Happy Reading😉
Melihat lampu kamar putranya masih menyala, Sita yang baru saja datang dari lembur di kantor, berbelok arah masuk lebih dulu ke kamar Gala, sebelum masuk ke kamarnya sendiri.
"Sayang, kok belum tidur?" Kata Sita sembari berjalan ke arah Gala yang di pijit kakinya oleh Mbak Saroh.
"Kata Mas Gala, dia mau nunggu bundanya pulang", ucap Mbak Saroh.
Sita mengusap kening putranya, hingga rambut yang tadinya menutupi kening putranya tersibak ke atas. Dengam sayang wanita itu mengecup kening anaknya.
"Bunda sudah pulang. Sekarang Gala bobok, ya!" Pinta Sita, sembari mengelus kepala putranya.
"Gala pengin bobok sama Bunda. Boleh ya?" Kata Gala.
Sita tersenyum tipis, sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya, menyetujui permintaan putranya.
"Da..dah...Mbak Saroh", kata Gala.
Bocah laki-laki itu dengan cepat turun dari tempat tidurnya, kemudian berlari keluar menuju kamar Bundanya, membuat Sita menahan tawa sambil menggelengkan kepalanya melihat tinggkah lucu putranya itu.
"Kok belum tidur" Ucap Sita, saat ia baru keluar dari kamar mandi, melihat anaknya yang masih bermain robot-robotan di atas tempat tidur.
Sita mendekat ke tempat tidur, kemudian naik diatasnya. Wanita itu meminta mainan Gala, lalu meletakkannya di atas nakas.
"Ayo tidur!" Perintah Sita, sembari membaringkan tubuhnya miring, menghadap anaknya. Ditariknya selimut hingga menutup sebagian tubuhnya dan Gala.
Sita yang baru saja menutup matanya, terjaga kembali ketika dia teringat sesuatu.
"Gala kok belum bobok, sayang", kata Sita, saat melihat sang anak belum juga memejamkan matanya.
"Gala, lapar?" Tanya Sita, sambil menyentuh pipi Gala. Tapi, bocah itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Terus? Kenapa Gala nggak tidur-tidur?" Tanya Sita lagi.
"Gala pengin ketemu ayah Gala, Bunda. Boleh?" Tanya Gala dengan wajah penuh pengharapan.
Sita terdiam, ia bingung mau menjelaskan seperti apa. Kemudian, ia memeluk putranya itu dengan sayang. Dan mencium kepala bocah itu beberapa kali.
"Kenapa tiba-tiba Gala pengin ketemu Ayah?" Tanya Sita, sambil melepaskan pelukannya.
"Soalnya kan temenku biasanya dianter ayahnya sekolah. Aku juga mau dianter ayah. Boleh ya bunda?" Kata Gala sambil menarik-narik piyama Sita.
Sita menangkup wajah bocah itu, dengan kedua telapak tangannya. Kemudian tersenyum tipis ke Gala.
"Gala, Gala harus bersyukur Gala masih ada yang ngantar. Kadang diantar Bunda, kadang diantar Mbak Saroh. Di luar sana banyak anak-anak yang nggak diantar orang tuanya ke sekolah, karena orang tuanya sangat sibuk. Dan ada juga yang bahkan harus jalan kaki sangat jauh ke sekolah", ucap Sita dengan penuh pengertian.
"Ya sudah, Gala bersyukur. Alhamdulillah", celetuk Gala sambil mengusapkan kedua telapak tangannya ke muka, membuat Sita tersenyum lebar.
"Tapi Gala tetap mau ketemu ayah ya bun. Ayo kita ketempat ayah, bun!" Kata Gala.
"Kan Bunda sudah pernah bilang, Ayah Gala ada di tempat yang jauh banget. Susah mau kesana", kata Sita menjelaskan dengan suara ragu-ragu.
"Semoga, nanti suatu hari, Ayah Gala datang. Gala berdoa sama Allah ya!", kata Sita dengan mata yang berkaca-kaca.
Gala tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Dengan sayang, Sita kembali memeluk Gala sejenak.
"Ooh ya, sayang, Bunda mau ngasih tau. Lusa, tante Mila mau datang dari Australia. Tante Mila itu, tantenya Gala. Adiknya Bunda", kata Sita.
"Cantik nggak Bun, tante Mila?" Tanya Gala
Sita tersenyum geli mendengar pertanyaan Gala. "Dasar bocah, pertanyaannya!" Kata Sita sambil menarik gemas pipi Gala.
"Ya Cantik, kan perempuan", kata Sita.
"Hehe....berarti kayak bunda ya, cantik!" Ucap Gala. "Baik nggak, Bun?" tanyanya lagi.
"He'em", jawab Sita singkat.
"Sayang nggak sama Gala, tante Sitanya?" Lagi-lagi Gala membuat pertanyaan yang membuat Bundanya kesulitan untuk menjawab.
Sita menghembuskan nafasnya perlahan, kemudian menatap sendu ke arah putrnya sambil memutar otak, mencari jawaban atas pertanyaan Gala yang sebenarnya simpel. Namun, ia sendiri takut jika jawabannya itu keliru.
"Hmmm.....sayang nggak, ya", kata Sita pura-pura menggoda Gala. "Gala maunya gimana?" Tambah Sita.
"Sayang dong, bun", kata Gala dengan percaya diri tinggi.
"Iya, Tante Mila juga sayang sama Gala", ucap Sita lancar, namun matanya menunjukkan kebalikan dari yang diucapkan.
"Kalau sayang, kok tante Mila nggak pernah datang ngasih hadiah Gala?" Tanya Gala lagi dengan polos.
"Kan tinggalnya Tante Mila jauh. Lagian di sana Tante Mila lagi kuliah, jadi nggak bisa datang-datang ke sini. Tapi dulu Galang pernah loh ketemu, tapi Galang masih bayi", kata Sita.
"Berarti Tante Mila sama ya kayak ayah Gala, tinggalnya jauh banget", ucap bocah laki-laki itu sambil menggerakkan jari telunjuknya menggambarkan tempat yang jauh.
"Ayo bobok, sudah malem baget ini. Besok Gala harus sekolah", ujar Sita mengalihkan pembicaraan, sambil memeluk gemas anaknya dari balik selimut tebal.
*******
Keesokan harinya dikantor
"Ratih, jadi jam berapa pak Tara kesini?" Tanya Sita kepada Ratih yang sedang duduk di sofa ruangannya untuk memeriksa dokumen- dokumen yang baru selesai ia tanda tangani. Sementara, Sita sendiri sedang berada di meja kerjanya, sibuk dengan isi laptop dihadapannya.
"Setelah jam makan siang, mbak", Kata Ratih.
Bagi Sita, selain sebagai asisten, Ratih adalah temannya. Mereka berteman sejak di bangku kuliah, begitu juga dengan Bayu, asistennya yang lain. Itu sebabnya ketika tidak dalam kondisi formal, asistennya itu akan memanggil Sita dengan sebutan mbak.
Kedua asistennya itu adalah anak dari pembantu-pembantu kakek Sita di desa, yang disekolahkan oleh kakeknya hingga Perguruan tinggi. Kemudian, dipercaya untuk mendampingi Sita menjalankan perusahaan.
Sita memeriksa jam, yang ada di pergelangan tangannya. "Masih lumayan lama berarti", ujarnya saat mendapati jarum jam di pergelangan tangannya itu menunjukkan pukul 11.05
"Hemmm...bagaimana kalau kita makan siang di luar? Kita ke restoran di dekat kantor pos yang baru saja buka?" Tawarnya kepada Ratih.
"Tapi kan lumayan jauh, mbak", kata Ratih menunjukkan ketidaksetujuannya secara halus.
"Kita berangkat sekarang, kita curi start makan siang", kata Sita sambil tersenyum licik. I
Wanita itu segera memasukkan ponsel dan beberapa barang lainnya ke tas kecil yang baru saja ia ambil dari lemari kecil di meja kerjanya bagian bawah.
"Ayo, Tih!" Ajak Sita kepada asistennya itu, sambil melambaikan tangan dan berjalan menuju pintu.
"Kasih tau Bayu juga! Cepetan, ya!" Katanya lagi tanpa mengurangi kecepatan langkahnya, membuat Ratih hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah atasannya yang kadang memang kekanak-kanakan itu.
Tak butuh waktu lama untuk Sita, Ratih, dan Bayu untuk sampai di Restoran yang akan menjadi tempat makan siang mereka kali ini, karena tadi Bayu mengendarai kendaraan cukup kencang sesuai permintaan Sita.
Karena jam makan siang belum datang, restoran yang biasanya ramai itu, kini masih nampak sepi. Merekapun mendapat pelayanan lebih cepat.
"Besok, Gala jadi ikut jemput Mbak Mila ke Bandara, Mbak?" Tanya Ratih yang baru saja menelan makanan yang ada di mulutnya.
"Iya, dia pengen ikut katanya", kata Sita, dengan mimik yang tiba-tiba berubah.
"Mbak Sita sudah siap dengan semuanya?" Tanya Ratih.
Sita mengangkat pundaknya, kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi. "Entahlah, aku sendiri bingung harus seperti apa nanti. Tidak bisa kupungkiri, aku sedikit takut", ucap Sita dengan suara tidak bersemangat.
Dertttt....dertttt...Getaran ponsel Sita menyita perhatian ketiga orang itu, untuk melirik ke arah ponsel. Ekspresi ketiganya tampak berbeda-beda, saat nama yang cukup besar hurufnya di ponsel itu terbaca oleh indra penglihatan mereka.
"Ngapain juga orang ini telepon", Decak Sita sebal, membuat kedua asistennya saling berpandangan dan kompak mengangkat bahunya.
Dengan malas, Sita mengangkat panggilan itu. "Ada apa, Mas Rafi?" Tanya Sita dengan ketus.
"Aku ada di kantormu, tapi kata security, kamu keluar sama Ratih dan Bayu", kata Rafi, orang yang ada di seberang telepon. "Aku mau ngajak kamu makan siang", tambahnya.
"Tapi aku lagi makan siang sama Ratih dan Bayu sekarang", kata Sita menolak dengan halus.
"Kalau begitu, aku susul kesana, ya", kata Rafi.
"Nggak perlu", sahut Sita cepat. "Kita sudah mau balik, makanannya sudah kita habiskan", tambahnya.
"Baiklah, aku tunggu di kantor, ya Sayang", kata Rafi.
Tanpa menjawab Rafi lagi, Sita langsung memastikan sambungan telepon. Ia kembali menikmati makanan yang ada di hadapannya.
"Kalau Mbak Sita nggak suka sama Pak Rafi, kenapa harus dilanjutkan sih pertunangan ini?" Tanya Ratih, membuat Sita kembali berhenti menyentuh makanannya.
"Entahlah, kebahagian keluarga besarku lebih penting daripada kebahagiaanku", kata Sita sambil mengaduk aduk makanannya.
"Tapi__", ucapan Ratih terpotong begitu saja oleh Sita.
"Sudahlah, nggak perlu dibahas lagi. Kita lanjutkan makan kita saja", kata Sita, yang kemudian memasukkan satu sendok makanan ke mulutnya.
"Pak Tara kayaknya lebih cocok deh, buat Mbak Sita", celetuk Ratih berusaha membuat guyonan agar suasana mencair.
Dan benar saja, Sita dibuat tertawa kecil oleh celoteh Ratih. "Balok es begitu, buat gue? Ohh Tuhan! Tiap hari bisa perang Dunia ke 8", seru Sita diiringi suara cekikikan ketiga orang itu.
"Sama kamu aja deh, Tih. Kayaknya lebih cocok", kata Sita lagi diiringi tawanya.
"Jangan dong, mbak. Ratih teh buat saya saja", kata Bayu sambil menyentuh punggung tangan Ratih, yang membuat gadis itu tersenyum malu.
"Obat nyamuk lagi nih gue!" Seru Sita disambut tawa yang lainnya.
"Mbak, Pak Tara sudah di kantor!" Seru tiba-tiba Ratih saat melihat ponselnya.
"Mati, aku!" Kata Sita sambil menepuk keningnya dengan telapak tangan. "Ayo, kita balik!" Ajaknya sambil bersiap-siap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Mia Mobateng
lanjut thoor jangan 2 mla pacarnya Tara
2021-07-24
0
_rus
Sudah aku like dan rate Thor 👍🏽👍🏽
Tetap semangat pokoknya 💪🏽💪🏽
Salam hangat dari "Sebuah Sebuah Kisah Cintaku" 😁
2020-11-29
2