Happy Reading 😉😘
Sita dan kedua asistennya yang baru saja tiba di kantor, segera bergerak menuju ruang meeting. "Bay, tolong kamu naik ke atas, bawa dokumen yang sudah kutandatangani kemarin ke ruang meeting. Jangan lupa juga ambil hasil syuting kemarin!" Perintah Sita kepada Bayu, sesaat setelah mereka masuk ke lift.
"Siap, mbak!" Jawab Bayu.
Bebarengan dengan pintu lift yang terbuka, suara ponsel di tangan Sita, turut berbunyi. Wanita itu segera menganggat panggilan masuk itu dan melangkah keluar lift bersama Ratih.
"Awass!" Seru Ratih, yang ada di belakang Sita sambil menutup matanya degan telapak tangan
Brakkk.... Karena fokus dengan obrolan di ponsel, Sita tidak menyadari jika baru saja ada orang yang keluar dari lift sebelah, sehingga ia menabrak orang tersebut cukup keras hingga jatuh terduduk. "Aduhh", serunya Sita sambil memegangi kakinya yang terkilir.
"Apa anda tidak punya mata, bisa-bisanya menabrak orang yang jelas ada di depan Anda", kata seorang laki-laki yang ditabrak oleh Sita, yang tak lain adalah Tara.
"Maaf", kata Sita sambil menahan sakit di kakinya, serta menahan sebal atas ucapan orang itu. Wanita itu terkesiap tatkala mengangkat kepalanya, ternyata orang yang ia tabrak adalah Tara.
"Sita!" Seru Rafi yang baru menyadari bahwa keributan di depannya melibatkan tunangannya, saat mendengar suara Sita. Pria itu sebelumnya berada satu lift dengan Tara.
Rafi mendorong tubuh Tara yang masih berdiri diam di depan Sita, kemudian membatu tunangannya itu untuk berdiri. "Kamu, nggak apa-apa sayang?" Tanyanya pada Sita.
Berhasil mengajak Sita berdiri, Rafi memalingkan pandangannya ke arah Tara. "Heyy Bung, jangan jadi banci! Melihat perempuan jatuh, bukannya di tolong, malah di maki-maki", kata Rafi dengan pandangan menantang.
Tara tersenyum sinis. "Tanya pada kekasih anda, siapa yang salah! Jangan sok jagoan, anda!" Kata Tara dengan angkuh, sebelum kemudian ia pergi tanpa permisi.
Rafi mengepalkan tangannya, hendak mengejar Tara, namun Sita menahannya. "Nggak perlu, aku nggak apa-apa", kata Sita sembari menarik tangan Rafi.
"Tih, tolong bantu aku berjalan ke ruang meeting. Kakiku terkilir" Kata Sita kepada Ratih.
"Biar aku saja", ucap Rafi yang tiba-tiba dengan gerakan cepat segera menggendong tubuh Sita.
Sita yang terkejut atas inisiatif Rafi, segera minta diturunkan dari gendongan Rafi. "Rafi, turunkan aku! Ini di kantor! Aku malu", ujar Sita sambil menengok kanan kiri, kuatir ada yang melihatnya.
"Sakit begini masih juga mikir malu", kata Rafi yang tetap tak mau menurunkan Sita dari gendongannya.
Akhirnya Sita pasrah, Rafi menggendongnya sampai ke ruang meeting, karena memang dia sedang membutuhkan bantuan.
"Nanti jika butuh apa-apa, hubungi aku saja, ya. Aku akan tetap di kantor ini sampai kamu selesai", kata Rafi, setelah menurunkan tubuh Sita di salah satu kursi di ruang meeting.
Sita hanya mengangguk pelan, agar Rafi tidak memperlama berada di tempat itu. Sita hanya menunduk, tak berani mengangkat kepalanya karena malu dengan orang-orang yang telah ada di ruang meeting.
Sementara, jarak beberapa kursi dari tempat duduk Sita, dengan pura-pura sibuk dengan ponselnya, sepasang mata mencuri lihat ke arah Sita dan Rafi. Jelas dari wajah pria itu menunjukkan ketidaksukaannya dengan pemandangan yang ada di depannya.
"Maaf, kita mau nonton adegan film romantis atau mau meeting?" Kata Tara menyindir. "Saya tak punya banyak waktu lagi", lanjut Tara sambil pura-pura melihat jam di pergelangan tangannya.
Sita memberanikan diri mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Tara. Dari tatapan Sita, jelas ia tak terima disindir oleh kliennya itu. Namun, dia berusaha untuk menahan diri karena melihat posisi Tara saat ini sebagai tamu di kantor miliknya.
"Maaf, pak Tara atas ketidaknyamanan anda. Rapat akan segera kita mulai", kata Sita.
"Rafi, rapat akan segera dimulai, tolong segera keluar!" Kata Sita lirih, membuat Rafi menurunkan pandangan tidak sukanya dari Tara.
"Ok, sayang, aku keluar dulu. Jangan lupa pesanku tadi!" Bisik Rafi di dekat telinga Sita. Sita dengan cepat menjauhkan kepalanya dari Rafi.
Setelah Rafi keluar dari ruang meeting, rapat pun dimulai. Cukup banyak yang dibahas pada rapat kali itu, hingga butuh waktu hampir dua jam hingga aktivitas itu berakhir.
Satu per satu peserta rapat mulai beranjak keluar ruangan, tak terkecuali Tara. Pria itu bangkit dari duduknya, kemudian berjalan melewati Sita yang sedang sibuk merapikan kertas-kertas yang ada di depannya.
Tara sempat berhenti di sebelah Sita, hendak mengatakan sesuatu, namun ia urungkan tatkala mendengar suara Rafi yang baru saja masuk ke ruang meeting.
"Sayang, sudah selesai?" Tanya Rafi. Tara dan Sita bersamaan menoleh ke arah datangnya suara. Sita sempat juga melihat ke arah Tara berdiri setelahnya. Namun dengan cepat ia memalingkan mukanya karena tertangkap oleh mata Tara.
Rafi dan Tara berdiri saling berhadapan. Mata keduaya menunjukkan permusuhan. Suasana sejenak tegang, hingga akhirnya sol sepatu Tara yang berbenturan dengan lantai, saat ia melangkah memecah keheningan diantara keduanya.
"Dia kekasihmu yang nomor berapa? Sungguh malang sekali nasibnya", bisik Tara saat tubuhnya berjarak amat dekat dengan Rafi. Senyum licik nampak menghiasi wajahnya yang dingin.
Dengan sengaja Tara menabrakkan sebelah bahunya ke bahu Rafi, membuat tunangan Sita itu sedikit terhuyung ke belakang. Namun Rafi tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya berdiri tertegun, melihat perlahan punggung Tara hilang dari hadapannya.
Rafi mencoba menutupi rasa cemasnya, namun Sita masih bisa melihat kecemasan laki-laki yang kini sedang berjalan ke arahnya itu.
"Kamu kenal dengan dia?" Tanya Sita dengan raut curiga.
"Ti_tidak", jawab Rafi gugup. Sita hanya menyambut jawaban itu dengan senyum palsu.
"Ayo, biar kuantar pulang. Aku akan menggendongmu sampai bisa masuk ke dalam rumah", ajak Rafi.
"Tidak perlu, kakiku sudah membaik. Kamu bisa pulang lebih dulu", kata Sita.
Sita berdiri perlahan, kemudian berjalan beberapa langkah. Ia mencoba menunjukkan pada Rafi, bahwa kakinya baik-baik saja, meski di balik itu dia menahan kesakitan.
"Baiklah, kalau begitu aku akan balik ke kantor", kata Rafi dengan ekspresi cemas yang masih belum hilang.
Sita berpegangan pada meja, sesaat setelah Rafi keluar dari ruangan itu. Ia mencoba menahan sakit, yang sebenarnya sudah sejak tadi ia rasakan.
"Mbak Sita, nggak apa-apa?" Tanya Ratih yang coba membantu Sita duduk kembali.
"Tolong panggilkan tukang pijat!" Perintah Sita. "Aku tak mau karena sakit kakiku ini, dia mencoba dekat-dekat denganku bahkan menyentuhku", tambahnya lagi.
Bersambug~~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Mia Mobateng
lanjut thoor ❤️... ceritanya masih belum bisa di pahami
2021-07-24
0