa sambil merebahkan kepala dipangkuan Umi.
“Mi, Anisa mulai ngajar senin depan... Anisa boleh tidak ikut kak Ical nganterin Faiz ke pesantren? Sekalian mau sowan (berkunjung) ke ndalemnya kyai”. Izin Anisa. Sebelumnya Anisa mengkhatamkan Al-Qur’annya di pesantren tempat adiknya belajar. Anisa juga cukup dekat dengan pengasuhnya.
“Iya, ikutlah... Umi sama Abi juga mau ikut insyaallah. Tapi, kamu bareng kak Ical yaa... Umi sama Abi nanti langsung mau ke tempat kajian kalau udah selesai ngantar adik kamu”. Jelas Umi.
“Siiap mi..”. Jawab Anisa.
Sore harinya...
“Assalamu’alaikum”. Sapa Abi dan kak Ical.
“Wa’alaikumussalam”, jawab Umi sambil menghampiri abi dan Faisal untuk bersalaman.
“Anisa mana mi?”. Tanya Abi.
“Anisa disini”. Jawab Anisa sambil menuruni tangga menghampiri keluarganaya.
“Faiz gak dicari”. Keluh Faiz dengan mengerucutkan bibirnya dan berjalan dibelakang Anisa.
“Uluh-Uluuh... Anak Abi ngambek. Abi lupa, kirain udah dipondok. Hahaha”. Canda Abi. Anisa dan Faiz pun menyalami Abi dan Faisal.
“Kak Ical?”. Panggil Anisa.
“Hemm? Ada apa?”. Tanya kak Ical.
“Emm, nanti aja deh. Kakak mandi dulu deh.
Nanti kita keluar bentar ya?”. Jawab Anisa.
“Kenapa sih neng?”. Tanya Abi.
“hehehe, tidak apa-apa abi.”. jawab Anisa.
“Ntah ni anak. Bikin orang pinisirin ajah”.
Ucap kak Ical.
Anisapun hanya mengulum senyumnya. Mereka kembali kekamar masing-masing untuk membersihkan diri. Sedangkan anisa sudah siap untuk mengajak kakaknya keluar.
“Udah siap nih”. Ucap kak Ical.
“Yuk!”. Anisa menggandeng lengan kakaknya
“Kamu mah gitu, kalau kamu gini terus, mana ada cewek yang mau sama kakak?”. Gerutu kak Ical.
“Huush. Gak boleh pacaran tauu”. Ledek Anisa.
Mereka berjalan keluar rumah menuju taman komplek. Ditaman komplek memang ramai pengunjung. Taman yang indah, terawat dan sejuk menjadikan tempat jalan-jalan sore terbaik. Mereka memilih duduk di sebuah pendopo pinggir kolam ikan koi.
“Kenapa?”. Tanya kak Ical ambigu.
“Apanya yang kenapa?”. Jawab Anisa.
“Kamu mau ngomong apa? Sampai ajak kakak kesini”. Tanya kak Ical.
“Gak kenapa-kenapa kak... Anisa pengen aja, kakak tu sibuk terus. Jarang banget sekarang ajak aku jalan-jalan”. Keluh Anisa sambil menyenderkan kepalanya kepundak kak Ical.
“Besok kalau proyek abi yang baru udah terlaksana, kita hengout deh”. Ujar kak Ical.
“Beneran?”. Anisa memastikan. “He’em”. Tambah kak Ical.
“Yes!!”. Jawab Anisa.
Kak Ical dan Anisa hanya berjarak sekitar 5 tahun. Ditambah dengan sifat manjanya Anisa terhadap Faisal, tak jarang ketika berjalan berdua terlihat seperti sepasang kekasih. Mereka menikmati suasana sore bersama hingga menjelang maghrib mereka kembali kerumah.
Catatan:
#Ibuk: panggilan untuk bu nyai
#bapak: panggilan untuk pak kyai
Terimakasih sudah mampir membaca...
:”)
Terimakasih :”)
Para pembaca yang selalu berbahagia insyaallah... Aammiiin...
Penulis meminta keikhlasan hati para pembaca untuk berkomentar dan menglike tiap bacaan yang dibaca... 😇😇
Jangan sungkan untuk berkomentar, penulis sangat menghargai kritikan serta saran kalian :")
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Nuraeni
💝
2022-09-10
0
Mommy Anra
2 keluarga yg sama2 adem tentrem
2022-04-28
0
WafaUl Amanah
sukaaaaaaaa 😘🤩❤️
2022-03-02
0