Setelah ditinggal oleh mbak Tias, Anisa masih merenung dimeja kerjanya. “Iiih, mbak tias kok ninggalin aku siih? Akukan nggak berani keruang pak rektor”. gerutunya.
Tiba-ada seseorang yang menepuk pundaknya. “Kamu kenapa?”. Tanya seorang perempuan agak tua dari Anisa.
“hehehe, tidak apa-apa buk”. Jawab Anisa.
“Nama kamu Anisa kan?”. Tanya beliau.
“Iya bu. Mohon maaf, namanya ibu siapa ya?”. Tanya Anisa.
“Nama saya Salsa. Kamu sudah mulai ngajar hari ini?”. Tanya bu Salsa.
“Sepertinya belum bu, saya belum tau mengampu mata kuliah dan kelas apa”. Jawab Anisa.
“Sebaiknya kamu tanyakan sekarang, sebab mata kuliah yang mau kamu ampu dipegang oleh mas rektor. Kasihan dia, sudah mengajar banyak kelas masih ditambah mengurus kampus”. Jelas bu Salsa panjang lebar.
“Oh, begitu ya bu? Ya sudah kalau begitu, saya keruangan pak rektor sekarang”. Jawab Anisa. Bu Salsa hanya menganggukkan kepala dengan senyumnya. Anisa Pun beranjak dari kursinya menuju ruang rektor. didepan ruang rektor Anisa ragu untuk mengetok pintunya.
“Duuh, gimana yaa? Kok aku takut?”. Anisa bergeming sendiri di depan pintu masuk.
“Rektornya seperti apa yaa? Semoga seperti pak Afif deh... ”. Anisa belum tau dengan rektor dari universitas ini. Sebab waktu interview Anisa hanya fokus kepada pak direktur kampus ini. Ia masih syok, bisa-bisanya ia mengobrol dengan direktur kampus dengan santainya. Sedangkan orang yang ada disekitarnya menunduk ta’dim (patuh) pada beliau.
Anisa mulai mengetok pintu. Tiba-tiba keluarlah seorang laki-laki tampan, berwibawa, pokoknya luaar biasaaa. Keduanya pun saling bengong dan saling tatap.
“Astaghfirullahal’adzim... Ya Allaah”. Ucap Anisa.
“Astaghfirullah...” Sambung Farhan.
“Ada yang bisa saya bantu mbak?”. Ucap Farhan.
“Eh, emm, itu.. Ssaya ada perlu dengan pak rektor”. jawab Anisa dengan sedikit gugup.
“Ooh, pak rektor ya? Boleh... mari silahkan masuk”. Ucap Farhan.
“Silahkan duduk”. Sambung Farhan.
“Terima kasih”. Jawab Anisa.
“Mau minum apa mbak?”. Tawar Farhan.
“Oh, tidak usah pak. Saya mau bertemu dengan pak rektor. tidak perlu repot-repot”. Jawab Anisa.
“Ternyata dia belum tau kalau aku rektornya? Hahaha, lucu sekali. Padahal tadi aku ada di ruangan interview”. Suara batin Farhan.
Farhan pun duduk di hadapan Anisa. “Silahkan, ada perlu apa?”. Tanya Farhan.
“emm, bapak rektornya tidak ada ya pak?”. Tanya Anisa.
“hahaha, kamu belum tau rektor Universitas ini ya? Tadikan kamu interfiew..” Tanya Farhan.
“Emm, maaf sebelumnya... Saya tidak memperhatikan wajah beliau-beliau yang ada di kursi penguji. Saya mohon maaf”. Jawab Anisa.
“Rektornya saya sendiri mbak Anisa Azzahra”. Ucap Farhan dengan menekankan nama Anisa.
Anisapun dibuat tercengang.
“Astaghfirullah... saya minta maaf pak... saya tidak tau kalau anda rektornya. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya”. Sesal Anisa.
“Pantas saja para dosen memanggil beliau dengan sebutan Mas.” Batin Anisa. Ia menepuk keningnya. Malu sekali rasanya. Pipinya Pun berubah merah seketika.
“Sudah, tidak apa-apa... saya memakluminya”. Jawab Farhan.
“Terimakasih pak”. Jawab Anisa.
“Masyaallah... pipi itu, betapa lucunya wanita ini ya Allah...” Batin Fahri. Iapun langsung menepis lamunannya.
“Kamu kemari ingin menanyakan jadwal kan?”. Tanya Farhan.
“Iya pak”. Jawab Anisa.
“Saat ini saya belum bisa memastikan mana saja mata kuliah yang akan kamu ampu. Hari senin kamu mulai ngajar mata kuliah fikih 3 di Prodi PAI. Pada hari itu saya berikan jadwal yang komplit untuk kamu”. Jelas Farhan.
“Baik pak, terimakasih”. Ujar Anisa. Farhan menganggukkan kepalanya.
“Baiklah pak, mungkin hanya itu saja.. saya mohon pamit undur diri”. Pamit Anisa.
“Iya, monggo silahkan...”. Jawab Farhan.
“Assalamu’alaikum”. Ujar Anisa.
“Wa’alaikumussalam”. Jawab Farhan.
“Oh iya!! Anisa! ”. Panggil Farhan.
“Iya pak?”. Jawab Anisa.
“Jangan panggil saya pak ya... saya rasa, saya masih muda... hahaha”. Ungkap Farhan.
“Emm, baik pak... eh! Maksud saya mas Faridz”. Jawab Anisa dan ia langsung melenggang keluar dari ruang rektor. Anisa sempat melihat papan nama di meja Farhan. Ia rasa lebih senang jika memanggil pak rektor ganteng itu dengan sebutan pak atau mas Faridz.
Anisa tidak kembali ke ruang dosen, ia langsung pulang kerumah. Sebab mbak Tias telah memberi pesan lewat WA bahwa Anisa boleh pulang terlebih dahulu dengan alasan ia baru mulai mengajar senin siang.
Terimakasih sudah mampir membaca:)
Semoga para pembaca senang...
Semoga para pembaca sehat selalu dan selalu dalam lindungan Allah...
Aammiin...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Yus Warkop
wah kereen yah dngan ilmu yg dimiliki
2023-06-15
0
Sumi Sumi
cocok banget keduan cantik dan ganteng + pintar lagi
2022-10-08
0
Almira Susanti
kayakny ada bab yg terlewati ya
2022-06-21
0