Kau pasti tahu, luka yang lama saja masih belum sepenuhnya tertutup rapat. Lantas, mengapa kau datang kembali dan membuat luka di hatiku kembali berdarah? Belum puas kah kau melihatku menangis?
💔💔💔
Author POV
Malam ini Aisyah dan Avila memutuskannya untuk keluar mencari udara segar ke pantai yang terletak tak jauh dari Villa tempat mereka dan kawan-kawan satu tim menginap.
Setibanya di pantai, angin yang sepoi-sepoi membuat lengkungan indah di bibir Aisyah semakin melebar. Begitu juga dengan Avila yang tampak ceria dan berlarian ke sana ke mari seperti anak kecil berusia lima tahun yang baru mendapatkan mainannya.
"Aviii...kamu mau kemana?!" panggil Aisyah melihat Avila yang berlari ke tepi pantai meninggalkannya.
"Aku mau berenang, Syah!" sahut Avila dengan berteriak.
Aisyah menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia tak setuju dengan niat Avila yang ingin berenang di malam hari seperti ini.
"Jangan Avi! Berenang di pantai pada malam hari itu gak baik! Kamu nanti kedinginan!" sergah Aisyah seraya lari mendekati Avila dan menarik tangan sahabatnya itu.
"Kamu tenang aja ya, aku cuma bercanda kok," jawab Avila seraya tersenyum lebar.
"Aku kira kamu mau berenang beneran," ucap Aisyah dengan wajah lega.
"Bercanda sayang ku!" ujar Avila seraya mencubit pipi Aisyah gemas.
"Ishh! Sakit tahu!" protes Aisyah seraya mengenyahkan tangan Avila dari pipi chubby-nya.
Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan meriam dari laut yang letaknya sangat dekat dengan Aisyah dan Avila yang masih berdiri di tepi pantai. Sontak saja suara itu mengejutkan dua gadis itu sampai akhirnya mereka dengan serentak mengambil langkah untuk lari menjauhi pantai.
"Avi! Suara apa itu? Apa sedang ada pengeboman?" tanya Aisyah dengan panik di sela-sela larinya.
"Aku tidak tahu, Syah. Tapi sepertinya itu kapal TNI angkatan laut yang sedang mengusir para nelayan asing yang mengambil ikan secara ilegal!" jelas Avila sembari berhenti untuk menetralisir nafasnya.
"Kalau begitu kita harus pergi dari tempat ini, takutnya ada peluru yang nyasar dan mengenai kita," ujar Aisyah dengan wajah panik dan ketakutannya.
"Tenanglah Syah, kita pasti....AISYAH AWAS!" teriak Avila yang melihat sebuah peluru meluncur ke betis Aisyah.
Avila ingin mendorong Aisyah, namun tindakannya itu sudah terlambat karena peluru itu sudah menembus betis Aisyah terlebih dulu.
"Aaarghh...Ya Allah, sakit sekali," jerit Aisyah kesakitan seraya membungkuk dan memegangi kakinya, namun dia malah terjatuh dan darah segar dari betisnya mengotori pasir putihnya pantai.
Avila segera mendekati Aisyah, lalu dengan panik dia berteriak meminta tolong kepada siapapun yang ada di pantai yang sepi itu.
"Ya Allah, Aisyah! Kamu harus bertahan, Aku akan cari bantuan dari warga sekitar sini," kata Avila sambil mengusap air mata Aisyah. Kemudian wanita itu bangkit berdiri dan berlari meminta tolong kepada warga yang tinggal di daerah pantai itu.
Aisyah memohon dengan suara lemah. "Ya Allah, berikan pertolonganmu kepada hamba."
Darahnya sudah menggenang dan membuat pasir putih di sekitarnya berubah warna menjadi merah.
Dan tak lama kemudian, seseorang berseragam TNI angkatan laut datang menghampiri Aisyah dan menolongnya.
"Astaghfirullah..."
"Hiks...lukanya sangat menyakitkan, seperti membakar daging saya," ungkap Aisyah seraya memperlihatkan luka tembak di betis dekat mata kakinya.
"Pelurunya menembus cukup dalam, saya akan segera membawa kamu ke rumah sakit," ujar pria itu yang sayangnya tak bisa di dengar lagi oleh Aisyah, sebab wanita berjilbab itu sudah tak sadarkan diri.
Dengan cepat pria tampan berseragam TNI angkatan laut itu menggotong tubuh Aisyah, namun keterkejutan tiba-tiba terlihat di wajahnya saat menatap wajah Aisyah.
"Ya Allah, ternyata dia Aisyah?! Wanita yang aku cari selama tiga tahun ini," ucap pria tampan berseragam TNI angkatan laut itu yang tak lain dan tak bukan adalah Devano Altair.
"Ya Allah, terimakasih. Engkau telah mempertemukan aku dengannya lagi. Aku mohon Ya Allah, selamatkanlah Aisyah," ujar Devano seraya mempercepat langkahnya menuju mobil tentara yang sudah datang membantu ia dan Aisyah untuk sampai ke rumah sakit yang letaknya lumayan jauh.
"Cepatkan laju mobilnya! Aku tidak mau terjadi apa apa dengan Aisyah!" teriak Devano dengan cemas.
Devano lalu mengusap peluh di dahi Aisyah dengan lembut. Pria itu merasakan sesak juga sakit di hatinya ketika melihat wajah pucat Aisyah yang pingsan karena banyak kehilangan darah.
"Kenapa kita bertemu kembali di saat yang tak mengenakkan seperti ini, Aisyah?" gumam Devano dengan sendu. Dua tentara lainnya yang berada di mobil itu ikut prihatin mendengar nada sendu dari suara kapten mereka yang biasanya terkenal tegas dan anti mellow itu.
"Sabarlah, kapten. Kita sudah semakin dekat dengan Rumah sakitnya," kata tentara yang mengendalikan mobil.
"Ya, terimakasih. Tolong lebih cepat kan lagi laju mobilnya," perintah Devano dengan tegas.
"Baik, kapten!" sahut sang tentara yang sedang menyetir.
"Bertahanlah Aisyah, aku sudah berjanji untuk memperbaiki kesalahanku di masa lalu."
"Aku juga sudah berjanji untuk menikahi dan membahagiakanmu. Maka dari itu, tolong bertahanlah, Aisyah. Agar kamu bisa memberiku kesempatan untuk memperbaiki apa yang telah aku rusak di masa lalu," bisik Devano sambil terisak dan meneteskan air matanya. Hilanglah sudah ketangguhannya sebagai kapten tentara.
°°°°°°
Sesampainya di rumah sakit, Aisyah langsung ditangani secepatnya oleh tim dokter. Devano pun dengan cemas menghubungi nomor teman Aisyah yang tertera di kontak ponsel milik wanita itu.
"Halo? Dengan siapa i... Ini?" sahut suara terbata-bata yang tak lain adalah milik Avila yang sedang menangis begitu mengetahui Aisyah sudah tidak berada di tempat kejadian.
"Saya Devano, dari pihak TNI yang membawa Aisyah ke Rumah sakit, bisakah anda datang ke Rumah sakit ini?"
"Baiklah saya akan ke sana! Cepat kirimkan alamatnya."
"Ya, tentu saja. Baiklah kalau begitu saya tutup dulu telponnya."
Setelah men-share lokasinya kepada Avila, Devano duduk di salah satu kursi ruang tunggu dengan perasaan cemasnya. Pria tampan itu masih memakai seragam tentara yang penuh darah milik Aisyah.
"Ya Allah, tolong selamatkan Aisyah. Aku ingin menepati janjiku untuk menikahinya, Ya Allah," pinta Devano kepada Sang Khaliq untuk keselamatan Aisyah.
Dan lima belas menit kemudian, Avila datang dengan tergopoh-gopoh sambil terus menerus menangisi sang sahabat yang sedang ditangani tim medis diruang operasi.
"Bagaimana keadaan Aisyah?!" tanya Avila kepada Devano yang sedang kalut juga.
"Dokter belum keluar dan memberi keterangan," jawab Devano dengan sendu.
"Argh! Kenapa bukan aku saja yang terkena peluru itu?! Kenapa harus Aisyah?! Dia itu gadis rapuh Ya Allah!" ujar Avila seraya mengacak rambutnya dengan prustasi.
Devano yang mendengar perkataan prustasi Avila itu, seketika merasakan sakit dihatinya semakin menjadi. Pria itu sadar, dialah yang merubah Aisyah menjadi wanita yang begitu rapuh seperti yang dikatakan sahabat wanita itu.
Tiba-tiba ruangan operasi terbuka dan memperlihatkan seorang dokter yang mengatakan...
To be continued ❤️
Jangan lupa yang udah baca, klik ❤️ untuk menyimpan cerita ini ke rak buku kalian dan aku minta bintang limanya juga dong😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
amalia gati subagio
pelurunya dr senjata siapa he, pak tentara??? hm mm gak prof he??, duo ciwi emang pantai terpencil gt yach???
2022-09-23
0
manda_
👍👍👍
2022-09-22
1
Nur Yani
lnjut
2021-06-05
1